Keduanya pun harus didampingi secara intensif petugas Balai Konseling Anak dan Remaja (BKAR). ''Dua siswi tersebut sekarang kami dampingi, baik psikologi maupun pendidikannya,'' ungkap Atik Salamah, ketua BKAR Kota Mojokerto, kemarin (1/1).
Menurut dia, trauma yang dialami dua siswi itu cukup berat. Mereka sempat disekap selama beberapa waktu sebelum dikirim menjadi pekerja seks komersial (PSK) di luar kota. ''Mereka percaya ketika mau dicarikan kerja oleh seorang guru TK. Ternyata mereka disekap dan dipekerjakan di tempat yang tidak diinginkan,'' tuturnya.
Dua siswa tersebut, menurut dia, bisa diselamatkan. Tapi, peristiwa itu menimbulkan trauma pada mereka. Apalagi, sejak awal mereka memiliki masalah. Keduanya tertarik saat diiming-imingi gaji besar untuk bekerja di luar kota. Sebab, mereka memiliki latar belakang ekonomi serba kekurangan. Selain itu, mereka berasal dari keluarga broken home.
Atik menjelaskan, mereka nekat berhenti sekolah dan menerima tawaran bekerja di luar kota. Mereka percaya karena tawaran tersebut berasal dari guru TK terpandang. Ternyata, tawaran itu malah menjerumuskan mereka dalam perdagangan manusia alias human trafficking. ''Sekarang kami berfokus memulihkan kondisi psikologi mereka dan mencarikan sekolah baru,'' ungkapnya. Soal penyelesaian kasus hukumnya, Atik menyatakan tidak tahu. ''Tugas kami hanya mendampingi korban,'' ucapnya. Dia menyerahkan kepada polisi. Terkait pembinaan guru yang menjadi pelaku human trafficking, dia menegaskan bahwa itu kewenangan dinas pendidikan. ''Kami berharap kasus itu tidak lagi terÂulang,'' tegasnya. (ak27)
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.