Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Sabtu, 15 Februari 2014

Wayang Kulit dan Wayang Orang

Sabtu, Februari 15, 2014 By Unknown No comments

Oleh : Syamsul Nizar


[ArtikelKeren] OPINI - Dilihat dari aspek budaya, wayang merupakan salah satu kekayaan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Eksistensinya bukan hanya sebatas budaya, akan tetapi media penyampai pesan, baik pesan adat maupun agama.

Dalam pementasan wayang kulit, ada dua sosok subyek yaitu dalang dan wayang kulit yang dimainkan. Keduanya bagaikan dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan.

Berbeda dengan wayang wong (wayang orang) yang hanya memiliki sosok subyek tunggal dalam pementasannya.

Bila dilihat dari sisi nilai filosofisnya, kedua bentuk kebudayaan tersebut memiliki makna yang berbeda bila dikaitkan dengan cermin kehidupan saat ini, yaitu :

Pertama, wayang kulit menyimbolkan sosok yang tak memiliki kemampuan apa-apa. Ia bersifat pasif dan hanya mampu menunggu kecerdasan sang dalang untuk menjadi penggeraknya.

Wayang kulit memang berani tampil ke depan dengan berbagai gambaran ksatria, namun tak memiliki kemampuan apa, kecuali hanya menunngu disetir oleh sang dalang.

Kedua, dalang merupakan orang cerdas yang mengendalikan wayang kulit, sekaligus menceritakan apa yang akan dilakukan si wayang. Namun, ia tak pernah berani tampil ke permukaan dan mempertenggungjawabkan apa yang diskenariokannya.

Sementara wayang wong subyeknya menjadi satu antara pelaku dan watak yang dimainkan. Antara pelaku dan watak yang dimainkan menjadi satu kesatuan. Dialah sosok pelaku, aktor intelektual pembuat cerita, dan simbol tokoh yang dimainkan.

Bila kedua bentuk budaya di atas dijadikan cermin dalam kehidupan saat ini, maka akan terlihat dua sisi yang berbeda, yaitu: Pertama, wayang kulit mengisyaratkan sosok yang selalu tampil kepermukaan, tapi tak memiliki kemampuan, apatahlagi kualitas diri.

Akibatnya, ia hanya bisa menjadi simbol tanpa memiliki kualitas diri. Ia hanya bisa digerakkan, akan tetapi tak mampu bergerak sendiri.

Semua aktivitas dirinya sangat tergantung oleh sang dalang yang berada “di belakang layar” sandiwara. Tampilannya di muka umum hanya sebatas boneka atau benda “mati” yang digerakkan oleh dalang di belakangnya. Si dalang selalu menjadi penentu gerak si wayang kulit.

Akan tetapi, meski dalang memiliki kekuatan, namun ia hanya mampu menggerakkan di belakang layar karena dirinya tak cukup nilai jual untuk dimunculkan kepermukaan.

Si dalang hanya mampu menyetir arah gerak wayang kulit karena kaki si wayang selalu berada di tangannya, berikut rahasia alur cerita si wayang kulit.

Akibatnya si wayang kulit tak memiliki kekuatan apa-apa, kecuali hanya “terpaksa” mengikuti gerak keinginan si dalang pengatur cerita.

Kedua, berbeda dengan wayang wong yang tampil apa adanya tanpa dengan kualitas diri. Eksistensinya sebagai penggerak yang cerdas, sekaligus berani tampil kepermukaan.

Ia memiliki kualitas diri sekaligus harga diri. Ia tampil dengan kualitas dan mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan tanpa dipengaruhi oleh orang lain.

Ia tampil dengan amanah yang diemban, tanpa pesan sponsor “di belakang” layar yang selalu ada. Ia tampil karena kualitas diri dan sekaligus nilai jual pada publik.

Keberadaan sponsor hanya sebatas persyaratan pementasan, namun bukan pewarna langkah wayang wong dalam mementaskan sebuah cerita.

Bahkan, sponsor tak tahu dan kadangkala tak mengerti atas alur cerita yang dipentaskan oleh wayang wong. Wayang wong tampil dengan kekuatan dirinya, baik kualitas intelektual maupun kebebasan gerak menentukan arah cerita yang membuat seluruh penonton puas dan bahagia melihat tampilannya.

Kupasan cerita dibangun oleh interaksi kerja sama setiap tokoh wayang wong yang berkualitas. Interaksi yang harmonis antar setiap pemain disesuaikan pula dengan kualitas karakter yang cocok untuk dimainkan oleh setiap aktor.

Penetapan sosok karakter dibangun oleh profesionalitas pemain, bukan oleh simpul “kepentingan” yang justru akan memporakporandakan alur cerita yang berakibat kekecewaan penonton.

Suatu bangsa yang ingin maju sangat memerlukan lahirnya sosok wayang wong di tengah-tengah munculnya wayang kulit. Melalui kekuatan wayang wong, suatu bangsa akan maju.

Akan tetapi, bila yang muncul wayang kulit, maka suatu bangsa akan mengalami kemunduran akibat ulah si dalang yang acapkali lebih mengutamakan kepentingan diri.

Sementara wayang kulit hanya berupaya memuaskan kepentingan si dalang agar permainannya tetap bertahan lama dan berkelanjutan.

Pilihan yang arif selalu ada bagi bangsa yang cerdas dalam menentukan arah masa depan yang lebih baik. Apakah akan melanjutkan pencitraan diri dengan hanya tampil sebagai wayang kulit yang hanya menunggu digerakkan oleh si dalang, atau menjadi wayang wong yang penuh kualitas dan tanggung jawab.

Terserah mana arah pilihan akan dimuarakan. Namun perlu diingat, catatan sejarah tak pernah bisa dihapus dan pertanggungjawaban vertical tak akan mampu dibohongi oleh hanya sebatas sebuah kulit tipis yang dijadikan alat pementasan sebuah cerita.***(ak27)


Syamsul Nizar
Guru Besar di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Suska Riau


http://ak27protect.blogspot.com

0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN