MAKKAH [ArtikelKeren] NEWS - Kerja sama pelayanan jamaah haji di Arab Saudi antara Pemerintah Indonesia dengan muassasah pada musim ini dinilai makin membaik. Termasuk di bidang kesehatan. Namun, ada sejumlah persoalan yang masih mendapat keluhan. Di antaranya, proses pencabutan paspor. Ternyata, untuk mencabut paspor jamaah yang akan pulang awal atau mundur (tanazul) selama ini berbelit.
Saat di Arab Saudi, pihak maktab menyimpan paspor para jamaah haji. Maktab merupakan "sayap" muassasah di bidang pemondokan. Paspor baru diberikan bersamaan saat kelompok terbang (kloter) jamaah bersangkutan akan pulang ke tanah air. Bagi mereka yang akan tanazul, tentu paspor akan diminta lebih awal.
Nah, sebagian besar yang tanazul itu adalah para jamaah sakit yang perlu mendapat perawatan lebih lanjut di tanah air.
"Ternyata, saat meminta paspor itu sangat sulit. Sampai kami mengajak pasien yang sakit dengan naik ambulans ke kantor maktab agar bisa meyakinkan maktab. Karena tidak segera diberikan, ada yang kehilangan seat penerbangan," kata Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja Makkah dr Subagyo dalam pertemuan dengan tim muassasah bidang kesehatan di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Makkah, Senin malam (4/11).
Pihak BPHI berharap, ke depan proses pengambilan paspor para jamaah yang tanazul itu lebih dipermudah. Terutama jamaah sakit yang membutuhkan tindak lanjut di tanah air. Jumlah jamaah haji yang tanazul hingga saat ini lebih dari 400 orang. Baik tanazul awal atau akhir. Sebagian besar mereka karena sakit. "Selain masalah paspor, ketersediaan ambulans juga perlu ditambah," ujarnya.
Menanggapi itu, Kepala Lajnah (Bidang) Kesehatan Muassasah Asia Tenggara Syaikh Mahmud Rumani mengatakan, akan memperhatikan keluhan tersebut. Kata dia, kesulitan pengambilan paspor itu bisa jadi karena persoalan miskomunikasi saja atau bukan karena ada kesengajaan. Dia berjanji akan langsung membahas persoalan tersebut dengan pihak maktab. "Ke depan bisa langsung menghubungi muassasah sehingga bisa lebih cepat. Begitu juga menyangkut ketersediaan ambulans," ujarnya.
Dr Fidiansjah SpKJ, Kabid Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, mengatakan, jalinan kerja sama kesehatan dengan muassasah secara umum terbilang sudah sangat baik. Salah satu paramaternya adalah jumlah jamaah yang wafat pada musim tahun ini semakin turun dibandingkan tahun lalu. Demikian juga jamaah yang rawat inap.
"Penurunannya sampai 50 persen. Ini tentu berkat kerja sama yang baik antara tim kesehatan Indonesia dengan muassasah," kata doktor alumnus Universitas Indonesia (UI) itu.
Data dari Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), hingga pukul 12.00 WAS kemarin, total jamaah Indonesia yang wafat di Arab Saudi ada sebanyak 222 orang. Sebagian besar meninggal di Makkah, yaitu sebanyak 178 orang. Adapun total jamaah yang menjalani rawat inap, rawat jalan, dan rujukan mencapai 8.958 orang.
Menurut Fidiansjah, dari hasil evaluasi tim kesehatan, sebagian besar yang wafat di Arab Saudi itu adalah jamaah lanjut usia (lansia). Jumlahnya lebih dari 70 persen. Kalau diteliti lebih lanjut, mereka yang meninggal itu mayoritas jamaah gelombang dua. Dia memperkirakan, masa adaptasi jamaah gelombang dua itu kurang. Sebab, mereka langsung ke Makkah dan melakukan aktivitas ibadah yang tinggi. Adapun gelombang satu, mereka lebih dulu ke Madinah.
"Ini bukan masalah takdir. Kalau sudah kita sebut takdir, ya selesai. Tetapi, bagian dari upaya antisipasi dan perlakuan yang akan kita berikan kepada jamaah," katanya.
Dalam kunjungannya ke BPHI Makkah, rombongan muassasah itu berkunjung ke sejumlah ruang rawat inap pasien. Baik ruang laki-laki maupun perempuan. Syaikh Mahmud Rumani dan rombongan juga memberikan support ke pasien untuk terus bersabar dan diberikan kesembuhan. Para jamaah juga mendapatkan bingkisan dari rombongan muassasah itu. "Terima kasih, Pak. Kami ingin bisa segera pulang ke Indonesia," kata sejumlah pasien di BPHI.
Rata-rata mereka yang menjalani perawatan di BPHI juga para jamaah yang sudah berumur. Yang memprihatinkan, tidak sedikit dari jamaah itu tergolek sendirian tanpa ditunggui anggota keluarganya atau temannya. "Kalau kloternya sudah pulang ke tanah air, ya mereka di sini sendirian jika tidak punya keluarga. Ya, perawat yang mengasuh mereka," ujar Subagyo.
Hingga akhir pekan ini, masih ada 18 jamaah Indonesia yang dirawat di BPHI Makkah. Namun, rata-rata kondisinya sudah membaik. Selain itu, ada pula jamaah yang dirujuk ke RS Arab Saudi. Jumlah ada sekitar 45 orang. Mereka tersebar, antara lain, di RS Az Zahir ada 19 orang, RS Hera (5), RS King Faisal, dan RS An Nur (9). Batas akhir pemulangan jamaah haji reguler dijadwalkan pada 20 November nanti.
"Jika sampai batas itu ada jamaah yang belum sembuh juga, pihak Konjen RI yang akan mengambil alih kepulangan mereka," katanya.
Sementara itu, bayi Makiyyah Marwah Jaman bersama orang tuanya akhirnya bisa diterbangkan ke tanah air. Bayi yang lahir di pemondokan Misfalah, Makkah, pada 26 Oktober itu pulang bersama dengan jamaah kloter 34 JKS dari Bandara Madinah, Selasa dini hari.
"Semua persyaratan terbang sudah tidak ada masalah. Kondisi bayi juga cukup sehat untuk penerbangan selama 9 jam ke Indonesia. Namun, selama tinggal landas dan mendarat bayi harus disusui," kata Kasi Kesehatan Daerah Kerja Madinah Suharto.
Musim haji tahun ini, dihebohkan kelahiran bayi dari jamaah asal Kampung Dukuh, RT 04/01, Cibung, Bogor. Petugas keboboilan ada jamaah hamil tua bisa sampai lolos sampai ke Arab Saudi. Proses kelahiran bayi Makiyyah pun terbilang dramatis. Betapa tidak. Di tengah kondisi keterbatasan sarana dan prasarana di pemondokan jamaah, bayi yang lahir dengan kondisi sungsang (kaki muncul lebih dulu) itu terlahir dengan selamat. Itupun awal kelahirannya tanpa bantuan medis. Tapi, atas pertolongan jamaah haji satu kloter yang kebetulan seorang dukun bayi berpengalaman.
Saat di Arab Saudi, pihak maktab menyimpan paspor para jamaah haji. Maktab merupakan "sayap" muassasah di bidang pemondokan. Paspor baru diberikan bersamaan saat kelompok terbang (kloter) jamaah bersangkutan akan pulang ke tanah air. Bagi mereka yang akan tanazul, tentu paspor akan diminta lebih awal.
Nah, sebagian besar yang tanazul itu adalah para jamaah sakit yang perlu mendapat perawatan lebih lanjut di tanah air.
"Ternyata, saat meminta paspor itu sangat sulit. Sampai kami mengajak pasien yang sakit dengan naik ambulans ke kantor maktab agar bisa meyakinkan maktab. Karena tidak segera diberikan, ada yang kehilangan seat penerbangan," kata Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja Makkah dr Subagyo dalam pertemuan dengan tim muassasah bidang kesehatan di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Makkah, Senin malam (4/11).
Pihak BPHI berharap, ke depan proses pengambilan paspor para jamaah yang tanazul itu lebih dipermudah. Terutama jamaah sakit yang membutuhkan tindak lanjut di tanah air. Jumlah jamaah haji yang tanazul hingga saat ini lebih dari 400 orang. Baik tanazul awal atau akhir. Sebagian besar mereka karena sakit. "Selain masalah paspor, ketersediaan ambulans juga perlu ditambah," ujarnya.
Menanggapi itu, Kepala Lajnah (Bidang) Kesehatan Muassasah Asia Tenggara Syaikh Mahmud Rumani mengatakan, akan memperhatikan keluhan tersebut. Kata dia, kesulitan pengambilan paspor itu bisa jadi karena persoalan miskomunikasi saja atau bukan karena ada kesengajaan. Dia berjanji akan langsung membahas persoalan tersebut dengan pihak maktab. "Ke depan bisa langsung menghubungi muassasah sehingga bisa lebih cepat. Begitu juga menyangkut ketersediaan ambulans," ujarnya.
