Sambil menahan sakit akibat patah kaki kiri dan luka bakar di bibirnya, Murniati yang juga dosen STKIP Kota Bangko Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi itu menuturkan pengalaman pahit yang baru saja dialaminya.
Masih terbayang di ingatannya ketika penumpang panic saat bus FRC berasap dini hari itu. Semua penumpang yang tertidur terbangun. Kepanikan semakin menjadi-jadi saat terjadi ledakan. Sebagian penumpang berteriak-teriak minta tolong.
Di tengah kepanikan itu, Murniati yang duduk di kursi nomor 15 juga berusaha mencari jalan ke luar. Namun bukan perkara mudah bagi Murniati, terlebih lagi suasana sudah tak terkendali dan ruang dalam bus dipenuhi asap hitam.
Waktu itulah, kata Murniati, seorang penumpang berinisiatif memecahkan kaca jendela samping bus. Sambil berebut, satu per satu penumpang ke luar melewati jendela kaca.
Nasib mujur masih berpihak pada Murniati. Kendati tubuhnya sedikit gemuk, namun tetap berhasil ke luar lewat jendela. Sayangnya, saat terjun dari jendela dia terbentur ke aspal sehingga kakinya patah.
“Setelah pintu jendela dipecahkan, tanpa pikir panjang, saya terjun dan terjatuh di atas aspal,” ungkap Murniati yang mengaku sudah menjanda ini.
Selepas itu, Murniarti yang bibirnya sempat dijilat api, langsung menjauh dari bus nahas tersebut.
Lain halnya dengan Iqbal, 19, korban selamat lainnya. Pria yang sebelum kejadian sempat tertidur itu, terbangun ketika melihat suasana dalam bus sudah dipenuhi asap.
Tanpa pikir panjang, penumpang yang duduk di kursi nomor 13 itu, berlari menuju pintu depan untuk menyelamatkan diri. Namun upayanya gagal. Waktu itulah, tanpa pikir panjang dia terjun melalui jendela kaca yang telah dipecahkan.
“Setelah berhasil mencapai pintu depan, ternyata pintu tidak bisa dibuka. Saya balik lagi beberapa langkah dan berusaha ke luar melalui jendela yang digunakan penumpang lainnya,” sebut Iqbal yang mengaku api juga menjilati dirinya.
Sambil menahan sakit pada tangan kirinya yang diduga patah, mahasiswa semester II Universitas Negeri Padang (UNP) tersebut menuturkan, kepalanya terlebih dahulu menyentuh aspal usai meloncat lewat jendela. “Yang kami pikirkan saat itu adalah cara ke luar dari dalam bus dengan selamat,” sebut warga Pasar Bangko, Kabupaten Merangin ini didampingi ayahnya.
Cerita memiriskan hati datang dari Roza, 21, mahasiswi Jurusan Menajemen UNP. Ia harus merelakan ibunya, Roswati, 49, yang tewas terbakar karena tidak bisa menyelamatkan diri usai mendorongnya ke luar dari dalam bus.
“Beberapa detik setelah bus berhenti, ledakan besar terjadi. Saya dan ibu berteriak histeris. Kami berusaha ke luar dari dalam bus, tapi ibu tak berhasil ke luar,” ungkapnya lirih.
Roza mengungkapkan bagaimana ibunya berusaha memberi jalan untuk anaknya agar bisa cepat ke luar. “Saya diminta duluan ke luar oleh ibu melalui jendela, dan tangan kami berpegangan karena pintu depan sulit dijangkau akibat banyaknya penumpang yang ingin ke luar dari sana. Setelah pegangan tangan dilepas, saya tidak bisa lagi melihat ibu karena asap sudah memenuhi seluruh ruangan,” terang warga Pasar Atas, Kecamatan Bangko itu lirih.
Sesampai di luar bus, Roza masih mendengar teriakan histeris beberapa penumpang yang tertinggal di dalam bus. “Demi menyelamatkan saya, ibu rela terbakar, besar sekali pengorbananmu ibu,” kata Roza di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Sijunjung.
Syamsul, 44, paman Roza yang merupakan adik kandung Roswati menuturkan, kakaknya mendampingi Roza untuk membantu memindahkan barang milik Roza yang pindah kos.
“Kami sangat kehilangan atas kejadian ini, karena kami telah kehilangan seorang kakak dari adik-adiknya. Seorang ibu dari anak-anaknya, namun satu yang membuat kami lega, dia (Roswati) meninggal di hari yang sangat dimuliakan (Jumat),” ujarnya lirih. (ak27)
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.