Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Sabtu, 15 Februari 2014

Soekarno, Raffles, dan Bengkulu

Sabtu, Februari 15, 2014 By Unknown No comments

Oleh : Mulyadi


[ArtikelKeren] OPINI - Duncak Peringatan Hari Pers Nasional(HPN) di Bengkulu tanggal 9 Februari berlangsung meriah. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendapat penghargaan istimewa “Sahabat Pers”.

Sementara Gubernur Sumatra Selatan Alex Noerdin menerima award untuk “Kepeloporan Pelatihan Wartawan”. Masih banyak acara lainnya mewarnai HPN 2014.

Namun yang menarik, puncak peristiwa itu dilakukan di Benteng Marlborough, yang dibangun Inggris ratusan tahun silam.

Sejarah mencatat, tahun 1938-1942 tokoh nasonal Soekarno dibuang Belanda ke Bengkulu. Sebagai pejuang, dia melakukan modernisasi Islam di Bengkulu.

Selain itu, menanamkan patriotisme dan nasionalisme di kalangan masyarakat menuju kemerdekaan Indonesia. Peristiwa historik yang juga tidak dapat dilepas dari ingatan, peran Fatmawati Soekarno menjahit bendera Sang Saka Merah Putih, kemudian dikibarkan saat Prokalamasi Kemerdekaan, 17 Agustus 1945 di Jakarta.

Fatmawati berasal dari Bengkulu. Sementara Soekarno yang populer disebut Bung Karno memanfaatkan waktu dalam pengasingan dengan melakukan berbagai kegiatan.

Menulis naskah sandiwara, membaca buku-buku mengenai pertanian, hukum dan teknologi. Sebagai pejuang, strateginya melawan penjajah Belanda tidak mungkin dengan cara terbuka. Soekarno melakukan kritik melalui peran media. Cara ini lebih jitu daripada rapat terbuka, yang mudah dilacak

Menurut buku Di Bawah Bendera Revolusi yang dikutip Panitia HPN 2014, Soekarno menjadi Koresponden surat kabar Pemandangan. Dalam dua kali sebulan, dia mengirimkan tulisan-tulisannya.

Kritik yang dibuatnya, tidak langsung “menggebrak” pemerintah kolonial. Mula-mula ditulisnya hal-hal yang sifatnya netral. Akan tetapi, tekadnya bulat tetap memperjuangkan kemerdekaan.

Sehingga tulisannya lama-kelamaan tajam, bahkan menusuk.

Menteri Komunikasi dan Multimedia Malaysia, Dato’ Sri Ahmad Shabery Cheek mengatakan, Bung Karno yang lama tinggal di Bengkulu turut mempengaruhi bahasa yang berasaskan Melayu Sumatra, menjadi lingua franca.

Padahal bahasa itu bukan termasuk mayoritas di Indonesia. Hal ini diucapkan dalam jamuan makan malam di Bengkulu memperingati HPN 2014.

“Keputusan itu besar artinya,” ujarnya. Indonesia dan Malaysia menjadi semakin rapat. Bahasa Indonesia dipahami orang Malaysia. Begitu pula bahasa Malaysia dipahami orang Indonesia.

Apresiasi terhadap Bung Karno dalam mempertahankan bahasa nasiona merupakan penilaian positif dari negeri jiran.

Peran Bung Karno melalui kritik yang ditulis di media, merupakan sejarah bagi pers di Bengkulu. Kemudian kurun waktu berikutnya, muncul berbagai surat kabar. Bengkulu yang tadinya tidak menonjol dalam peran pers, mampu menerbitkan bermacam-macam koran. Begitu pula media elektronik berkembang.

Padahal, Bengkulu merupakan provinsi “kecil” di Sumatra, karena APBD-nya cuma sekitar Rp1,4 triliun. Dengan peran pers yang profesional, kritis, dan jujur, pembangunan dapat berjalan baik.

Karena pengawasan seimbang dan obyektif. Semboyan di seantero kota, ”Pers Sehat, Rakyat Berdaulat,” membuat suasana lebih hidup saat HPN 2014.

Sejarah perkembangan pers di Bengkulu sebenarnya mencapai ratusan tahun, saat Thomas Stanford Raffles menjadi gubernur.

Dia memerintah sejak tahun 1818-1824. Ketika itu terbit surat kabar bernama The Malayan Gazette, yang merupakan media pertama di Sumatera.

Guna mendukung kelancaran penerbitan pers tersebut, dibangun pula percetakan. Raffles melihat komunikasi merupakan hal mustahak.

Bahkan bagi masyarakat jajahan, harus mendapat perhatian. Persoalan masyarakat yang perlu segera ditangani, dapat diketahui dengan cepat.

Meski sewaktu memasuki Bengkulu terjadi musibah gempa bumi hebat, semua bangunan hancur berantakan, infrastruktur dalam keadaan amburadul, dengan kerja keras dan kesungguhan, mantan penguasa Batavia ini akhirnya mampu mengatasi kesulitan pasca dijalankannya.

Raffles seorang kolonialis. Namun perannya tidak kecil bagi kemajuan masyarakat, pendidikan, dan ilmu pengetahuan.

Bengkulu yang ditukar dengan Singapura dan Melaka melalui Traktat London 1824, membuktikan Raffles seorang visioner.

Belanda ingin menguasai Bengkulu semata-mata karena hasil buminya. Makanya para “sinyo” itu rela menukar Singapura dan Melaka yang dikuasainya kepada Inggris.

Sementara mantan penguasa Batavia yang berasal dari keluarga miskin tersebut , berhasil menyulap Singapura dan Melaka menjadi kawasan berkembang. Posisinya sebagai salah satu pusat perdagangan dunia, pariwisata, dan teknologi.

Seorang pakar mengatakan, kunci keberhasil Raffles adalah fokus pembangunan bertumpu pada beberapa hal: mengutamakan pendidikan masyarakat agar tidak bodoh; membangun kawasan yang sehat, modern dan kukuh; dan membenahi infrastruktur dan perkuat jalur perhubungan. Resep itu cukup manjur. Pengalaman di Bengkulu, membuka cakrawala baru.***(ak27)


Mulyadi
Wartawan Senior


http://ak27protect.blogspot.com

0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN