Oleh :
[ArtikelKeren] TAJUK RENCANA - Satu lagi tahapan untuk menuju kursi wakil rakyat melalui Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 telah dimasuki oleh para calon anggota legislatif (Caleg).
Setelah lama bersosialisasi, maka sejak Sabtu (11/1) secara resmi dimulailah masa kampanye, hingga 5 April mendatang.
Para kandidat yang jumlahnya begitu banyak, kini secara penuh berusaha dan berlomba bagaimana memikat hati rakyat, agar terpilih untuk duduk di kursi legislatif, baik di DPRD II, DPRD I maupun DPR dan DPD RI.
Bagi rakyat, tentu menginginkan yang mewakilinya adalah figur terbaik.
Sebenarnya para Caleg beruntung dapat belajar dari perilaku legislator terdahulu. Segala yang positif tentu sudah sepatutnya dikedepankan.
Sebaliknya, mereka perlu meyakinkan publik untuk tidak mengulangi perangai buruk oknum senator yang mencederai amanah rakyat.
Rakyat amat kecewa ketika wakil yang mereka pilih untuk memperjuangkan kepentingan khalayak, ternyata ujung-ujungnya hanya mengejar kepentingan pribadi, kelompok, atau Parpol masing-masing.
Lebih kecewa ketika legislator pilihannya menjadikan segala-galanya hanya diukur dengan uang.
Para Caleg semestinya juga paham bahwa rakyat tidak simpati dengan wakilnya di dewan yang lebih sering kunjungan kerja ke luar kota dan/atau luar negeri namun tidak jelas substansinya.
Jarang muncul menyambut ketika masyarakat datang membawa aspirasi ke gedung parlemen.
Para kandidat wakil rakyat juga harus memahami bahwa yang diinginkan masyarakat adalah anggota dewan yang fokus memperjuangkan kepentingan rakyat.
Bukan mereka yang malah sibuk berpikir bagaimana mendapatkan proyek, sekalipun itu dengan cara mengangkangi prosedur.
Ya, dalam musim kampanye ini, para Caleg harus menyelami hati rakyat yang merindukan senator berkemampuan membawa perubahan dan senantiasa mengabdi untuk kepentingan rakyat.
Publik menginginkannya tetap kritis dan solutif, baik sebelum maupun kelak ketika duduk di kursi legislatif.
Kini, semua terbentang untuk dinilai. Pemilik suara bebas menyigi secara objektif siapa dari sebegitu banyak kandidat yang memenuhi kriteria terbaik dan dianggap mampu memperjuangkan aspirasinya.
Jauhkan subjektifitas, kedepankan hati nurani dalam memilih, agar lima tahun ke depan kontribusi positifnya dapat lebih nyata kita rasakan.***(ak27)
Setelah lama bersosialisasi, maka sejak Sabtu (11/1) secara resmi dimulailah masa kampanye, hingga 5 April mendatang.
Para kandidat yang jumlahnya begitu banyak, kini secara penuh berusaha dan berlomba bagaimana memikat hati rakyat, agar terpilih untuk duduk di kursi legislatif, baik di DPRD II, DPRD I maupun DPR dan DPD RI.
Bagi rakyat, tentu menginginkan yang mewakilinya adalah figur terbaik.
Sebenarnya para Caleg beruntung dapat belajar dari perilaku legislator terdahulu. Segala yang positif tentu sudah sepatutnya dikedepankan.
Sebaliknya, mereka perlu meyakinkan publik untuk tidak mengulangi perangai buruk oknum senator yang mencederai amanah rakyat.
Rakyat amat kecewa ketika wakil yang mereka pilih untuk memperjuangkan kepentingan khalayak, ternyata ujung-ujungnya hanya mengejar kepentingan pribadi, kelompok, atau Parpol masing-masing.
Lebih kecewa ketika legislator pilihannya menjadikan segala-galanya hanya diukur dengan uang.
Para Caleg semestinya juga paham bahwa rakyat tidak simpati dengan wakilnya di dewan yang lebih sering kunjungan kerja ke luar kota dan/atau luar negeri namun tidak jelas substansinya.
Jarang muncul menyambut ketika masyarakat datang membawa aspirasi ke gedung parlemen.
Para kandidat wakil rakyat juga harus memahami bahwa yang diinginkan masyarakat adalah anggota dewan yang fokus memperjuangkan kepentingan rakyat.
Bukan mereka yang malah sibuk berpikir bagaimana mendapatkan proyek, sekalipun itu dengan cara mengangkangi prosedur.
Ya, dalam musim kampanye ini, para Caleg harus menyelami hati rakyat yang merindukan senator berkemampuan membawa perubahan dan senantiasa mengabdi untuk kepentingan rakyat.
Publik menginginkannya tetap kritis dan solutif, baik sebelum maupun kelak ketika duduk di kursi legislatif.
Kini, semua terbentang untuk dinilai. Pemilik suara bebas menyigi secara objektif siapa dari sebegitu banyak kandidat yang memenuhi kriteria terbaik dan dianggap mampu memperjuangkan aspirasinya.
Jauhkan subjektifitas, kedepankan hati nurani dalam memilih, agar lima tahun ke depan kontribusi positifnya dapat lebih nyata kita rasakan.***(ak27)
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.