[ArtikelKeren] HEALTH CONCERNS - Sekitar 15 persen penderita diabetes mengalami masalah dengan pembuluh darah perifer (tepi). Kondisi ini menyebabkan luka yang tak kunjung sembuh, kematian jaringan, dan berujung amputasi.
Luka pada penderita diabetes, terutama pada kaki, sebetulnya tak harus berujung pada amputasi. Luka yang disebabkan penyempitan pembuluh darah perifier tidak perlu terjadi bila penyempitan dideteksi dan diobati. Sayangnya, informasi ini tak banyak diketahui para penderita diabetes.
“Selama ini, perawatan luka lebih banyak pembersihan, kontrol, dan pemberian antibiotik. Sedikit sekali yang kemudian memperbaiki pembuluh darah tepi yang tersumbat. Padahal, langkah ini mencegah penyempitan kembali terulang dan makin meluasnya amputasi,” kata ahli jantung dari RSJPD Harapan Kita dr Hananto Wibisono di Jakarta, Rabu, (11/9/2012).
Masalah kaki pada penderita diabetik sebetulnya hanya ujung dari penyempitan pembuluh darah tepi. Untuk mengobati keseluruhan, penyempitan ini harus dibuka. Pembukaan dengan ring atau sekedar peniupan balon ini, akan meningkatkan tekanan di daerah luka. Selanjutnya, proses oksigenisasi terjadi lebih cepat, sehingga luka bisa segera sembuh.
Sama seperti pada koroner, penyempitan di arteri disebabkan penumpukan plak yang terbuat dari kolesterol, kalsium, dan lemak. Penyempitan ini mengganggu aliran darah dan menyebabkan kram yang sangat nyeri ketika berjalan. Kram ini biasanya hilang setelah 5-10 menit beristirahat. Namun istirahat ini tak lantas memperlancar aliran pembuluh darah.
Hananto menambahkan, sekitar 2/3 penderita penyempitan pembuluh darah perifer tak menunjukkan gejala. Kendati begitu, ada beberapa tanda yang bisa dicermati antara lain kaki yang dingin, kulit pada tungkai dan kaki yang kering mengilap, penyembuhan luka pada kaki, jari, dan tungkai yang buruk. Tanda ini juga disertai pertumbuhan kuku dan rambut kaki yang lambat. Pada beberapa kasus, rambut kaki cenderung rontok.
Selain penyakit diabetes, ada beberapa faktor risiko lain yang menyebabkan timbulnya penyempitan pembuluh darah perifer yakni kebiasaan merokok, penderita hipertensi, dan pernah mendapat serangan stroke.
Penyakit ini juga lebih sering mengintai orang yang berusia di atas 50 tahun dan menderita kadar homosistein rendah. Homosistein adalah protein yang membantu membangun dan mempertahankan jaringan. Kondisi penyempitan pembuluh darah purifier memerlukan penanganan segera.
“Bila tidak cepat ditangani bisa menimbulkan komplikasi yang serius. Misalnya stroke atau amputasi,” jelas Hananto.
Tentunya penyempitan pembuluh darah tepi bisa dicegah. Pencegahan dilakukan dengan kontrol pola makan dan menghindari faktor risiko. Hananto juga menyarankan pasien berhenti merokok karena kebiasaan ini adalah faktor risiko terbesar penyempitan pembuluh darah.
Luka pada penderita diabetes, terutama pada kaki, sebetulnya tak harus berujung pada amputasi. Luka yang disebabkan penyempitan pembuluh darah perifier tidak perlu terjadi bila penyempitan dideteksi dan diobati. Sayangnya, informasi ini tak banyak diketahui para penderita diabetes.
“Selama ini, perawatan luka lebih banyak pembersihan, kontrol, dan pemberian antibiotik. Sedikit sekali yang kemudian memperbaiki pembuluh darah tepi yang tersumbat. Padahal, langkah ini mencegah penyempitan kembali terulang dan makin meluasnya amputasi,” kata ahli jantung dari RSJPD Harapan Kita dr Hananto Wibisono di Jakarta, Rabu, (11/9/2012).
Masalah kaki pada penderita diabetik sebetulnya hanya ujung dari penyempitan pembuluh darah tepi. Untuk mengobati keseluruhan, penyempitan ini harus dibuka. Pembukaan dengan ring atau sekedar peniupan balon ini, akan meningkatkan tekanan di daerah luka. Selanjutnya, proses oksigenisasi terjadi lebih cepat, sehingga luka bisa segera sembuh.
Sama seperti pada koroner, penyempitan di arteri disebabkan penumpukan plak yang terbuat dari kolesterol, kalsium, dan lemak. Penyempitan ini mengganggu aliran darah dan menyebabkan kram yang sangat nyeri ketika berjalan. Kram ini biasanya hilang setelah 5-10 menit beristirahat. Namun istirahat ini tak lantas memperlancar aliran pembuluh darah.
Hananto menambahkan, sekitar 2/3 penderita penyempitan pembuluh darah perifer tak menunjukkan gejala. Kendati begitu, ada beberapa tanda yang bisa dicermati antara lain kaki yang dingin, kulit pada tungkai dan kaki yang kering mengilap, penyembuhan luka pada kaki, jari, dan tungkai yang buruk. Tanda ini juga disertai pertumbuhan kuku dan rambut kaki yang lambat. Pada beberapa kasus, rambut kaki cenderung rontok.
Selain penyakit diabetes, ada beberapa faktor risiko lain yang menyebabkan timbulnya penyempitan pembuluh darah perifer yakni kebiasaan merokok, penderita hipertensi, dan pernah mendapat serangan stroke.
Penyakit ini juga lebih sering mengintai orang yang berusia di atas 50 tahun dan menderita kadar homosistein rendah. Homosistein adalah protein yang membantu membangun dan mempertahankan jaringan. Kondisi penyempitan pembuluh darah purifier memerlukan penanganan segera.
“Bila tidak cepat ditangani bisa menimbulkan komplikasi yang serius. Misalnya stroke atau amputasi,” jelas Hananto.
Tentunya penyempitan pembuluh darah tepi bisa dicegah. Pencegahan dilakukan dengan kontrol pola makan dan menghindari faktor risiko. Hananto juga menyarankan pasien berhenti merokok karena kebiasaan ini adalah faktor risiko terbesar penyempitan pembuluh darah.
Sumber : Healthday News
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.