Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Kamis, 19 Desember 2013

Tata Kelola Keluarga

Kamis, Desember 19, 2013 By Unknown No comments

Oleh : Asep Sapa’at


[ArtikelKeren] OPINI - Serigala bukan manusia. Begitu pun sebaliknya. Serigala punya otak. Tapi manusia lebih sempurna karena dianugerahi otak dan akal. Akal jadi pembeda antara serigala dan manusia.

Karena akal, manusia bisa bedakan hal baik dan buruk. Jika perilaku manusia lebih rusak dari serigala, itulah problem terbesar dalam kehidupan manusia.

Induk serigala mengajari bagaimana mengintai buruan, meneror, mengeroyok dengan licik dan mencabik mangsanya. Sejahat-jahatnya serigala, tak ada serigala yang makan anaknya sendiri.

Tapi mengapa ada manusia yang tega ‘memakan’ anaknya sendiri? Kasus penyiksaan terhadap Adit yang diduga oleh orangtuanya di Riau membuat saya geram bukan kepalang. Kisah tragis yang dialami Adit menyiratkan satu pesan, memang terbukti manusia bisa lebih jahat dari serigala.

Jika hendak mengurus bangsamu, uruslah masyarakatmu terlebih dahulu. Jika hendak mengurus masyarakatmu, uruslah dulu keluargamu. Jika hendak mengurus keluargamu, uruslah dulu dirimu sendiri.

Tak sadar memilih jalan hidup menjadi orangtua, awal persoalan kehidupan keluarga. Keputusan yang berisiko untuk masa depan diri sendiri dan orang lain.

Sadarkah ketika hendak menikah kita bakal turut menentukan masa depan keluarga kita? Sadarkah ketika kita dikaruniai anak, orang tua wajib berikhtiar memberikan pendidikan terbaik untuk masa depan anak? Jadi orang tua itu pilihan. Tapi menjadi orang tua yang patut diteladani anak, semua itu perlu kerja keras.

Ketika seseorang punya pilihan sadar hendak membangun rumah tangga, maka mereka musti benahi cara berpikir dan perilaku dirinya lebih dulu.

Mengapa demikian? Karena menata kehidupan keluarga itu perlu ilmu. Mencari ilmu dengan ilmu. Meluruskan ilmu dengan iman. Maka, ilmu dan iman, bekal paling berharga untuk mulai membangun kehidupan rumah tangga.

Tanpa ilmu dan iman, pasangan suami istri bakal kehilangan ruh dalam menjalani kehidupan bersama. Jika ada pasangan yang menikah atas dasar cinta semata, inilah potret keluarga miskin ideologi.

Rumah tangga akan luntur seiring hilangnya rasa cinta. Ketika terjadi episode perpisahan, mudah sekali apa yang akan dikatakan pasangan ini, “Sudah tak ada kecocokan lagi di antara kami”. Awalnya sudah berbeda, mengapa harus semuanya menjadi sama. Mereka mudah kehilangan arah dan tujuan mengapa mesti membangun keluarga.

Jika suami dan istri pandai menata diri, kehidupan keluarga bisa harmonis. Suami dan istri bisa berbagi peran dengan baik. Ketika anak lahir ke dunia, proses belajar menjadi orang tua mesti lebih giat dilakukan.

Lengah menuntut ilmu dan memperbaiki iman, siap-siap gagal atasi persoalan rumah tangga yang makin kompleks. Bagi seorang ayah, gagal mendidik dirinya sendiri dan pasangan hidup, pastilah anak akan menjadi korban.

Bagi seorang ibu, gagal membenahi perilaku diri, remuklah kehidupan rumah tangga. Anak kehilangan sosok ayah dan ibu yang menjadi tempat bergantung dan belajar tentang arti kehidupan.

Sungguh, seorang ayah bisa mendirikan rumah dalam arti fisik bangunan. Tapi rumah tangga dibangun oleh kesabaran, ketegaran, dan kasih sayang seorang ibu.

Begitulah fitrahnya. Peran ayah dan ibu sangat mulia. Jika tak dikelola, anugerah akan berubah menjadi musibah bagi sang anak.

Kisah kekejaman orang tua terhadap anak, inilah salah satu potret kegagalan bangsa dalam mendidik masyarakat secara individu dan membenahi tata kelola keluarga. Jangan sepelekan persoalan yang satu ini.

Keluarga adalah aset bangsa. Jika keluarga mampu mendidik anak-anak mereka dengan baik, kelak akan lahir calon pemimpin masyarakat dan bangsa di masa depan.

Pepatah Cina mengatakan, “Jika kau ingin untung tiga bulan, tanamlah cabai. Jika kau hendak untung tiga tahun, tanamlah buah-buahan. Jika kau hendak untung 30 tahun, tanamlah hutan. Jika kau hendak untung seumur hidup, tanamlah sumber daya manusia”.

Maka pertanyaannya, manusia seperti apa yang bisa menyelamatkan kehidupan keluarga dan bangsa kita? Tentunya bukan manusia yang tega menghancurkan generasinya sendiri layaknya apa yang dilakukan orang tua Adit. Memilukan sekaligus memalukan.

Ingat, ibu adalah tiang rumah tangga. Tak berlebihan jika kita nyatakan ibu sebagai tiang kokohnya kehidupan bangsa. Karena dengan belaian kasih sayang dan doa yang tulus sepanjang mendidik anak-anaknya, semoga kelak akan lahir para pemimpin bangsa yang tajam daya nalarnya dan halus budi pekertinya.

Selamat Hari Ibu. Sungguh kasih sayangmu se-panjang masa.***(ak27)



Asep Sapa’at
Orang Tua, Direktur Sekolah Guru Indonesia


0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN