Oleh :
[ArtikelKeren] TAJUK RENCANA - Ketika banjir membuat jembatan putus dan jalan rusak itu berarti keadaan darurat sedang terjadi. Penanganannya perlu cepat.
Bayangkan, ada 3.600 jiwa terisolasi dan terancam rawan pangan di empat desa di Kamparkiri Hulu yakni Desa Kebuntinggi, Desa Pangkalankapas, Desa Tanjungpermai dan Desa Lubukbigau.
Ini akibat rusaknya sembilan jembatan yang menjadi akses ke daerah tersebut. Selain itu, jalan sepanjang 19 Km juga mengalami kerusakan parah.
Kondisi ini yang dikhawatirkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kampar akan terjadi rawan pangan, akibat terisolasi karena kesulitan mengirimkan bantuan.
Pemkab, Pemprov dan pemerintah pusat hendaknya melihat ini bukan hal yang main-main. Harus cepat dan tepat karena menyangkut nyawa rakyat yang bisa terancam mati kelaparan.
Parahnya keadaaan tergambar saat bantuan perdana Pemerintah (Pemkab) Kampar untuk warga empat desa di Kecamatan Kamparkiri Hulu, akhirnya tiba, Selasa (31/12) sore lalu.
Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kampar harus melintasi jalan berlumpur dengan medan ekstrem dan curam untuk bisa melihat kondisi warga di desa yang terancam rawan pangan akibat terisolasi karena banjir.
Lebih parahnya lagi, tim yang berangkat dari Bangkinang ini menempuh perjalanan selama tujuh jam, karena harus melalui Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat (Sumbar). Itu pun baru bisa sampai di Desa Kebuntinggi.
Belum lagi bila menuju tiga desa lainnya, Desa Pangkalankapas, Desa Tanjungpermai dan Desa Lubukbigau. Kondisi yang tak kalah ekstrem juga dialami Riau Pos yang mencoba menelusuri jalur melewati Lipatkain ke empat desa tersebut menggunakan sepeda motor.
Waktu tempuh lima jam untuk melewati jalan berlumpur, berliku dan naik turun Bukit Barisan itu baru sampai Desa Batusasak, yang berbatasan dengan Desa Lubukbigau, Selasa (31/12).
Siapa lagi yang harus peduli dengan rakyatnya kalau bukan pemerintahnya sendiri. Semua harus bergerak cepat untuk keselamatan warga yang terancam kesulitan bahan pokok tersebut.
Di sana banyak anak-anak dan orangtua tentunya. Meraka harus bertahan dalam keadaan gelap karena tak ada listrik ditambah lagi akses jalan putus sehingga persediaan makanan pokok segera habis.
Persoalan ini bukan tak dibahas dari dulu. Hanya saja terlihat masih kurang prioritas. Menurut anggota DPRD setempat berbagai upaya telah dilakukan untuk mencarikan solusi, salah satunya dengan penganggaran dana untuk pembangunan dua box culvert dan tiga jembatan di APBD Kampar 2014.
Sedangkan sisanya diharapkan bisa dibangun dari dana tanggap darurat yang ada BPBD Kampar.
Harapan anggota dewan setempat realistis. Mereka berharap pemerintah dapat menggunakan dana tanggap darurat sehingga jembatan yang rusak itu bisa segera diperbaiki.
Karena ada aturan yang memperbolehkan untuk penggunaan dana bila dalam keadaan tanggap darurat.
Persoalan tidak bisa diatasi dengan pidato namun harus segera turun lapangan dan bertindak sesuai keadaan tanggap darurat.
Namanya saja darurat maka tanggapannya pun harus cepat dan akurat. Kita tidak ingin pemerintah terdengar hanya akan, akan dan akan bertindak. Tapi bertindaklah lebih cepat dari berita. Itu baru namanya tanggap.***(ak27)
[ArtikelKeren] TAJUK RENCANA - Ketika banjir membuat jembatan putus dan jalan rusak itu berarti keadaan darurat sedang terjadi. Penanganannya perlu cepat.
Bayangkan, ada 3.600 jiwa terisolasi dan terancam rawan pangan di empat desa di Kamparkiri Hulu yakni Desa Kebuntinggi, Desa Pangkalankapas, Desa Tanjungpermai dan Desa Lubukbigau.
Ini akibat rusaknya sembilan jembatan yang menjadi akses ke daerah tersebut. Selain itu, jalan sepanjang 19 Km juga mengalami kerusakan parah.
Kondisi ini yang dikhawatirkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kampar akan terjadi rawan pangan, akibat terisolasi karena kesulitan mengirimkan bantuan.
Pemkab, Pemprov dan pemerintah pusat hendaknya melihat ini bukan hal yang main-main. Harus cepat dan tepat karena menyangkut nyawa rakyat yang bisa terancam mati kelaparan.
Parahnya keadaaan tergambar saat bantuan perdana Pemerintah (Pemkab) Kampar untuk warga empat desa di Kecamatan Kamparkiri Hulu, akhirnya tiba, Selasa (31/12) sore lalu.
Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kampar harus melintasi jalan berlumpur dengan medan ekstrem dan curam untuk bisa melihat kondisi warga di desa yang terancam rawan pangan akibat terisolasi karena banjir.
Lebih parahnya lagi, tim yang berangkat dari Bangkinang ini menempuh perjalanan selama tujuh jam, karena harus melalui Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat (Sumbar). Itu pun baru bisa sampai di Desa Kebuntinggi.
Belum lagi bila menuju tiga desa lainnya, Desa Pangkalankapas, Desa Tanjungpermai dan Desa Lubukbigau. Kondisi yang tak kalah ekstrem juga dialami Riau Pos yang mencoba menelusuri jalur melewati Lipatkain ke empat desa tersebut menggunakan sepeda motor.
Waktu tempuh lima jam untuk melewati jalan berlumpur, berliku dan naik turun Bukit Barisan itu baru sampai Desa Batusasak, yang berbatasan dengan Desa Lubukbigau, Selasa (31/12).
Siapa lagi yang harus peduli dengan rakyatnya kalau bukan pemerintahnya sendiri. Semua harus bergerak cepat untuk keselamatan warga yang terancam kesulitan bahan pokok tersebut.
Di sana banyak anak-anak dan orangtua tentunya. Meraka harus bertahan dalam keadaan gelap karena tak ada listrik ditambah lagi akses jalan putus sehingga persediaan makanan pokok segera habis.
Persoalan ini bukan tak dibahas dari dulu. Hanya saja terlihat masih kurang prioritas. Menurut anggota DPRD setempat berbagai upaya telah dilakukan untuk mencarikan solusi, salah satunya dengan penganggaran dana untuk pembangunan dua box culvert dan tiga jembatan di APBD Kampar 2014.
Sedangkan sisanya diharapkan bisa dibangun dari dana tanggap darurat yang ada BPBD Kampar.
Harapan anggota dewan setempat realistis. Mereka berharap pemerintah dapat menggunakan dana tanggap darurat sehingga jembatan yang rusak itu bisa segera diperbaiki.
Karena ada aturan yang memperbolehkan untuk penggunaan dana bila dalam keadaan tanggap darurat.
Persoalan tidak bisa diatasi dengan pidato namun harus segera turun lapangan dan bertindak sesuai keadaan tanggap darurat.
Namanya saja darurat maka tanggapannya pun harus cepat dan akurat. Kita tidak ingin pemerintah terdengar hanya akan, akan dan akan bertindak. Tapi bertindaklah lebih cepat dari berita. Itu baru namanya tanggap.***(ak27)
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.