Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Rabu, 05 Maret 2014

Menuju Negeri Busung Lapar?

Rabu, Maret 05, 2014 By Unknown No comments

Oleh : Edyanus Herman Halim


[ArtikelKeren] OPINI - Pertumbuhan ekonomi Riau selama ini senantiasa diagung-agungkan sebagai pertumbuhan yang lebih tinggi dari nasional.

Sampai tahun 2013 perekonomi an Riau memang masih tumbuh 6,01 persen, walaupun lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya.

Persoalan krusial perekonomian Riau memang bukan pada masalah pertumbuhan. Kerancuannya ada pada siapa yang menikmati ”kue ekonomi” tersebut.

Artinya, apakah pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut berkorelasi dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat Riau?

Mengacu pada ukuran yang dipakai oleh BPS salah satu indikator tingkat kesejahteraan penduduk adalah data konsumsi kalori dan protein per kapita. Kesejahteraan dapat dikatakan makin baik apabila kalori dan protein yang dikonsumsi penduduk semakin meningkat sampai akhirnya melewati standar kecukupan konsumsi kalori/protein per kapita sehari.

Menurut Widya Pangan dan Gizi (dalam Berita Resmi BPS, TW IV 2014) norma kecukupan gizi yang dianjurkan per kapita per hari adalah penyediaan energi 2.500 kalori dan protein 55 gram.

Di samping itu FAO (Food and Agriculture Organization) menganjurkan bahwa bagi Indonesia untuk mencapai kecukupan gizi yang seimbang dapat digunakan pola penyediaan pangan harapan dengan kecukupan energi dari padi-padian 50 persen, umbi-umbian 5 persen, pangan hewani 15 20 persen, lemak dan minyak 10 persen, biji berminyak/ kacang kacangan 8 persen, gula 6 7 persen dan sayur sayuran 5 persen.

Lantas bagaimana dengan Riau? Sebagaimana dilansir BPS bahwa penduduk miskin Riau sampai September 2013 mencapai 522.530 jiwa atau 8,42 persen dari jumlah penduduk. Jumlah ini meningkat sebanyak 41.220 jiwa dibandingkan dengan keadaan tahun sebelumnya.

Artinya, jumlah orang miskin kian membludak di tengah-tengah pertumbuhan ekonomi yang demikan tinggi. Garis yang dipakai untuk menentukan penduduk tergolong dalam kategori miskin adalah rerata pengeluaran per kapita per bulan.

Untuk Riau selama periode September 2012 sampai dengan September 2013 adalah sebesar Rp350.129 yang terbagi ke dalam komponen garis kemiskinan makanan sebesar Rp258.100 dan garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp92.029.

Dengan demikian bila pengeluaran untuk keperluan konsumsi seseorang di bawah standar tersebut dapat dikatakan miskin.

Terutama bila belanja keperluan makanannya tidak mencapai angka garis kemiskinan makanan maka orang tersebut tidak saja dapat dikatakan miskin tetapi juga secara perlahan mengarah pada keadaan kekurangan gizi yang pada akhirnya menjadi busung lapar.

Data statistik di Riau untuk mereka yang tergolong miskin dengan jumlah mencapai 8,42 persen ternyata juga dihadapkan pada kondisi menuju ketidakcukupan gizi atau busung lapar.

Konsumsi kalori makanan secara rerata masyarakat Riau ternyata kian menurun. Pada tahun 2005 kecukupan kalori sudah lebih rendah dari batas standar kecukupan penyediaan energi 2.500 kalori per kapita per hari, yakni sebesar 2.083,38 dan pada tahun 2008 turun menjadi 2.144,21.

Sedangkan pada tahun 2009 kembali mengalami penurunan menjadi 1.932,53 dan pada tahun 2010 semakin rendah lagi, yakni hanya sebesar 1.903,59 kalori per kapita per hari. Untuk tahun 2013 keadaan ini kian akan menciut mengingat tingginya tingkat inflasi di Riau.

Data ini menunjukkan bahwa akses masyarakat miskin terhadap kecukupan kalori untuk mampu produktif semakin menyempit.

Rakyat miskin Riau kian terjebak pada lingkaran setan yang tak berujung pada kebaikan. Ketidakcukupan gizi menyebabkan mereka semakin rentan terhadap tekanan eksternal dan akan gampang terserang penyakit.

Di sisi lain masyarakat seperti itu akan mengalami kesulitan untuk meningkatkan kualitas pengetahuan dan keterampilannya.

Energi dan protein yang tidak memadai akan melemahkan kerja otak sehingga penduduk Riau yang sebahagian besar berusia 0-19 tahun akan kekurangan kemampuan membekali diri dengan keahlian dan wawasan ke depan.

Pada akhirnya kelompok masyarakat seperti ini tidak akan mampu masuk ke dunia kerja yang profesional dan mandiri. Mereka akan tetap miskin karena gizinya tak baik, kesehatannya buruk, pengetahuan dan keterampilannya rendah, serta pendapatannya tidak memadai.

Lingkaran kemiskinan seperti itu diperburuk lagi oleh kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak terstruktur dengan baik. Artinya, secara struktural masyarakat dimiskinkan oleh kebijakan pemerintahnya yang kurang berpihak.

Dorongan untuk memperbaiki keadaan buruk yang menimpa masyarakat tak dipicu oleh kebijakan dan regulasi pemerintah.

Bahkan ketika dorongan untuk perbaikan itu muncul dari masyarakat justru tidak jarang pemerintah malah mementahkannya melalui berbagai aturan main dan ketentuan-ketentuan yang mematikan kreativitas rakyat.

Penganggaran publik yang tidak partisipatif dan minim manfaat bagi rakyat semakin menyebabkan masyarakat terkungkung oleh persoalan-persoalan struktural.

Setiap tahun selama hampir satu bulan masyarakat Riau diterpa bencana jerabu asap. Ini adalah dampak dari kebijakan pemerintah yang tidak taat azas dan taat hukum.

Generasi muda Riau sudah sejak tahun 2000 senantiasa diselimuti asap yang menyesakkan. Akibatnya dalam jangka pendek adalah terkena ISPA dan dalam jangka panjang akan lebih menyakitkan lagi yakni adanya ancaman kanker dan menurunnya fungsi otak.

Masa depan yang buruk akan dialami oleh generasi Riau di masa yang akan datang. Secara ekonomi mereka akan tetap bergelimang kemiskinan dan serba ketidakcukupan dan secara sosial akan banyak muncul masyarakat yang berkeadaan cacat (disabilities) baik secara mental maupun physical.

Untuk itu tentunya tidak mudah memberikan solusi. Bila para pemimpin, baik di eksekutif maupun legislatif hanya terfokus pada bagaimana memenangkan pertarungan politik merebut kekuasaan pada tahun 2014 ini maka penanganan masalah tersebut hanya akan bersifat temporer dan tidak strategis.

Sebelum ini pemerintah Riau lebih banyak terjebak pada kebijakan futuristik yang tidak membumi sehingga berbagai program pembangunan hanya bersifat sahwat sesaat.

Begitu banyak sumber daya yang terbuang tetapi ternyata tidak membuat rakyat sejahtera. Malah selain didera kemiskinan mereka juga sedang menuju jurang ketidakcukupan asupan kalori atau menggelinding ke arah busung lapar.

Padahal tantangan yang dihadapi kian rumit dan berat.

Ke depan diperlukan upaya komprehensif dalam menanggulangi kemiskinan rakyat, khususnya yang ada di pedesaan. Namun pemerintah tidak dapat melakukan pendekatannya secara sporadis, apalagi spontan.

Pendekatan strategis harus dilakukan meskipun akan kurang populer secara politis dan harus pula berbenturan dengan pengendali-pengendali kekuasaan ekonomi.

Basisnya harus berasal dari potensi yang ada pada masyarakat dan pemerintah mendorong motivasi produktif masyarakat melalui proses pemberdayaan yang berkesinambungan dan pemerataan aset ekonomi yang transparan dan memihak.

Jangan sampai masyarakat malah terjebak oleh pesona pembangunan yang pada dasarnya tidak bersentuhan dengan proses transformasi mereka ke arah perbaikan kesejahteraan. Semoga.***(ak27)


Edyanus Herman Halim
Dosen Fakultas Ekonomi Unri


http://ak27protect.blogspot.com

0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN