Oleh : Junaidi
Pasangan Annas Maamun dan Arsyadjuliandi Rachman didaulat menjadi nakhoda memimpin Riau. Kini kapal lancang kuning penuh muatan persoalan dan sekaligus harapan.
Kekayaan Riau belum optimal pemanfaatannya untuk kesejahteraan rakyat. Masyarakat tentu saja menaruh harapan yang besar kepada gubernur yang baru untuk benar-benar menjalankan program pembangunan demi kepentingan rakyat dan bukan demi kepentingan politik.
Proses pemilihan gubernur periode ini cukup panjang, melelahkan dan menguras energi. Ada dua putaran pemilihan serta ditambah lagi dengan proses sengketa di Mahkamah Konstitusi (MK).
Pelaksanaan pemilihan gubernur cukup baik karena tidak menimbulkan konflik yang berarti.
Ini membuktikan bahwa orang Riau arif dalam menjalankan proses demokrasi. Kompetisi pemilihan gubernur Riau telah usai. Berbagai luka politik yang disebabkan pertarungan politik harus disembuhkan secepatnya.
Yang menjadi fokus sekarang adalah perahu lancang kuning akan melanjutkan perjalanannya. Nakhoda baru segera akan bertugas.
Nakhoda itu memang sangat penting sebab dia yang diberikan otoritas untuk memimpin kapal. Namun nakhoda tentu saja tidak sendiri.
Ada banyak unsur lain yang berperan penting dalam menjalankan kapal. Keandalan nakhoda ditentukan oleh kemampuannya membangun satu tim yang tangguh untuk menjalankan kapal.
Gubernur bukanlah “superman” tapi ia harus membangun superteam yang mampu menggerakkan orang-orang yang menjadi timnya.
Sebagai orang Riau kita bersama perlu merenungkan pesan yang terdapat dalam lagu Lancang Kuning sebagai lagu orang Riau: lancang kuning berlayar malam/ haluan menuju ke laut dalam/ kalau nakhoda kuranglah faham/ alamatlah kapal akan tenggelam/ lancang kuning menerkam badai/ tali kemudi berpilih tiga.
Lagu ini mengandung nilai falsafah yang sangat mendalam terkait peran strategis pemimpin dalam menjalankan amanah yang diberikan kepadanya.
Secara semiotika lirik lagu ini penuh dengan tanda-tanda untuk melukiskan peran pemimpin dalam memajukan Riau. Kapal lancang kuning merujuk pada Provinsi Riau.
Sebagai sebuah salah satu provinsi di Indonesia, Riau terus berkembang. Hantaman gelombang yang kuat dan cuaca buruk adalah permainan alam yang harus dihadapi dengan penuh percaya diri.
Pola diktator dan belenggu dari pemerintah pusat pada masa orde baru menjadi pengalaman berharga bagi orang Riau untuk terus memperjuangkan kemandirian di bawah bayang-bayang pemerintah pusat. Orang Riau terus melakukan percepatan dalam berbagai bidang. Kekayaan alam Riau terus saja diekploitasi untuk memenuhi keperluan Indonesia.
Sedangkan Riau hanya mendapatkan dana bagi hasil yang relatif kecil. Padahal dampak kerusakan ekploitasi alam semakin memperburuk alam Riau.
Deskripsi kapal lancang kuning berlayar malam memberikan kesan bahwa Riau adalah negeri yang tangguh. Malam yang gelap bukan hambatan bagi Riau untuk terus berlayar.
Bagi orang Riau malam itu adalah harapan bukan ketakutan. Laut yang dalam pun tidak ditakuti sebab laut yang dalam memberikan harapan-harapan bagi kemajuan Riau.
Lancang kuning itu kehidupan dan harapan orang Riau. Sangat berat sebenarnya tugas yang diberikan kepada Gubernur Riau karena beliau harus menyelamatkan kapal lancang kuning beserta penumpangnya. Karena beratnya tugas seorang pemimpin, orang Melayu sangat menghormati pemimpin.
Orang Melayu memuliakan pemimpin seperti dilukiskan dalam tunjuk ajar Melayu: adat hidup orang berbudi, terhadap pemimpin ia hormati.
Pandangan positif orang Melayu terhadap pemimpin harus benar-benar dihormati pula oleh pemimpin dengan cara menjalankan semua amanah yang diberikan rakyat kepadanya. Bila amanah disia-siakan maka amarah yang akan datang.
Peran nakhoda yang andal sangat berperan dalam meneruskan perjalanan lancang kuning. Tali kemudi berpilin tiga yang terdapat dalam lagu lancang kuning mengisyaratkan perlunya keteguhan dan konsistensi seorang pemimpin berpegang pada hukum, peraturan, etika dan nilai-nilai kepatutan dalam menjalankan tugasnya.
Concern atau perhatian sungguh-sungguh seorang pemimpin menjadi kekuatan utama seorang pemimpin untuk menjalankan tugas yang diamanatkan rakyat kepada dirinya.
Hari ini banyak pemimpin pintar secara akademis dan mahir dalam berpolitik. Persoalannya, kepintaran dan kemahiran dalam berpolitik tidak cukup. Yang paling diperlukan adalah perhatian serius para pemimpin untuk membela kepentingan rakyat.
Demi keselamatan kapal lancang kuning untuk terus berlayar dalam memenuhi harapan orang Riau, seorang nakhoda perlu membaca tanda-tanda alam yang mungkin menghambat perjalan kapal lancang kuning.
Meskipun seorang nakhoda telah paham dan terbiasa membaca tanda-tanda, sebagai penumpang yang ingin selamat kita perlu mengingatkan nakhoda sebab kebanyakan tanda-tanda hari ini banyak yang menipu.
Kita sangat sayang nakhoda kita! Karena sayang itulah kita ingatkan bersama agar kapal yang kita tumpangi ini benar-benar berlayar tepat pada tujuan, yakni mensejahterakan rakyat Riau.
Kita semuanya cemas kapal lancang kuning kita tenggelam dan gagal sampai tujuan. Jika ada gelombang dan badai, kita dengan mudah menghadapinya, Jika ada perompak atau bajak laut, kita lawan bersama-sama.
Namun bila ada ada musuh dalam selimut, ada para tukang fitnah yang tak amanah, ada para pembisik yang sirik, dan para penghianat yang terlaknat, terkadang sangat sulit kita kenali karena mereka berada dalam lingkungan kita sendiri.
Oleh karena, ada beberapa perkara yang perlu diberikan perhatian secara mendalam agar kapal tak tenggelam
Pertama, jangan terjerat kasus hukum. Sikap kehati-hatian dan berpegang teguh kebenaran menjadi dasar untuk menjalankan perahu lancang kuning.
Rambu-rambu menjalankan perahu lancang kuning harus benar-benar diperhatikan. Kedua, pecah kongsi kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Kejadian pecah kongsi sudah banyak terjadi di Indonesia, termasuk Riau. Hubungan mesra pada saat pencalonan dan awal jabatan harus dipelihara dengan sebaik-baiknya.
Beda pendapat antara kepala daerah dan wakil kepala daerah biasa, tetapi perbedaan kepentingan membuat celaka.
Ketiga, melalaikan amanah rakyat. Gejala melalaikan amanah rakyat rakyat adalah ketika pemimpin terlalu sibuk mengurus kepentingan politik, partai dan bisnisnya.
Keempat, optimalisasi sumber yang ada. Riau memiliki banyak potensi yang dikembangkan. Potensi alam dan sumber daya manusia sangat banyak.
Anggaran pembangunan di Riau juga cukup besar sehingga yang diperlukan adalah pemanfatan anggaran yang benar-benar sesuai dengan kepentingan masyarakat.
Kelima, penguatan program kebudayaan. Berbicara Riau tidak bisa terlepas dari budaya Melayu. Identitas Riau itu adalah Melayu.
Semangat Melayu merupakan dasar bagi orang Riau untuk membangun Riau. Namun kenyataanya, program kebudayaan di Riau belum jelas arahnya.
Untuk mempelajari kebudayaan Melayu sendiri saja di sekolah, kita belum berhasil. Kita sangat terlambat dibandingkan provinsi lain dalam pengajaran budaya di sekolah.
Kita seakan-akan tak peduli dengan kebudayaan kita sendiri, padahal semangat dan nyawa yang dalam diri kita ini ditentukan oleh pemahaman kita terhadap kebudayaan kita sendiri.
Jika program kebudayaan tidak dijalankan secara serius, maka orang Riau semakin kehilangan jati diri dan ini adalah petanda kapal lancang kuing akan tenggelam.***(ak27)
Junaidi
Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unilak
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.