Oleh :
[ArtikelKeren] TAJUK RENCANA - Setelah Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) memecat Akil Mochtar secara tidak hormat, MK akhirnya mendapatkan ketua baru, yakni hakim konstitusi Hamdan Zoelva.
Hamdan mengalahkan hakim konstitusi lainnya, Arief Hidayat, dengan perolehan suara 5 banding 3 dalam dua putaran. Di putaran pertama, Hamdan mendapatkan 4 suara dan Arief 3 suara, plus Fadlil Sumadi satu suara.
Putaran kedua diambil setelah tak ada yang unggul 50 persen plus 1. Arief sendiri kemudian menjadi wakil ketua setelah mengalahkan Patrialis Akbar dalam voting.
Keberhasilan Hamdan menjadi Ketua MK, bukan persoalan menang atau kalah dalam voting. Sebab, siapapun yang menjadi ketua, bebannya sangat berat, yakni mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap MK yang kini sampai pada titik nol setelah kasus korupsi yang menjerat Akil.
Selama ini, MK dianggap sebagai pertahanan terakhir peradilan di Indonesia setelah banyak peradilan yang dianggap sangat rawan korupsi, termasuk Makamah Agung (MA). Namun, tertangkapnya Akil oleh KPK yang ternyata terlibat banyak kasus, membuat lembaga peradilan yang dijaga 9 hakim konstitusi ini menjadi rontok kredibilitasnya.
Padahal, di dua periode kepemimpinan sebelumnya, yakni saat Jimly Asshiddiqie dan Mahfud MD memimpin, banyak kasus sengketa yang diputuskan MK sangat dihormati masyarakat.
Dengan kondisi begini, beban Hamdan dalam memimpin lembaga ini memang sangat berat. Dia dan 8 hakim lainnya –saat ini baru ada 8 hakim setelah Akil dipecat— harus bekerja keras untuk membuktikan bahwa korupsi yang menjerat Akil bukan sebuah paket yang melibatkan semua atau sebagian hakim konstitusi.
Bahwa 8 hakim yang tersisa ini, adalah orang-orang yang benar-benar berjuang untuk keadilan, terbebas dari jual-beli kasus, memiliki kekayaan yang berasal dari uang halal, adil dalam memutuskan masalah, menjadi teladan di masyarakat, gaya hidup yang tak bermewah-mewah, dan lain-lain yang merupakan cermin dari penegak hukum yang dicintai masyarakat.
Seperti dikatakan Hamdan, di pundaknya, juga wakil dan semua hakim konstitusi, memikul beban yang luar biasa berat karena rakyat terlanjur sudah tak percaya dengan integritas MK.
Citra buruk yang datang dalam waktu cepat itu, membuat siapapun yang memimpin MK harus bekerja keras untuk memulihkan hati masyarakat yang sudah terlanjur terluka.
“Kami sadar, kami memikul tanggung jawab yang besar, apalagi dengan situasi ini. Kami berdua dan semua hakim akan bekerja keras untuk mengembalikan citra MK di masa sulit ini,” kata lelaki kelahiran Bima, Nusa Tenggara Barat, 21 Juni 1962 ini.
Janji Hamdan bahwa dia ingin adanya suatu deteksi dini terhadap hal-hal yang bisa menjatuhkan citra MK dan menekankan pentingnya integritas MK, memang sangat ditunggu siapapun di negeri ini agar lembaga ini kembali ke trek awalnya sebagai lembaga peradilan yang keputusannya benar-benar memberi kepuasan, baik bagi yang menang atau kalah dalam sengketa.
Kutipan Alquran surat Al-Isra ayat 80 yang dibaca Hamdan di hadapan wartawan usai dirinya terpilih, adalah salah satu indikasi dan garansi bahwa Hamdan ingin bekerja dengan benar dan bertanggung jawab kepada Tuhan dan masyarakat, adalah harapan yang diberikan kepada masyarakat.
Terjemahan ayat itu adalah: “Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong”.
Sekali lagi, Hamdan dkk memang harus bekerja keras untuk mengambalikan kepercayaan publik bahwa MK adalah peradilan yang bersih yang bisa dijadikan sandaran masyarakat dalam mencari keadilan. Kita berharap, Hamdan tak lupa dengan janjinya, dan ayat Alquran yang dikutipnya itu.***
Hamdan mengalahkan hakim konstitusi lainnya, Arief Hidayat, dengan perolehan suara 5 banding 3 dalam dua putaran. Di putaran pertama, Hamdan mendapatkan 4 suara dan Arief 3 suara, plus Fadlil Sumadi satu suara.
Putaran kedua diambil setelah tak ada yang unggul 50 persen plus 1. Arief sendiri kemudian menjadi wakil ketua setelah mengalahkan Patrialis Akbar dalam voting.
Keberhasilan Hamdan menjadi Ketua MK, bukan persoalan menang atau kalah dalam voting. Sebab, siapapun yang menjadi ketua, bebannya sangat berat, yakni mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap MK yang kini sampai pada titik nol setelah kasus korupsi yang menjerat Akil.
Selama ini, MK dianggap sebagai pertahanan terakhir peradilan di Indonesia setelah banyak peradilan yang dianggap sangat rawan korupsi, termasuk Makamah Agung (MA). Namun, tertangkapnya Akil oleh KPK yang ternyata terlibat banyak kasus, membuat lembaga peradilan yang dijaga 9 hakim konstitusi ini menjadi rontok kredibilitasnya.
Padahal, di dua periode kepemimpinan sebelumnya, yakni saat Jimly Asshiddiqie dan Mahfud MD memimpin, banyak kasus sengketa yang diputuskan MK sangat dihormati masyarakat.
Dengan kondisi begini, beban Hamdan dalam memimpin lembaga ini memang sangat berat. Dia dan 8 hakim lainnya –saat ini baru ada 8 hakim setelah Akil dipecat— harus bekerja keras untuk membuktikan bahwa korupsi yang menjerat Akil bukan sebuah paket yang melibatkan semua atau sebagian hakim konstitusi.
Bahwa 8 hakim yang tersisa ini, adalah orang-orang yang benar-benar berjuang untuk keadilan, terbebas dari jual-beli kasus, memiliki kekayaan yang berasal dari uang halal, adil dalam memutuskan masalah, menjadi teladan di masyarakat, gaya hidup yang tak bermewah-mewah, dan lain-lain yang merupakan cermin dari penegak hukum yang dicintai masyarakat.
Seperti dikatakan Hamdan, di pundaknya, juga wakil dan semua hakim konstitusi, memikul beban yang luar biasa berat karena rakyat terlanjur sudah tak percaya dengan integritas MK.
Citra buruk yang datang dalam waktu cepat itu, membuat siapapun yang memimpin MK harus bekerja keras untuk memulihkan hati masyarakat yang sudah terlanjur terluka.
“Kami sadar, kami memikul tanggung jawab yang besar, apalagi dengan situasi ini. Kami berdua dan semua hakim akan bekerja keras untuk mengembalikan citra MK di masa sulit ini,” kata lelaki kelahiran Bima, Nusa Tenggara Barat, 21 Juni 1962 ini.
Janji Hamdan bahwa dia ingin adanya suatu deteksi dini terhadap hal-hal yang bisa menjatuhkan citra MK dan menekankan pentingnya integritas MK, memang sangat ditunggu siapapun di negeri ini agar lembaga ini kembali ke trek awalnya sebagai lembaga peradilan yang keputusannya benar-benar memberi kepuasan, baik bagi yang menang atau kalah dalam sengketa.
Kutipan Alquran surat Al-Isra ayat 80 yang dibaca Hamdan di hadapan wartawan usai dirinya terpilih, adalah salah satu indikasi dan garansi bahwa Hamdan ingin bekerja dengan benar dan bertanggung jawab kepada Tuhan dan masyarakat, adalah harapan yang diberikan kepada masyarakat.
Terjemahan ayat itu adalah: “Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong”.
Sekali lagi, Hamdan dkk memang harus bekerja keras untuk mengambalikan kepercayaan publik bahwa MK adalah peradilan yang bersih yang bisa dijadikan sandaran masyarakat dalam mencari keadilan. Kita berharap, Hamdan tak lupa dengan janjinya, dan ayat Alquran yang dikutipnya itu.***
Sumber : riaupos.co
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.