Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Kamis, 16 Januari 2014

Merkuri Organik dan Penyakit Minamata

Kamis, Januari 16, 2014 By Unknown No comments

Oleh : Adnan Kasry


[ArtikelKeren] OPINI - Menurut JS Slamet (2004), air raksa atau hydragyrum (Hg) adalah metal yang menguap pada suhu kamar. Karena sifat kimia-fisiknya, merkuri pernah digunakan sebagai campuran obat.

Saat ini merkuri banyak digunakan dalam industri pembuatan amalgam, perhiasan, instrumentasi, fungisida, bakterisida dan lain-lain.

Hg merupakan racun sistemik dan diakumulasi di hati, ginjal, limpa dan tulang. Oleh tubuh, Hg dikeluarkan lewat urine, feses, keringat, saliva, dan air susu.

Keracunan Hg akan menimbulkan gejala gangguan susunan syaraf pusat (SSP), seperti kepribadian, tremor, konvulsi, pikun, insomnia, kehilangan kepercayaan diri, iritasi, depresi,dan rasa ketakutan.

Gejala gastero-intestinal seperti stomatitis, hipersalivasi, colitis, sakit pada mengunyah, ginggivitis, garis hitam pada gusi (leadline), dan gigi yang mudah melepas.

Kulit dapat menderita dermatitis, dan ulcer. Hg organik cenderung merusak SSP (tremor, ataksia, lapangan penglihatan menciut, perubahan kepribadian), sedangkan Hg anorganik biasanya merusak ginjal, dan menyebabkan cacat bawaan.

Di alam, Hg anorganik dapat berubah menjadi organik dan sebaliknya karena adanya interaksi dengan mikroba.

Pencemaran Merkuri Global

Pencemaran lingkungan oleh merkuri ditemukan pada banyak tempat di dunia. Misalnya, di tempat-tempat pemukiman Indian di Provinsi Quebeck (Kanada), di sepanjang Sungai Amazon (Brazilia) dan Sungai Songhua di Provinsi Jilian (Cina) pencemarannya sudah mencapai ambang batas.

Pencemaran merkuri juga dicurigai terjadi di sekitar Danau Victoria (Afrika), Pulau Mindanao (Filipina), di Indonesia, dan di beberapa tempat lain.

Sekarang sumber utama pencemaran adalah amalgam (suatu senyawa yang salah satu komponennya adalah merkuri yang digunakan pertambangan skala kecil, seperti PETI).

Pada amalgam ini, tahap awal, adalah keracunan merkuri non-organik pada pekerja yang menggunakan merkuri. Tahap kedua, metilasi merkuri yang terbuang ke lingkungan.

Merkuri metil kemudian terserap oleh organisme kecil (plankton), ikan dan kerang-kerangan, dan rantai makanan lainnya. Ini lah yang menyebabkan tingginya konsentrasi merkuri pada ikan dan kerang-kerangan dalam jangka waktu lama.

Pada tahap ketiga, manusia yang telah mengonsumsi ikan dan kerang-kerangan tersebut menunjukkan konsentrasi merkuri yang tinggi pada rambut, darah dan air seni mereka. Akhirnya, mereka mengalami penyakit minamata.

Bertolak dari kasus minamata ini, kita tak perlu menunggu munculnya penyakit seperti ditemukan di minamata, karena dampaknya berlangsung dalam waktu yang relatif lama.

Kasus Minamata saja baru setelah 30 tahun sejak ditemukan memperoleh pengesahan resmi dari pengadilan Jepang. Kasus Buyat di Sulawesi utara juga kurang jelas.

Yang pasti kata Masazumi, penyakit minamata tidak bisa sembuh karena menyerang syaraf. Kesakitan dan kesusahan dalam kehidupan sehari-hari tetap berlanjut selama penderita masih hidup.

Uang tidak sanggup mengurangi segala kesulitan ini. Karenanya masyarakat Kuansing jangan mengulangi kesalahan seperti yang dialami penduduk di kota dan Teluk Minamata walaupun lingkungannya berbeda.

Kandungan merkuri hasil uji Laboratorium Kesehatan dan Lingkungan Provinsi Riau tahun 2013 terhadap air bersih di Cerenti dan di Teluk Kuantan (0,001 mg/L), dan di Lubuk Ambacang (0,02mg/L) dibandingkan dengan baku mutu air kelas I sebagai bahan baku air minum (0,001 mg/L) atau kelas II (0,002 mg/L) berarti kandungan merkuri sudah di ambang batas, bahkan di Lubuk Ambacang sudah melebihi ambang batas yang dibolehkan.

(Catatan: Air sampel apakah berasal dari air bersih yang telah diolah atau langsung dari air sungai dan pada musim apa disampel tidak dijelaskan) Riau Pos (12/1). Tetapi, keberadaan merkuri di dalam air Sungai Kuantan ini diduga kuat berasal dari kegiatan PETI karena tidak ada sumber lain.

Walaupun air sungai mengalir, namun ikan dan kerang-kerangan terus terpapar di sedimen dalam waktu lama tetap merupakan sumber makanan penduduk. Kita belum tahu apa yang terjadi di masa depan.

Akhirnya berdasarkan informasi ini, kiranya masyarakat, tokoh-tokoh adat dan ulama, pengusaha dan pemerhati lingkungan semakin perduli terhadap kondisi yang dialami masyarakat di Kabupaten Kuangsing, khususnya yang berkepentingan dengan kondisi lingkungan air dan perairan Sungai Kuantan.

Jangan biarkan Bapak Bupati Sukarmis berjuang sendirian untuk menjaga kepentingan seluruh masyarakatnya.***(ak27)



Adnan Kasry
Dosen Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Unri


http://ak27protect.blogspot.com

0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN