JAKARTA [ArtikelKeren] NEWS - Banyaknya kasus flu burung pada September lalu memunculkan banyak dugaan akan kemungkinan wabah besar tersebut kembali terjadi.
Sebab, beberapa orang juga sempat dikabarkan terserang virus mematikan tersebut pada bulan lalu. ”Hal itu mungkin saja terjadi,” ujar Dirjen Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama, Selasa (15/10).
Menurutnya, out break penyakit tersebut masih mungkin terjadi kembali sepanjang masih ada kasus pada unggas. Maka, lanjutnya, tentu saja ada kemungkinan untuk kasus pada manusia.
Untuk penanganan pada unggas dilakukan oleh pihak Kementerian Pertanian.
Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan Alli Ghufron Mukti juga mengungkapkan bahwa potensi out break (kembali bangkit) tersebut bisa terjadi kembali.
Tapi ia menilai, jika dibandingkan dulu saat ini paling tidak pihak Kemenkes jauh lebih siap menghadapi kemungkina tersebut. ”Tapi tetap harus ada antisipasi.” ujarnya.
Selain itu, ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak panik. Sebab, yang sempat marak pada bulan lalu terjadi diunggas bukan manusia.
Meskipun ada beberapa korban yang diduga terserang virus H5N1 tersebut. Bahkan dikabarkan satu penderita di Bekasi meninggal dunia akibat terserang flu burung pada September lalu. ”Kami anjurkan masyarakat tidak panik, tetap waspada. Hindari kontak langsung dengan unggas terutama yang sudah terinfeksi atau mati mendadak,” ungkapnya.
Selain itu, imbauan untuk memakai masker dan penggunaan prosedur standar dalam pemeliharaan unggas ia harapkan kembali bisa dilakukan. Begitu juga dengan pola hidup bersih dan sehat.
Untuk vaksin dan alat kesehatan pengadaan vaksin flu burung yang hingga kini masih disegel oleh pihak kepolisian, Wamenkes masih sangat menyayangkan hal tersebut.
Pasalnya jika dibiarkan terus dan lama maka sumberdaya yang telah diinvestasikan lebih dari Rp1 triliun tersebut akan sia-sia karena tidak berfungsi.
Sehingga kerugian negara pun akan semakin besar selain dari dana yang telah dikorupsi dalam proyek pengadaan vaksin flu burung tersebut. ”Sementara kalau dikembangkan kan tidak hanya akan berguna untuk vaksin flu burung saja, tapi juga bisa untuk memproduksi vaksin flu lain,” tegasnya.
Pada 27 September lalu, seorang pria asal Bekasi dilaporkan meninggal dunia karena terserang flu burung. Pihak Kemenkes mencatat kejadian tersebut merupakan kasus ke 194 dari 162 kematian sejak 2005.
Pihak Kemenkes bersama Kementan, Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat telah melakukan penyelidikan epidemiologgi ke rumah sakit, rumah kasus dan lingkungan tinggal.
Dari penyelidikan tersebut, diperoleh informasi bahwa tempat tinggal korban memang banyak terdapat dipelihara burung hias dan burung dara. Dan lalainya dalam menjaga kebersihan menjadi dugaan terbesar ia terserang flu burung.
Sebab, beberapa orang juga sempat dikabarkan terserang virus mematikan tersebut pada bulan lalu. ”Hal itu mungkin saja terjadi,” ujar Dirjen Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama, Selasa (15/10).
Menurutnya, out break penyakit tersebut masih mungkin terjadi kembali sepanjang masih ada kasus pada unggas. Maka, lanjutnya, tentu saja ada kemungkinan untuk kasus pada manusia.
Untuk penanganan pada unggas dilakukan oleh pihak Kementerian Pertanian.
Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan Alli Ghufron Mukti juga mengungkapkan bahwa potensi out break (kembali bangkit) tersebut bisa terjadi kembali.
Tapi ia menilai, jika dibandingkan dulu saat ini paling tidak pihak Kemenkes jauh lebih siap menghadapi kemungkina tersebut. ”Tapi tetap harus ada antisipasi.” ujarnya.
Selain itu, ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak panik. Sebab, yang sempat marak pada bulan lalu terjadi diunggas bukan manusia.
Meskipun ada beberapa korban yang diduga terserang virus H5N1 tersebut. Bahkan dikabarkan satu penderita di Bekasi meninggal dunia akibat terserang flu burung pada September lalu. ”Kami anjurkan masyarakat tidak panik, tetap waspada. Hindari kontak langsung dengan unggas terutama yang sudah terinfeksi atau mati mendadak,” ungkapnya.
Selain itu, imbauan untuk memakai masker dan penggunaan prosedur standar dalam pemeliharaan unggas ia harapkan kembali bisa dilakukan. Begitu juga dengan pola hidup bersih dan sehat.
Untuk vaksin dan alat kesehatan pengadaan vaksin flu burung yang hingga kini masih disegel oleh pihak kepolisian, Wamenkes masih sangat menyayangkan hal tersebut.
Pasalnya jika dibiarkan terus dan lama maka sumberdaya yang telah diinvestasikan lebih dari Rp1 triliun tersebut akan sia-sia karena tidak berfungsi.
Sehingga kerugian negara pun akan semakin besar selain dari dana yang telah dikorupsi dalam proyek pengadaan vaksin flu burung tersebut. ”Sementara kalau dikembangkan kan tidak hanya akan berguna untuk vaksin flu burung saja, tapi juga bisa untuk memproduksi vaksin flu lain,” tegasnya.
Pada 27 September lalu, seorang pria asal Bekasi dilaporkan meninggal dunia karena terserang flu burung. Pihak Kemenkes mencatat kejadian tersebut merupakan kasus ke 194 dari 162 kematian sejak 2005.
Pihak Kemenkes bersama Kementan, Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat telah melakukan penyelidikan epidemiologgi ke rumah sakit, rumah kasus dan lingkungan tinggal.
Dari penyelidikan tersebut, diperoleh informasi bahwa tempat tinggal korban memang banyak terdapat dipelihara burung hias dan burung dara. Dan lalainya dalam menjaga kebersihan menjadi dugaan terbesar ia terserang flu burung.
Sumber : riaupos.co
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.