Oleh : Ibrahim Muhammad
Pertama, ilmu tidak berkembang. Suatu disiplin ilmu ibarat pisau yang semakin tajam bila terus digunakan tapi semakin tumpul bila tak dipakai.
Berapa banyaknya PNS yang duduk di kursi yang sedikit pun tak terkait dengan ilmu yang dituntutnya? Kalaupun PNS tadi menempati posisi yang sesuai dengan bidang ilmunya, ia juga tak diberi peluang berkiprah lantaran dikepung mata rantai birokrasi. Ide-idenya laksana gajah masuk lubang jarum.
Kedua, tak bisa mewariskan skil. Skil alias kecerdasan atau kepintaran spesifik merupakan salah satu warisan berharga manusia.
Contohnya wartawan bisa mewariskan ilmu jurnalistiknya, saudagar bisa mewariskan ilmu dagangnya, ustad bisa mewariskan ilmu khutbahnya, petani bisa mewariskan ilmu cocok tanamnya dan sebagainya. Tapi, PNS? Ilmu atau skil bagaimana yang hendak diwariskannya untuk anak, keluarga dan masyarakat? Kecuali PNS guru, dosen serta tenaga medis dan tenaga teknis lain.
Ketiga, terbelenggu ”dalam gua”. PNS boleh diibaratkan sebagai orang yang terbelenggu dalam gua, tak mau keluar dan tak bisa ke luar.
Prinsipnya sekali PNS sampai mati pun harus tetap PNS. Sedangkan mereka yang bekerja sebagai non-PNS berpeluang merambah dan menggeluti beraneka bidang pekerjaan lain. yang dianggapnya lebih sesuai di hati. Bosan jadi sopir ia cari ruang jadi juragan hotel.
Jemu bekerja pada perusahaan A yang melulu duduk di belakang meja, ia cari pekerjaan lain pada perusahaan B yang tugasnya di lapangan.
Sukses jualan bakso, coba buka cabang di mana-mana. Bosan jadi karyawan terus-terusan, bertekad jadi majikan kecil-kecilan.
Kesempatan bagi non PNS terbuka luas. Tapi PNS? Jemu atau bosan, penat atau muak, suka dan tidak suka, geram atau gemas, yah, bertahan terus jadi PNS. Ibarat dalam gua, tak mau keluar dan tidak bisa keluar dari gua.
Keempat, hidup monoton. Sejumlah ahli filsafat sepakat menyatakan hidup itu adalah perjuangan dalam segala hal. Bahkan Baginda Rasulullah SAW bersabda, perjuangan hidup itu adalah ibadah.
Selama hidung masih bernafas, orang wajib berjuang semaksimalnya. Telisik perjuangan Dahlan Iskan. Kendati hatinya sudah diganti di negeri Cina, namun api perjuangannya tambah marak menyala nyala. Mula-mula digondolnya jabatan Dirut PLN lalu Menteri BUMN dan kini bakal jadi presiden, insya Allah.
Simak juga orang main bola. Walau menit pertama sudah sukses bikin gol, pemain terus berjuang penuh semangat bikin gol tambahan pada 89 menit berikutnya.
Padahal, satu gol atau sepuluh gol sekalipun tetap saja sebutannya menang. Nah, PNS justru kehilangan struggle of life itu. Mereka cuma terima apa adanya.
Kelima, rawan melanggar sumpah. PNS sejatinya punya junjungan sumpah yakni Sapta Prasetya Korpri, yang menegaskan kaidah-kaidah moralitas dan etika.
Seperti wajib melayani masyarakat sebaik-baiknya, wajib disiplin, larangan menerima sesuatu terkait jabatan, dan sebagainya.
Jujur saja apakah PNS memeluk teguh dan konsisten konsekuen norma-norma etika amanah tersebut? Kalau ya, syukurlah. Kalau tidak, munafik namanya. Salah satu tanda orang munafik itu jika diberi amanah ia berkhianat.
Keenam, gampang terserang stres. Stres terbilang sebagai penyakit yang datang akibat emosi memuncak, pikiran jadi galau dan syaraf dicekam ketegangan luar biasa.
Penyakit stres bisa datang seketika karena rasa tak puas, marah, kesal, geram atau perasaan yang buncah teraduk-aduk, jiwa tak nyaman.
Dalam kondisi biasa, stres hanya mengakibatkan sukar tidur dan gelisah. Namun dalam stadium tinggi, stres dapat menyebabkan seseorang jatuh stroke.
Lantas, apa saja faktor yang membuat PNS dihantam stres ? Di antaranya peristiwa mutasi, non-job, gaji yang dipotong tak jelas, karir yang macet, atasan yang tak harmonis, situasi tak sedap di kantor, saling kecemburuan sosial kenapa awak bergolongan tinggi hidup susah sementara teman bergolongan rendah kaya-raya, awak disuruh kerja mati-matian sementara atasan lenggang kangkung, mau terus duduk di kantor tak ada yang hendak dikerjakan tapi mau jalan-jalan ke luar kantor takut dan cemas ditangkap Satpol, ingin memprotes kecurangaan atasan takut dan ngeri tak diprotes dada risau terus. Pokoknya, serba tak enak.
Moga-moga saja ambisi warga Riau khususnya untuk jadi PNS tak harus menggebu-gebu, sekaligus banting setir menjadi entrepreneur guna meramaikan dunia usaha dengan kemampuan yang dimilikinya.***(ak27)
Ibrahim Muhammad
Peminat masalah sosial
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.