Dr Fidiansjah SpKJ, Kabid Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, mengatakan, jalinan kerja sama kesehatan dengan muassasah secara umum terbilang sudah sangat baik. Salah satu paramaternya adalah jumlah jamaah yang wafat pada musim tahun ini semakin turun dibandingkan tahun lalu. Demikian juga jamaah yang rawat inap.
"Penurunannya sampai 50 persen. Ini tentu berkat kerja sama yang baik antara tim kesehatan Indonesia dengan muassasah," kata doktor alumnus Universitas Indonesia (UI) itu.
Data dari Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), hingga pukul 12.00 WAS kemarin, total jamaah Indonesia yang wafat di Arab Saudi ada sebanyak 222 orang. Sebagian besar meninggal di Makkah, yaitu sebanyak 178 orang. Adapun total jamaah yang menjalani rawat inap, rawat jalan, dan rujukan mencapai 8.958 orang.
Menurut Fidiansjah, dari hasil evaluasi tim kesehatan, sebagian besar yang wafat di Arab Saudi itu adalah jamaah lanjut usia (lansia). Jumlahnya lebih dari 70 persen. Kalau diteliti lebih lanjut, mereka yang meninggal itu mayoritas jamaah gelombang dua. Dia memperkirakan, masa adaptasi jamaah gelombang dua itu kurang. Sebab, mereka langsung ke Makkah dan melakukan aktivitas ibadah yang tinggi. Adapun gelombang satu, mereka lebih dulu ke Madinah.
"Ini bukan masalah takdir. Kalau sudah kita sebut takdir, ya selesai. Tetapi, bagian dari upaya antisipasi dan perlakuan yang akan kita berikan kepada jamaah," katanya.
Dalam kunjungannya ke BPHI Makkah, rombongan muassasah itu berkunjung ke sejumlah ruang rawat inap pasien. Baik ruang laki-laki maupun perempuan. Syaikh Mahmud Rumani dan rombongan juga memberikan support ke pasien untuk terus bersabar dan diberikan kesembuhan. Para jamaah juga mendapatkan bingkisan dari rombongan muassasah itu. "Terima kasih, Pak. Kami ingin bisa segera pulang ke Indonesia," kata sejumlah pasien di BPHI.
Rata-rata mereka yang menjalani perawatan di BPHI juga para jamaah yang sudah berumur. Yang memprihatinkan, tidak sedikit dari jamaah itu tergolek sendirian tanpa ditunggui anggota keluarganya atau temannya. "Kalau kloternya sudah pulang ke tanah air, ya mereka di sini sendirian jika tidak punya keluarga. Ya, perawat yang mengasuh mereka," ujar Subagyo.
Hingga akhir pekan ini, masih ada 18 jamaah Indonesia yang dirawat di BPHI Makkah. Namun, rata-rata kondisinya sudah membaik. Selain itu, ada pula jamaah yang dirujuk ke RS Arab Saudi. Jumlah ada sekitar 45 orang. Mereka tersebar, antara lain, di RS Az Zahir ada 19 orang, RS Hera (5), RS King Faisal, dan RS An Nur (9). Batas akhir pemulangan jamaah haji reguler dijadwalkan pada 20 November nanti.
"Jika sampai batas itu ada jamaah yang belum sembuh juga, pihak Konjen RI yang akan mengambil alih kepulangan mereka," katanya.
Sementara itu, bayi Makiyyah Marwah Jaman bersama orang tuanya akhirnya bisa diterbangkan ke tanah air. Bayi yang lahir di pemondokan Misfalah, Makkah, pada 26 Oktober itu pulang bersama dengan jamaah kloter 34 JKS dari Bandara Madinah, Selasa dini hari.
"Semua persyaratan terbang sudah tidak ada masalah. Kondisi bayi juga cukup sehat untuk penerbangan selama 9 jam ke Indonesia. Namun, selama tinggal landas dan mendarat bayi harus disusui," kata Kasi Kesehatan Daerah Kerja Madinah Suharto.
Musim haji tahun ini, dihebohkan kelahiran bayi dari jamaah asal Kampung Dukuh, RT 04/01, Cibung, Bogor. Petugas keboboilan ada jamaah hamil tua bisa sampai lolos sampai ke Arab Saudi. Proses kelahiran bayi Makiyyah pun terbilang dramatis. Betapa tidak. Di tengah kondisi keterbatasan sarana dan prasarana di pemondokan jamaah, bayi yang lahir dengan kondisi sungsang (kaki muncul lebih dulu) itu terlahir dengan selamat. Itupun awal kelahirannya tanpa bantuan medis. Tapi, atas pertolongan jamaah haji satu kloter yang kebetulan seorang dukun bayi berpengalaman.
Sumber : jpnn.com
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.