Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Rabu, 04 Desember 2013

Caleg Sepanjang Jalan

Rabu, Desember 04, 2013 By Unknown 1 comment

Oleh : Ali Amran


[ArtikelKeren] OPINI - Ketika saya pulang kampung beberapa waktu lalu, saya mendapatkan pemandangan menarik, karena selama empat jam dari Pekanbaru sampai ke kampung kelahiran saya, sepanjang itu pula saya menyaksikan puluhan bahkan ratusan alat peraga kampanye (sosialisasi) calon legislatif.

Dengan ukuran dan slogan yang hampir berbeda, mulai dari ukuran yang paling kecil sampai sebesar layar tancap.

Begitu juga dengan tingkat usia, mulai dari yang masih belia sampai kepada yang sudah ubanan, masing-masing menyampaikan pesan tersendiri dalam medianya itu, seperti : Jujur dan Amanah, Mengabdi Setulus Hati, Segalanya Untuk Rakyat dan lain sebagainya.

Tadinya saya mengira, fenomena ini hanya terjadi di perkotaan saja. Akan tetapi, begitu saya sampai di kampung kelahiran saya, rasa terkejut semakin bertambah.

Puluhan alat peraga kampanye tergantung di mana-mana. Ada yang tergantung di pohon karet, di pokok jengkol, di pematang sawah, bahkan di rumah lapuk yang sudah kosong pun juga ada tergantung gambar Caleg berukuran besar. Pokoknya ramai dan seru.

Banyak di antara mereka yang ada di gambar tersebut hampir tidak ada yang saya kenal, karena rata-rata masih belia, dan saya sendiri hampir tiga puluh tahun tidak bermukim di kampung halaman.

Kalaupun pulang ke kampung hanya saat hari raya dan kapan ada acara keluarga.

Helat demokrasi lima tahunan ini membuka harapan baru bagi sebagian orang, terutama bagi mereka yang ingin mencalonkan diri sebagai legislator, baik untuk tingkat kabupaten/ kota, provinsi maupun untuk tingkat pusat. Semuanya datang dengan membawa mimpi besar.

Mereka datang dari tingkat usia, status sosial dan strata pendidikan yang berbeda. Ada yang dari pengangguran, petani, pedagang, wiraswasta semuanya ingin menjadi politikus, ada pula dari mantan pejabat yang sudah pensiun.

Alasan mereka untuk menjadi legislator semuanya sama, sudah klasik dan menahun, yaitu mengabdi untuk rakyat.

Dari sekian banyak calon legislator tersebut, masih ada yang punya kompetensi dan memiliki integritas, bukan hanya sekadar mengandalkan populeritas.

Baik itu karena kekayaannya, ataupun karena kududukan waktu masih berkuasa. Sekarang, kita agak sulit mencari wakil rakyat yang benar-benar punya integritas dalam memberikan pengabdian. Ada yang tadinya kita lihat idealis, akan tetapi begitu terpilih idealismenya dihempaskan oleh rupiah.

Menjadi wakil rakyat adalah kesempatan, bukan untuk pengabdian, mungkin itu prinsip mereka. Demi meraih mimpi tersebut, konon banyak yang rela mengeluarkan uang ratusan juta, bahkan ada yang sampai miliaran rupiah, tergantung posisi apa yang akan dikejar.

Ada pula yang sampai menjual kebun, sawah ladang, dan menggadaikan rumah tempat mereka bernaung. Bahkan ada pula yang tertangkap polisi karena mencuri dengan alasan untuk biaya Caleg.

Biasanya hari pertama sampai di kampung, kawan-kawan sepermainan waktu kecil dulu menyambut saya dengan ramah sambil menyuguhkan makanan yang saya sukai.

Hari kedua mereka baru bertanya, kapan kembali ke Pekanbaru. Namun, kali ini saya yang rasakan sangat jauh berbeda. Setiap bertemu, mereka selalu menanyakan, apakah saya ikut menjadi Caleg. Spontan saja saya jawab, tidak.

Saya masih aktif mengajar, dan seorang PNS tidak dibenarkan aktif dalam partai politik, apalagi sebagai Caleg. Tapi, kalau pada suatu saat nanti Tuhan menakdirkan saya menjadi Caleg, saya akan ikut ICMI (Ikatan Caleg Miskin), saya berseloroh. Ketika saya balik bertanya kepada salah seorang teman lama, siapa yang akan dipilihnya saat pemilu legislatif April 2014 nanti, dia hanya ketawa terpingkal-pingkal.

“Ragu tupai dek buah”, katanya . Kenapa tidak, si Anu adalah kemenakan saya, si Polan adik ipar, si Madun anak abang, si Jhon tetangga dekat. Pokoknya saya sudah dilingkari Caleg, kemanapun saya melangkah Caleg selalu menggoda, candanya.

Salahkah mereka semua, tentu tidak. Setiap orang berhak untuk menentukan hari depan dan memperbaiki nasib hidupnya. Semuanya mempunyai hak politik yang sama, baik untuk dipilih maupun untuk menentukan sebuah pilihan pada saat Pemilu nanti.

Dengan tingginya semangat dan animo masyarakat untuk menjadi legislator, akan membawa perubahan baru dalam kehidupan masyarakat, dan riak-riak kecil dalam masyarakat mulai kelihatan.

Adanya kebijakan partai yang membuka rekrutmen besar-besaran untuk calon anggota legislatif menunjukkan bahwa partai telah gagal melakukan kaderisasi kepemimpinan.

Popularitas beberapa kalangan seperti seniman, olahragawan bahkan pejabat pun dimanfaatkan oleh partai politik untuk meraup suara.

Pencalonannya hanya karena bermodalkan uang, sementara mereka tidak memahami regulasi yang berlaku. Motivasinya pun bermacam-macam, mulai dari yang hanya sekadar untuk mencoba-coba, hingga ada yang bertujuan untuk mengalihkan profesi.

Salah memaknai peran legislatif akan berdampak pada buruknya prilaku legislator.

Bagaimanapun parlemen bukan tempat untuk mencari pekerjaan melainkan tempat menyusun kebijakan dan menampung suara jeritan rakyat, bukan untuk kepentingan kelompok atau partai semata.

Banyak yang beranggapan bahwa menjadi wakil rakyat, akan menempati lahan basah.

Sangat berbahaya jika parlemen dijadikan lahan yang akan dinodai. Tidak ada tempat bagi mereka bermental serakah. Cukuplah selama ini, rakyat sudah dihianati dan terlanjur memilih karena janji manisnya.

Kita sangat berharap, pelaksanaan pemilu 2014 akan berlangsung aman, jujur dan adil, sehingga akan melahirkan pemimpin baru yang dapat memenuhi harapan dan impian anak negeri ini. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Pemilu sangat menentukan terhadap kebijakan lima tahun ke depan.

Terlibat aktif dalam Pemilu akan memberikan hasil, siapa dan seperti apa pemimpin kita mendatang, sekaligus akan memberikan cerminan kondisi rakyatnya.

Jangan hanya berteriak memberikan masukan dan kritikan, akan tetapi tidak mau memberikan pilihan, itu adalah suatu kesalahan yang harus kita hindari. Kita merindukan parlemen adalah sebagai tempat orang-orang yang jujur, bersih dan amanah selalu menyuarakan dan mengedepankan kepentingan rakyat.

Dengan usia demokrasi kita yang relatif masih muda, akan selalu memberikan ruang kepada kita untuk berbenah dan memperbaiki diri.

Sikap kritis yang kita berikan bukan berarti untuk menolak suatu kebenaran, tapi setiap denyut perjalanan hidup kita ingin selalu ada perubahan ke arah yang lebih baik.

Partai politik hendaknya selalu memberikan pemahanan kepada masyarakat tentang makna sebuah demokrasi. Namun, dengan banyaknya oknum partai politik dililit kasus korupsi, telah memupuskan harapan sebagian orang dan yang parah lagi ada yang merasa dihianati.

Oleh karena itu, kepedulian masyarakat di alam keterbukaan ini sangat diperlukan, termasuk menghukum individu dan partai politik yang tidak amanah.

Kalau peran pengawasan sosial dari masyakarat terutama terhadap partai politik dan kader-kadernya selalu dijalankan, perlahan prilaku oknum dan partai politik yang korup akan terkikis.

Sekecil apapun kontribusi masyarakat pada Pemilu nanti tentu sangat berarti demi kelangsungan kehidupan demokrasi kita. Tingginya angka Golput pada pelaksanaan pemilihan gubernur Riau putaran kedua kemarin, hendaknya menjadi bahan pelajaran bagi kita semua dan kajian Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Kekecewaan rakyat terhadap pemimpin membuat mereka acuh tak acuh, siapapun yang akan tampil sebagai pemimpin tidak akan memberikan pengaruh apapun kepada mereka, baginya semua politikus tidak ada bedanya. “Tidak akan beranjak lenggang dari ketiak”.

Kelompok ini harus menjadi perhatian khusus dari pemerintah. Sebab, kalau setiap Pemilu Golput yang keluar sebagai pemenang membuat demokrasi kita menjadi semakin tidak bermakna. Atau, akan tetap membiarkan mereka menjadi penonton setiap kali pesta demokrasi di negeri ini.

Semuanya juga tidak akan lepas dari tanggung jawab dari partai politik, karena partai politiklah yang sangat memerlukan suara mereka. Dalam kehidupan berpolitik tidak ada kawan yang sejati, dan tidak ada pula lawan yang sejati, yang ada hanyalah kepentingan sejati.***(ak27/rp)



Ali Amran
Guru SMP Negeri 25 Pekanbaru


1 komentar :

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN