Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Sabtu, 05 Oktober 2013

Paiman dan Manusia yang Kehilangan Kemanusiaan

Sabtu, Oktober 05, 2013 By Unknown No comments

Oleh : 




[ArtikelKeren] TAJUK RENCANA - Paiman (82), kakek renta yang kesehariannya sering membantu orang yang sakit —bahkan sakit karena diganggu makhluk halus alias kesurupan— tewas dengan cara yang sangat mengenaskan.

Cara mati yang seekor binatang pun mungkin juga tak pantas: tubuhnya disiram bensin, kemudian dibakar di tumpukan kayu, dan menjadi tontonan orang di tengah lapangan.

Beberapa saat setelah itu, yang tertinggal hanya tulang-tulang yang merapuh, dan tengkorak kepala yang sulit dihabiskan api.

Paiman menjadi korban hukum rimba oleh masyarakat yang tak mengenal rasa kemanusiaan. Mereka membunuhnya dengan cara yang sangat sadis.

Bertentangan dengan ajaran agama manapun, padahal, hampir dipastikan, para pelakunya adalah orang-orang beragama, apapun agamanya. Mereka pasti tahu, semua manusia berhak hidup, dan jikapun dia dianggap salah, harus dibuktikan secara hukum.

Bukan oleh desas-desus tentang kekuatan mistis yang dimilikinya yang diduga telah membuat anak-anak sekolah kesurupan, dan seorang kepala sekolah SMP Negeri 3 Inuman, Anasri SPd pingsan dan kemudian meninggal setelah mengantar siswanya berobat ke rumah Paiman.

Kejadian pada Kamis (3/10) di Desa Ketaping, Kecamatan Inuman, Kuantan Singingi tersebut, menyentak nalar kita sebagai manusia.

Tak ada agama yang membolehkan manusia membunuh manusia lain, apalagi dengan cara sekeji itu, apapun kesalahannya.

Agama apapun, menyarankan agar setiap masalah yang muncul diselesaikan dengan damai, dan jika tidak selesai, diselesaikan oleh negara lewat aparat hukum.

Di mana para pemuka masyarakat ketika peristiwa itu terjadi? Di mana tokoh-tokoh agama ketika Paiman digelandang massa, kemudiaan dipukul, disiram bensin, dan dibakar sebelum dia benar-benar mati?

Dan pembakaran itu ditonton oleh warga yang di sana pasti ada anak-anak yang seharusnya tak pantas melihat pemandangan seperti itu.

Secara tidak langsung, anak-anak telah diajarkan bagaimana cara membunuh dan membantai orang selayaknya membunuh babi hutan yang menjadi hama tanaman. Hal itu akan tertanam dalam ingatan mereka hingga dewasa yang bisa jadi akan mempengaruhi jiwanya.

Sedosa apapun Paiman, sejahat apapun dia, mestinya ada cara lain untuk mengurai masalah ini. Desas-desus yang berkembang bahwa dia seorang dukun yang membuat siswa-siswa kesurupan, dan kemudian dianggap sebagai biang kematian Anasri sehari sebelumnya, mestinya bisa diredam oleh para petinggi kampung, tokoh adat, ninik-mamak, para tokoh agama, dan orang-orang yang masih memiliki nurani.

Harus ada pembuktian terlebih dahulu sebelum seseorang dinyatakan bersalah. Jika pun terbukti bersalah, juga tak ada pembenaran dia dibunuh dengan cara seperti itu.

Sudah sedemikian jauhkah masyarakat kita kehilangan nilai-nilai kemanusian sehingga memperlakukan manusia lain –sekali lagi, sekalipun dia bersalah dan pantas mendapatkan hukuman— dengan cara sekeji itu?

Apakah keyakinan terhadap agama dan Tuhan yang kita agungkan –apapun agama kita dan siapapun Tuhan kita— tidak bisa menjadi pengerem agar kita tidak melakukan perbuatan sekeji itu, bahkan secara ramai-ramai dan menjadi tontonan manusia lain?

Agama dan Tuhan yang kita yakini dan agungkan mestinya bisa membuat kita menjadi manusia yang paham bahwa semua manusia tak bisa bebas dari kesalahan, tetapi tetap punya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan itu.

Tetapi, ketika kita, masyarakat (manusia) yang beragama dan memiliki Tuhan itu, sudah bertindak sedemikian keji terhadap seseorang hanya karena praduga dan desas-desus yang belum terbukti kebenarannya, berarti prilaku kita tak jauh berbeda dengan mereka yang mungkin tak yakin dengan agama dan tak yakin dengan Tuhan.

Paiman tak pernah dibuktikan kesalahannya, tetapi dia menjadi tumbal kemarahan masyarakat yang membabi-buta dengan cara yang sangat di luar akal dan kemanusiaan.

Membunuh binatang pun, bukan begitu caranya. Apalagi dia manusia, yang punya hak untuk hidup, dan itu dijamin oleh undang-undang, agama, dan negara. Agaknya kita harus mempertanyakan lagi kemanusiaan kita.***

Sumber : riaupos.co

0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN