Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Jumat, 27 September 2013

Menakar Model Berhaji

Jumat, September 27, 2013 By Unknown No comments

Oleh : Masrizal Al Husyaini


 
[ArtikelKeren] OPINI - Haji merupakan pertunjukan simbolis filsafat penciptaan Nabi Adam AS. Untuk lebih menjelaskan ini, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan haji mempertunjukkan banyak hal secara bersamaan.

Haji adalah pertunjukan penciptaan, petunjukkan sejarah, pertunjukan ke-Esa-an, pertunjukan ideologi Islam dan pertunjukan persatuan umat muslim sedunia. Pertunjukan itu berlangsung pada setiap tahunnya.

Haji merupakan pemberontakan menentang tirani seorang yang tidak bermoral kepada seorang yang memiliki kesolehan individu dan sosial.

Tindakan revolusioner menjadi tamu Allah akan menyingkap kepulangan yang tak terbatas nilainya, bebaskan dirimu dari seluruh kebutuhan dan ketamakan yang mengalihkan perhatian kita dari Allah.

Oleh karena itu, bergabunglah bersama hijrah abadi manusia menuju haji “Temuilah “ Allah yang maha besar.

Dalam suasana aktivitas haji dipraktikan dalam acara-acara ritual dalam bentuk kewajiban ataupun larangan dan dalam bentuk nyata dan simbolik, kesemuanya itu pada akhirnya mengantarkan jamaah haji hidup dengan pengamalan dan pengamalan kemanusian yang universal.

Haji Mabrur
Setiap orang melaksanakan ibadah haji berharap mendapatkan haji yang mabrur karena Nabi Muhammad SAW bersabda: haji yang diterima di sisi Allah tidak ada balasanya kecuali surga (HR Muslim). Secara bahasa, mabrur berarti diterima. Secara istilah Imam an Nawawi dalam kitab Shahih Muslim bi Syarhi an Nawawi Jilid IX haji yang mabrur adalah yang tidak bercampur dengan pekerjaan dosa, maksiat, atau ria dalam mengerjakanya.

Dalam hal ini dengan mengaitkanya dengan Surah al-Baqarah ayat 197 yaitu: Maka haji yang mabrur harus di lakukan dengan nafkah yang bersih, niat ikhlas, tidak mengucapkan kata-kata rafast ( tidak senonoh) tidak melakukan perbuatan fasik dan pertengkaran.

Haji juga harus memenuhi rukun dan wajibnya serta tidak melanggar hal-hal yang diharamkan ketika mengerjakanya, haji seperti ini tidak hanya akan menghapus sebagian dosa pelakunya tetapi juga pasti membawanya masuk surga.

Bila demikian tinggi nilai haji mabrur, maka sepantasnya nilai yang tinggi tersebut di pertahankan sampai kembali ke kampung halaman

Menakar Model Haji
Gelombang jamaah haji terus berdatangan menuju Tanah Suci Makkah tidak terkecuali jamah haji dari Provinsi Riau. Berbeda dengan ibadah yang lainya haji merupakan ibadah perjalanan jauh dan berat terlebih kita yang jauh dari jazirah Arab sebagai bangsa Asia sebab haji mengusung ibadah yang lebih menguasai fisik dan materi.

Situasi dan kondisi ibadah haji sangat kondusif untuk menghadirkan kesadaran kita akan keberadaan dan pengawasan Tuhan, hal ini di karenakan pengalaman haji ke Makkah melihat dan merasakan negeri di mana Nabi beserta para sahabat dilahirkan, berjuang, dibesarkan dalam penyebaran ajaran Islam, secara langsung disaksikan sudah barang tentu akan melahirkan haji yang memiliki kesalehan pribadi (mabrur) dan mampu menebar benih cinta akan kebaikan selepas haji di kampung halaman.

Sadar ataupun tidak, fenomena masyarakat kita saat ini banyak menilai, orang yang berhaji sama sekali belum menjamin mampu menjadi pioner kebaikan, sekaligus panutan, setelah ia kembali ke tengah masyarakatnya.

Banyak bukti yang kita dapati di media cetak, elektronik atau di dunia maya masih dapat ditemukanya pejabat yang bergelar haji, terindikasi kasus kejahatan seperti suap, korupsi dan lain sebagainya. Ini membuktikan motifasi berhaji belum tulus dan ikhlas, dalam konteks inlah ada tiga jenis tipikal haji yang kita bisa cermati.

Pertama,tipe haji pelancong (wisata), orang yang berhaji model ini cenderung beranggapan ibadah haji ibarat objek wisata. Tidak heran yang dominan dalam pikiranya adalah belanja, jalan-jalan, tentang keindahan, kenyamanan dan pastinya tempat hiburan, dalam pikiranya selalu muncul oleh-oleh apa yang akan dibawanya nanti setibanya di Tanah Air, dirinya lebih sibuk berbelanja dan tiduran di pemondokkan daripada ibadah, fenomena seperti ini masih banyak kita temukan di Tanah Suci padahal tujuan utamanya datang berhaji tidak lain adalah ibadah.

Kedua, tipe haji bisnis, tipe haji model ini mengambil kesempatan dalam kesempitan. Bak istilah kata pepatah kita Sambil menyelam minum air atau sekali berkayuh dua, tiga pulau terlampaui.

Dalam berhaji, adalah satu hal yang sangat sulit jika kita memadukan urusan akhirat dengan dunia. Haji merupakan urusan akhirat, seharusnya penghayatan ibadah haji lebih berorientasi kepada kehidupan akhirat.

Bagaimana kita bisa leluasa ikhlas beribadah kepada Allah, jikalau orientasi untung-rugi materi yang terbesit dalam hati dan pikiran kita.

Memang akhir-akhir ini ada fenomena yang aneh dapat kita lihat di Tanah Suci Makkah. Terdapat sekolompok orang yang bisa dibayar jika kita memerlukan bantuan mereka, seperti thawaf bagi orang yang kesulitan misalnya.

Bahkan, ada juga sekolompok orang yang bisa dibayar untuk membantu kita memberi jalan, agar kita dapat mencium Hajar Aswad.

Namun perlu diluruskan mereka itu, mencari ini melakukan demi menjadi mata pencarian untuk memenuhi keperluan hidup keluarga.

Mereka dari awal sudah berniat ingin menjual jasanya, bukan untuk menunaikan ibadah haji. Tipikal ini kelihatanya dapat dikatagorikan juga bagi mereka yang ditunjuk pemerintah, yang seharusnya bertugas dalam melayani urusan jamaah haji, justru mengambil kesempatan yang bukan diamanahkan untuknya. Akhirnya banyak urusan jamah haji yang terbelangkalai.

Ketiga, tipe haji politik. Tipe haji model ini lebeh berorientasi meraih prestasi prestise politik di tengah-tengah masyarakat dengan memakai embel-embel galar haji dan hajjah.

Tujuanya adalah ambisi politik, yang pada ujungnya adalah keuntungan materi. Tipe orang seperti ini berusaha merancang dirinya biasanya dalam pelaksanaan Pemilukada, seakan-akan ia orang baik dan jujur, karena ada gelar hajinya.

Fenomena ini menjadi biasa kita temukan di negara kita, baik dalam pemilu skala nasional dan kedaerahan, beramai-ramai para kandidat member embel-embel haji pada namanya, jika belum maka sesegera mungkin ia melaksanakan ibadah haji. Sudah tentu, target yang ingin dicapai, setelah ambisi politik diraih karena dukungan umat Islam, justru aspirasi umatnya malah ditinggalkan.

Motivasi haji mestilah diluruskan sejak awal, jangan sampai ibadah haji yang menghabiskan dana yang tidak sedikit tersebut dipandang sia-sia oleh Allah SWT.

Alangkah ruginya kita melakukan amal ibadah haji dengan bersusah payah, mengerahkan fisik dan materi namun haji mabrur hilang karena penyakit hati kita seperti maksiat, sombong, ujub dan lainya yang tidak mampu disembuhkan. Wallahu A’lam.***


Masrizal Al Husyaini
Mahasiswa Program Pascasarjana UIN Suska Riau

Sumber : riaupos.co

0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN