Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Sabtu, 01 Februari 2014

2 BBM Annas Maamun

Sabtu, Februari 01, 2014 By Unknown No comments

Oleh : Imam Ghozali


[ArtikelKerenOPINI - Melalui proses panjang, akhirnya terwujud juga pemimpin baru Provinsi Riau untuk lima tahun ke depan. Annas Maamun terpilih menjadi orang nomor satu di Riau.

Suka tidak suka, kita selayaknya menghargai proses demokrasi ini. Ini adalah pilihan, dan ketika menyikapi keputusan MK dengan lapang dada, maka sebenarnya menjadi wujud kemenangan bersama. Ini demokrasi yang sehat, saling mendukung dan bersinergi membangun bersama.

Karena ini kemenangan bersama, pemimpin baru dituntut bisa memperkecil jurang kebencian politik, yang bisa meletus kapan saja.

Wajah kebencian sebanyak senyum persahabatan. Kemampuan merangkul semua komponen dan komitmen mewujudkan janji-janji merupakan sarana agar suasana cepat menjadi cair.

Kerja sama ini penting, sehebat apapun pemimpin baru memerlukan suasana yang kondusif. Gejolak masyarakat dan juga kurang mesra dengan para elite politik yang duduk di DPRD sering menjadi batu sandungan yang berkepanjangan.

Pengalaman ini yang sekarang sedang dirasakan SBY menjadi presiden saat ini (masih ada contoh lainnya sebenarnya).

Berbagai persoalan yang berujung pada kritik yang tidak mendidik baik dari oposisi ataupun dari dalam partai pendukung pemerintah, telah memberi pelajaran akbar kepada masyarakat, seakan-akan pribadi SBY dan para elite politik dalam pandangan mereka menjadi kurang simpati.

Sehingga wajar apabila ada komentar ”semua politikus sama saja” (orientasi hanya untuk kekuasaan semata).

Penulis berharap pemimpin baru, Annas Maamun tidak seperti itu. Kemenangan yang seharusnya diakhiri dengan kemuliaan.

Pada dirinya ada “keantikan” dan “keauntentikan”. Keantikannya adalah dari segi umur sudah cukup lumayan tua, yaitu 74 tahun. Ini luar biasa, semakin tua semakin berenergi.

Tentu banyak yang terkejut atas prestasinya. Apalagi masyarakat dan media sangat gencar-gencarnya mempropagandakan pemimpin untuk masa depan adalah kawula muda.

Terpilihnya menjadi suatu catatan penting, bahwa masyarakat masih percaya kepada generasi tua. Atau bisa jadi akibat dari ”tsunami polikus muda” yang berjatuhan akibat sekandal korupsi dan lemahnya idealisme mereka dalam membangun integritas yang berkualitas.

Sisi keauntetikan Annas Maamun bisa dirunut ke belakang ketika debat Cagub di Tv One. Dari sekian banyak calon, satu-satunya yang menjadi perhatian yaitu Annas Maamun.

Bukan karena visi dan misinya, tapi karena dialek ucapan dan bahasa tubuh yang asli dan tidak dibuat-buat. Bagi sebagian orang (termasuk teman-teman saya yang menonton) pun berkomentar “apa tidak ada calon lain dari Golkar?”.

Namun justru di sini kejujuran kepemimpinan Annas Maamun, yang bersikap apa adanya dan berani membela rakyat dengan slogan BBM (Berani Bela Masyarakat).

Dia tidak mau melakukan pencitraan dari bahasa, dia tidak mau berkomunikasi hanya sebatas ucapan. Bahasa tubuh dan dialek yang khas menjadi “pancaran” antara ucapan dan perbuatan sama.

Benarkah demikian? Paling tidak penulis mendapatkan data hal tersebut beberapa waktu yang lalu ketika di Bagansiapi-api. Keberanian mengambil keputusan telah menjadi Rokan Hilir cukup maju. Dia menjadi pendekar Rokan Hilir.

Namun yang perlu diingat, sehebat apapun pendekar, tetap mempunyai kelemahan. bukankah Prabu Dasamuka yang mempunyai “Aji Pancasona” (kebal dan tidak mati) akhirnya pun mati oleh busur prabu Ramayana.

Catatan ini yang seharunya menjadi pegangan bahwa rembug bareng harus terbuka untuk siapa saja, sepanjang itu untuk kebaikan. Ini yang kemudian disebut dengan transparansi dan proses demokratisasi yang benar.

Pemaknaan transparansi dan demokrasi yang kemudian melahirkan demokratisasi sehat sebenarnya sudah diwariskan oleh para pujangga dengan simbol “panah kalimasada” milik Prabu Yudistira.

Salah satu ulama dan budayawan bernama Sunan Kalijaga mendefinisikan panah kalimasada yaitu kalimat syahadat, Laa Ilaha Illallah. Secara formal berarti tidak ada Tuhan selain Allah.

Subtansi dalam kontek politik dan pemerintahan yaitu bahwa jabatan gubernur dan sejenisnya itu bukan Tuhan. Jika dituhankan maka ia menjadi berhala, lalu jatuh menjadi musyrik.

Karena jabatan bukan Tuhan, dan Allah adalah satu-satunya Tuhan yang pantas disembah, maka pejabat dan rakyat biasa adalah sama (demokratis).

Panah kalimasada artinya menjadi pemimpin harus lurus, yang sering disebut dengan adil. Dalam bahasa Arab adil itu al-qistu.

Dan keadilan dalam Islam itu lebih dekat dengan takwa. Pemimpin yang bisa melaksanakan nilai-nilai keadilan demi memperjuangkan rakyat secara tulus, maka pemimpin tersebut telah merefleksikan nilai-nilai takwa yang benar.

Proses keadilan ini sebenarnya buah dari adanya peran masyarakat untuk bisa jewer pemimpin jika salah melalui kritik, saran, dan masukan-masukan yang baik, dan mendukung sepanjang itu untuk kepentingan masyarakat.

Maka tidak boleh keadilan disandera oleh partai politik tertentu. Sekarang saudara Annas Maamun bukan lagi milik Golkar, tapi milik rakyat Riau.

Sudah saatnya para parpol tidak perlu mengkultuskan “kemenangan” dengan menyebutkan partai-partai pendukungnya. Ini merupakan suatu langkah yang baik agar partai politik bisa mewujudkan ceck and balance dengan benar dan berkualitas. Jadikan parpol kembali lagi bersama rakyat untuk sama-sama menjadi CCTV dalam setiap kebijakan-kebijakan yang dibuat eksekutif.

Hanya saja pertanyaan sekarang, maukah gubernur kita menerima panah kalimasada? Hanya Tuhan dan Gubernur terpilih yang mengetahuinya.

Kita hanya bisa melihat dan mendukung kebijakan-kebijak prorakyat. Penulis atau masyarakat berharap pemimpin baru memberikan BBM murni, yaitu Berani Bela Masyarakat, bukan BBM palsu, yaitu Berani Bela Majikan (parpol).

Konsep Berani Bela Masyarakat jika disederhanakan yaitu terpenuhi keperluan pokok, yaitu sandang, pangan, dan papan. Itu sebenarnya yang diharapkan oleh masyarakat.

Ketika, ini diwujudkan, maka permasalahan yang krusial (PR) dalam bentuk janji-janji gubernur baru telah berhasil dilaksanakan dengan baik.

Sebagai penutup, 2 BBM ini akan menjadi neraca, ke mana arah mata angin kebijakan ke depan? Kita berharap, Annas Maamun bisa menjaga netralitas sebagai pemimpin yang adil.

Walaupun tidak memakai baju partai, jika kepemimpinannya berhasil tentu implikasinya juga pada partai pendukungnya bukan?.

Selamat atas dan sukses atas terpilihnya Annas Maamun dan Arsyadjulliandi Rachman menjadi pemimpin baru Provinsi Riau untuk 5 tahun ke depan, semoga menjadi pasangan yang harmonis, dan BBM tetap Aman membela kepentingan masyarakat Riau, wassalam.***(ak27)



Imam Ghozali
Mahasiswa S3 UIN Suska Riau.


http://ak27protect.blogspot.com

0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN