Hal ini membuat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau mulai memaksimalkan potensi daerah agar tak kecolongan seperti tahun lalu. Karena dalam sepekan ini diketahui jumlah titik api tersebar mencapai 287 titik.
Namun jika kebakaran tetap meluas, maka usulan kepada pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk meminta bantuan penanganan tetap akan diupayakan, seperti bantuan membuat hujan buatan melalui teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau bom air (water bombing).
Penjabat Gubernur Riau (Pj Gubri), Prof Djohermansyah Djohan usai memimpin rapat konsolidasi bersama jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Riau, Jumat (7/2) di kantor gubernur. Salah satunya membahas kondisi terkini di Riau, seperti asap yang semakin pekat.
"Asap akibat karhutla berdasarkan data BMKG memang lebih cepat dari musim kemarau. Di mana seharusnya terjadi pada Mei di Riau. Karenanya langkah jangka pendek kami tetap upayakan dengan segala potensi dan kekuatan daerah dalam memadamkan titik api hingga asap benar-benar hilang,’’ tuturnya.
Terkait status Provinsi Riau akibat asap yang melanda, Dirjen Otda Kemendagri tersebut mengemukakan, saat ini masih dalam status siaga asap.
Bersama stakeholder terkait, kemarin Pj Gubri memimpin berbagai langkah penanganan dalam mencegah karhutla, seperti pertemuan dengan pihak swasta dari unsur perkebunan, lalu memimpin pasukan task force yang disiagakan Pemprov Riau untuk turun ke lapangan dari unsur Satpol PP Riau, BPBD Riau dan TNI/Polri yang menggelar apel siang kemarin di halaman kantor gubernur.
"Kami juga meminta pihak perkebunan swasta di Riau untuk bersama memadamkan api. Intinya kami lakukan tindakan dulu. Kalau memang harus meminta bantuan pusat tentu akan dilakukan,’’ sambungnya.
Pasukan task force yang terdiri sekitar 300 personel dari gabungan berbagai instansi tersebut dalam gelar pasukan kemarin lengkap membawa sarana prasarananya, seperti kendaraan pemadam kebakaran hingga peralatan untuk turun langsung ke lapangan.
Dilanjutkan Pj Gubri, jika memang dalam prosesnya nanti tim penanganan provinsi bersama kabupaten yang akan turun bersama ke lapangan untuk memadamkan titik api tak mampu, baru setelahnya Pemprov meminta usulan bantuan kepada pemerintah pusat.
"Karena keterbatasan peralatan dan sarana, memang kami harus meminta bantuan pusat untuk membuat hujan buatan dan bom air. Yang jelas semua harus dimaksimalkan dulu dengan potensi yang ada,’’ sambungnya.
Disinggung mengenai anggaran yang disiapkan Pemprov dalam penanggulangan asap akibat Karhutla, dilanjutkannya semuanya sudah disediakan pada anggaran di BPBD Riau sebesar Rp10 miliar.
"Namun sifatnya anggaran ini untuk keperluan bencana dalam satu tahun. Sehingga diharapkan dapat dimaksimalkan untuk siaga asap sekarang ini,’’ tambahnya.
Tak ingin kecolongan seperti tahun lalu, pasukan task force yang disiapkan kemarin akan segera diturunkan pada titik bencana yang cukup membutuhkan bantuan, seperti Meranti dan Bengkalis.
Siaga Asap
Status kabut asap di Riau masuk dalam tahap siaga darurat. Dengan tahapan ini, proses antisipasi dan penanganan menjadi prioritas khusus untuk dilaksanakan secara berkelanjutan.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Said Saqlul Amri, Jumat (7/2) di Kantor Gubernur Riau. Menurutnya, kabut asap di Riau bukan saja berdampak lokal juga sampai lintas nasional.
Dia menilai status siaga darurat asap itu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi. Seperti jarak pandang yang masih berjarak 1,5 Km dan beberapa kasus kebakaran lahan di beberapa daerah di Riau.
Sementara saat ditanyakan mengenai jumlah hot spot yang terpantau di BPBD, dia mengatakan pihaknya menggunakan data dari satelit NOAA. Kondisi itu menyebabkan terjadinya perbedaan dengan data hot spot dari Badan Metereologi dan Geofisika.
"Kabut asap sangat dipengaruhi oleh arah angin. Tercatat ada 6 titik seperti di Siak, Meranti, Dumai. Kami akan turun langsung untuk membantu. Kami juga akan minta bantuan BNPB pusat,’’ jelas mantan Kepala Dinas Sosial itu.
Perbedaan itu tambah Saqlul disebabkan hot spot dari pantauan satelit NOAA melihat dengan indikator yang berbeda dengan satelit lainnya. "Ya kalau yang lain memang sampai ratusan. Soalnya, api rokok saja bisa terpantau sebagai hot spot,’’ ujar Saqlul.
Dia juga mengaku akan berkoordinasi ke BNPB pusat. Ini dilakukan untuk mendapat bantuan dana dalam penanganan kabut asap dari udara.
Sementara untuk tingkat lokal, BPBD Riau berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Diskes) dalam penyaluran masker dan keperluan pendukung.
"Kami juga tadi pagi sudah turun langsung membagikan 5.000 masker bersama Dinas Kesehatan di bundaran kantor gubernur Riau. Kami juga telah berkoordinasi dengan Kabupaten Kepulauan Meranti untuk memadamkan api. Hal ini dikarenakan kebakaran lahan di Meranti cukup luas,’’ imbuh Saqlul.
Pembakar Lahan Ditangkap
Dalam pada itu, Jasni (41) dibekuk tim reskrim Polsek Tampan, Jumat (7/2). Pasalnya, pekerja bangunan tersebut diduga melakukan pembakaran lahan di Jalan Srikandi Ujung Kelurahan Delima Kecamatan Tampan sekitar pukul 14.00 WIB.
Informasi yang dirangkum pihak kepolisian, awalnya pihak Kepolisian Sektor (Polsek) Tampan mendapat laporan ada lahan yang terbakar. Mengetahui hal tersebut, pihak kepolisian langsung mendatangi lokasi dengan sebelumnya juga telah memberitahukan kepada pihak Dinas Pemadam Kota Pekanbaru.
"Kami tadi dapat laporan kalau ada lahan yang terbakar. Saat mendatangi lokasi seseorang yang diduga melakukan pembakaran masih berada di sekitar lokasi. Mendapati hal tersebut, anggota langsung melakukan pengamanan berikut barang bukti satu korek api,’’ kata Kapolsek Tampan, Kompol Suparman.
Lebih lanjut dikatakan Suparman, lokasi lahan yang terbakar merupakan lahan kosong berukuran 50x30 meter. Namun jika dibiarkan dan tidak segera dipadamkan, dikhawatirkan kebakaran akan menjalar lokasi lain karena di sekitar lahan masih terdapat lahan kosong dengan luas 10 hektare.
"Beruntung pihak pemadam berhasil dengan cepat memadamkan kobaran api. Kalau tidak kondisi lahan gambut yang terbakar akan meluas dan menimbulkan asap pekat,’’ jelas Suparman.
Saat ini, tersangka bersama barang bukti telah diamankan guna menjalani proses penyidikan lebih lanjut. Sementara itu untuk proses hukumnya, pihaknya akan melakukan proses hukum sesuai dengan aturan yang berlaku.
Untuk mengantisipasi hal serupa, Kapolsek juga mengimbau kepada warga untuk tidak melakukan pembakaran lahan sembarangan. Karena belakangan ini di Provinsi Riau beberapa titik panas kembali muncul usai terbakarnya beberapa lokasi.
"Jangan sampai gara-gara warga membakar lahan, Pekanbaru dan daerah sekitarnya kembali diselimuti asap tebal. Kalau begitu tentunya menggangu aktivitas,’’ imbau Kapolsek.
Sementara itu, tersangka Jasni mengaku tidak ada yang memerintahkan untuk melakukan pembakaran lahan tersebut. Dikatakannya, ia membakar atas inisiatif sendiri dan nantinya lokasi tersebut akan dijadikan lahan untuk bercocok tanam.
"Saya tidak tahu siapa yang punya lahan itu. Nanti setelah lahannya bersih mau saya tanami ubi,’’ ujarnya yang mengaku hanya mengeyam pendidikan Sekolah Dasar tersebut.
Sepekan 287 Titik Api
Sementara, pantaun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Pekanbaru, Jumat (7/2) jumlah hot spot di Riau mengalami penurunan drastis jika dibandingkan sehari sebelumnya. Jumat kemarin jumlah titik api yang terdeteksi hanya 26 titik, sementara Kamis (6/2) jumlahnya mencapai 261 titik.
"Berdasarkan pantauan pagi hanya 26 titik api di Riau yang terdiri dari Bengkalis 19 titik, Indragiri Hilir 4 titik, Siak 2 titik dan Pelalawan 1 titik dengan tingkat kepercayaan kebakaran 80 persen mencapai 15 titik,’’ ujarnya staf analisa data dan informasi BMKG Pekanbaru, Indah ketika ditemui Riau Pos.
Sedangkan untuk wilayah Sumatera, disebutkan Indah, titik api meningkat dari 49 pada Kamis, (6/2) menjadi 55 titik pada Jumat (7/2) yang di antaranya terlihat di Provinsi Aceh, Sumut, Jambi dan Kepulauan Riau.
Bila dilihat data titik api atau hot spot selama sepekan belakangan di Provinsi Riau terdata sebanyak 287 titik api yang terhitung sejak tanggal 1 Februari 2014. Seperti yang dijabarkan Indah, pada tanggal 1 sebanyak 61 titik, berturut-turut 8 titik, 78 titik, 50 titik, 78 titik, 261 titik dan terakhir tanggal 7 sebanyak 26 titik.
Sedangkan untuk wilayah Sumatera untuk sepekan belakangan sudah terhitung 365 titik api sejak tanggal 1 Februari. Dijabarkan juga Indah terhitung tanggal 1 sebanyak 89 titik, berturut-turut setelah itu, 19 titik, 98 titik, 117 titik, 103 titik, 310 titik dan 81 titik pada Jumat, (7/2).
Lakukan Pemeriksaan Saksi
Sementara itu polisi mulai melakukan pemeriksaan saksi terkait kebakaran kebun sagu di Meranti yang kini mencapai sekitar 2.500 hektare. Polisi juga mulai memeriksa saksi dari PT NSP yang kebun sagunya terbakar hingga 2.000 hektare.
Demikian dikatakan Kapolda Riau, Brigjen Pol Condro Kirono MM MHum melalui Kabid Humas, AKBP Guntur Aryo Tejo, Jumat (7/2).
"Di Meranti, karhutla terjadi pada beberapa lokasi. Di Desa Telukkepau, jumlah lahan yang terbakar sekitar 2.000 Ha milik PT NSP dan lahan masyarakat berupa kebun sagu,’’ papar Guntur.
Di Desa Lukun Kecamatan Tebingtinggi Timur, 200 hektare lahan kebun sagu dan karet masyarakat yang terbakar. Sementara di Desa Batin Kecamatan Tebingtinggi Timur luas lahan yang terbakar sekitar 100 hektare milik masyarakat berupa perkebunan sagu.
"Di Desa Kayuara Kecamatan Rangsang Pesisir terbakar 600 hektare lahan terdiri dari 150 hektar kebun karet masyarakat, 230 hektare kebun sagu masyarakat dan 220 hektare semak belukar,’’ jelas Guntur.
Kondisi saat ini, api yang membakar lahan tersebut sudah padam. "Namun masih berasap akibat lahan gambut. Data sementara jumlah lahan terbakar lebih kurang 2.500 hektare,’’ tambahnya.
Penyidik kepolisian, dalam hal ini Polres Kepulauan Meranti kata Guntur sudah diturunkan ke lokasi untuk mengumpulkan bukti dan keterangan terkait kebakaran.
Ketika ditanya bagaimana dengan PT NSP yang sekitar 2.000 hektare lahannya terbakar, apakah ada dugaan kebakaran itu terjadi akibat kesengajaan, dia menyebut kemungkinan tersebut masih didalami.
Gunakan Helikopter
Dari Kabupaten Kepulauan Meranti dilaporkan, PT Nasional Sago Prima (NSP) berencana akan melakukan pemadaman dengan menggunakan helikopter yang disewa. Ini dilakukan karena upaya pemadaman yang dilakukan selama ini tidak berjalan efektif. Pihaknya juga kewalahan dalam mengatasi karhutla.
"Jadwalnya Sabtu besok (8/2) helikopter yang kita sewa akan terbang membawa air untuk memadamkan kebakaran yang terjadi,’’ kata Humas PT NSP, Setio Budi Utomo.
Budi juga membenarkan sebanyak empat ekskavator terbakar di lokasi kebakaran milik perusahaan.
Ekskavator yang terbakar itu adalah ekskavator siaga yang memang tidak dioperasionalkan oleh operatornya.
"Ekskavator itu sedang siaga di bedeng. Saat kebakaran lahan, tiba-tiba api membesar dan menghanguskan ekskavator tersebut. Akibatnya alat berat tersebut tidak bisa digunakan sama sekali,’’ aku Budi.
Kejadian terbakarnya ekskavator itu, sebut dia, terjadi pada Selasa (4/2) lalu. Kejadian terjadi pada sekitar pukul 14.00 WIB. Ia menjelaskan dalam kebakaran lahan saat ini sebanyak enam unit ekskavator lainnya juga masih terus bekerja dalam memutus jalaran api yang terus meluas.
"Ya dengan cara menggali lubang agar kebakaran tidak melebar,’’ ujarnya.
Budi yang sejak dua pekan lalu berada di lapangan itu menuturkan selama kebakaran berbagai upaya telah dilakukan pihak perusahaan.
"Jadi kami hanya tinggal menunggu usaha melalui pemadaman dengan menggunakan helikopter saja. Mudah-mudahan nantinya bisa berhasil. Sebab semua anggota sudah mulai putus asa,’’ katanya.
Sementara di pabrik dan perumahan masyarakat, Humas PT NSP ini, mengaku cukup jauh dari lokasi kebakaran.
Meski begitu dengan adanya kanal dapat mencegah kebakaran bisa merambat sampai ke pabrik atau perumahan karyawan.
"Masih jauh. Karena tanaman sagu tidak perlu di rawat seperti sawit, kami juga tidak membangun perumahan di dalam perkebunan sagu. Makanya yang terbakar hanya lahan sagu, kecuali pondok peristirahatan yang ada di dalam perkebunan sagu, tentunya ikut terbakar, letaknya pun di dekat bedeng,’’ katanya
Kepala Desa Lukun, Kecamatan Tebingtinggi Timur, Rauf saat dihubungi kemarin mengatakan di wilayah desanya, kebakaran didominasi oleh kebun sagu milik masyarakat. Termasuk juga milik perusahaan.
Total kebun masyarakat yang terbakar, katanya lebih kurang 200 hektare. Bahkan tidak sedikit kebun sagu yang terbakar itu adalah kebun yang siap panen.
"Tak sedikit kebun sagu yang sudah akan dipanen ikut terbakar. Kalau kerugian tidak bisa kami prediksi,’’ sebutnya.
Namun saat ini masyarakat sudah melakukan upaya antisipasi dengan membuat sumur di sejumlah titik. "Masyarakat membuat perigi (sumur, red) di batas-batas lahan masyarakat tersebut,’’ katanya.
Mengenai asap di Lukun sendiri Rauf bersyukur tidak menyelimuti wilayah desanya. Karena terbantu dengan angin utara yang mengarah ke laut.
"Untungnya dengan musim angin utara saat ini angin mengarah ke laut. Sehingga Desa kita tidak diselubungi oleh asap yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat,’’ katanya. (ak27)
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.