Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim Budi Setiawan mengatakan perdagangan antarpulau masih menjadi andalan kinerja perdagangan jatim pada tahun ini. Pasalnya, kondisi pasar global yang belum pulih berdampak pada kinerja ekspor-impor. "Proyeksi kami, perdagangan antarpulau tahun ini bisa tumbuh 15-17 persen," katanya kemarin.
Sampai triwulan ketiga 2013 lalu realisasi perdagangan antarpulau mencapai Rp 251,7 triliun. Diprediksi sampai akhir tahun bisa mencapai Rp 340 triliun dengan perkiraan surplus sekitar Rp 60-65 triliun. Jadi, pada tahun ini diperkirakan nilai perdagangan antarpulau bisa menembus Rp 400 triliun. "Targetnya harus bisa menguasai perdagangan domestik, dengan jumlah penduduk 255 juta jiwa itu sama artinya dengan jumlah penduduk enam negara. Sebab kalau potensi pasar itu diisi oleh negara lain, kita juga kerepotan," tandas Budi.
Kondisi global yang tidak menentu mengharuskan industri kecil dan menengah agresif membidik pasar lokal. Sebagaimana diketahui, IKM bukan eksportir yang tangguh. "Makanya, IKM salah satunya yang kami fasilitasi untuk membangun business to business dengan provinsi lain," kata dia. Berdasar data tahun lalu, nilai perdagangan paling tinggi dengan Sulawesi Selatan. Kemudian, disusul Kalimantan Selatan, NTB dan NTT. Sedangkan, kondisi perdagangan luar negeri masih membukukan defisit. Tercatat, angka defisit menyentuh Rp 10,2 triliun. Kendati defisit, pihaknya tetap meningkatkan penetrasi pasar ekspor. Salah satunya ke negara-negara di Amerika Selatan dan Afrika. Secara nasional, potensi impor dari negara-negara di Amerika Selatan sebesar USD 500 miliar, tapi yang baru dimanfaatkan Indonesia baru USD 2,9 miliar. "Sedangkan Jatim malah defisit, sebab kita banyak mendatangkan makanan ternak dari sana. Makanya kami mengupayakan adanya keseimbangan dalam perdagangan dengan mengekspor produk yang dibutuhkan Amerika Selatan," tuturnya. (ak27)
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.