Oleh : Ahmad Supardi Hsb
[ArtikelKeren] OPINI - Saat ini umat manusia di seluruh belahan dunia memasuki pergantian tahun baru miladiyah atau masehi, dari tahun 2013 M menuju 2014 M.
Pergantian tahun ini diperingati dengan berbagai cara sesuai dengan tradisi dan adat kebiasaan setempat.
Ada yang melaksanakannya dengan berbagai acara, seperti pawai ta’aruf; ada yang mengadakan berbagai kegiatan lomba pertandingan; ada yang mengadakan hiburan semalam suntuk dengan mendatangkan artis top dari ibu kota;
Ada yang mengadakan wayangan, ada yang meniup terompet, ada yang hanya sekadar begadang sambil bejalan kaki di tengah kota; dan segala macamnya. Kesemua itu adalah dalam rangka menyambut dan memeriahkan pergantian tahun baru.
Memeriahkan pergantian tahun baru tersebut, hendaknya tidak hanya sekadar dilaksanakan dengan kegiatan yang bersifat hura-hura dan pemborosan, tetapi lebih dari itu, hendaknya peringatan itu dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kesiapan diri dalam menyongsong tahun baru yang akan datang.
Sehingga dengan demikian, kita lebih siap menghadapi tahun berikutnya, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Kesiapan ini sangat penting, sebab tantangan dan peluang yang dihadapi tahun depan jauh lebih berat dibanding dengan tahun yang baru saja dilalui.
Peluang dan tantangan ini, sangat tergantung pada kesiapan kita untuk memanfaatkannya.
Membaca Catatan Sejarah
Apapun yang kita lakukan dalam hidup dan kehidupan ini selama satu tahun yang lalu, merupakan lembaran catatan sejarah yang kelak akan kita baca dan pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT pada hari kemudian, sesuai dengan firmanNya dalam Al-quran: Bacalah lembaran (kitabmu), cukuplah engkau sendiri hari ini yang melakukan perhitungan atas dirimu. (QS. 17:14).
Catatan itu dapat dipastikan tidak ada yang terlewatkan apalagi hilang ditelan oleh masa dan peristiwa, sebab Allah SWT memerintahkan secara khusus dua orang malaikat untuk mencatat perbuatan manusia.
Jika perbuatan baik, maka akan dicatat oleh malaikat Roqib dan jika perbuatan jahat, maka akan dicatat oleh malaikat Atid. Kedua malaikat ini adalah pencatat ulung yang tidak pernah alfa dan tidak bisa ditipu, apalagi disogok.
Oleh karena itu, manusia dituntut untuk melakukan introspeksi dan evaluasi diri dengan membaca terlebih dahulu lembaran catatan sejarah setahun yang lalu, untuk dijadikan sebagai patokan dalam menempuh dan mengisi tahun berikutnya. Namun sungguh sangat disayangkan, catatan akurat yang dilakukan oleh malaikat Roqib dan Atid itu, tidak dapat dibaca saat ini oleh umat manusia.
Seandainya catatan itu dapat dibaca dan diperlihatkan kepada umat manusia, tentunya manusia akan semakin sadar dan banyak melakukan taubat kepada Allah SWT.
Membaca akan catatan itu sangat penting, sebab Nabi Muhammad SAW bersabda: Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka dia termasuk dalam kategori orang yang beruntung.
Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka dia termasuk dalam kategori orang yang merugi dan barang siapa yang hari ini lebih jelak dari hari kemarin , maka dia termasuk dalam kategori orang yang celaka.
Hadits ini memberikan isyarat, bahwa hidup ini harus mengalami perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Perubahan itu dapat dilakukan masing-masing individu dan masyarakat sesuai firman Allah: Tuhan tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubah (terlebih dahulu sikap mental mereka sendiri). (Q.S. 13:11).
Tiga Kesadaran
Kesadaran akan mengubah keadaan tersebut adalah merupakan kesadaran pertama yang harus kita lakukan dalam menghadapi pergantian tahun baru ini, sehingga dengan demikian, tahun baru ini diharapkan, keadaan kita, baik secara peribadi, keluarga, masyarakat maupun dalam berbangsa dan bernegara akan mengalami perbaikan pada tahun yang akan datang, sebab tanpa ini mustahil kita bisa keluar dari krisis yang melanda bangsa ini.
Apalagi dari sekian banyak krisis yang dihadapi oleh bangsa ini yang paling berbahaya adalah krisis iman dan akhlak. Iman dan akhlak adalah dua benteng pertahanan utama yang dapat melindungi derajat seseorang, sehingga tidak terjatuh ke lembah yang paling hina, yaitu lebih rendah derajatnya dari binatang.
Kesadaran yang kedua adalah kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan dan kehormatannya, sebab manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan yang dalam dirinya telah ditiupkan Ruh Tuhan.
Oleh karena itulah, maka setiap manusia dituntut untuk dapat mewujudkan sifat-sifat ilahiyah dalam dirinya, sesuai dengan kemampuan masing-masing, sehingga dengan demikian yang bersangkutan, selain menghargai dan menghormati dirinya sendiri, juga menghargai dan menghormati orang lain.
Penghormatan akan diri dan kehormatan orang lain, sesuatu yang harus dijaga secara terus menerus, sebab tanpa adanya kehormatan, derajat manusia yang lebih tinggi dari malaikat, akan hancur sama sekali.
Hal itu berarti bahwa manusia yang berperan dan mendapat ,mandat sebagai khalifatullah di muka bumi, bisa dicabut oleh Allah SWT.
Kesadaran yang ketiga adalah kesadaran akan nilai-nilai tangung jawab sosial. Manusia selain dituntut untuk menjalin hubungan secara vertikal dengan Allah SWT, yang disebut dengan hablum minallah, juga dituntut menjalin hubungan secara horizontal dengan sesama umat manusia, yang sekaligus menjadi tanggung jawab sosialnya.
Tanggung jawab sosial ini kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Oleh karena itu, Allah berfirman dalam Alquran: Mengapa kalian tidak berjuang di jalan Allah, sedangkan kaum lemah yang tertindas, baik laki-laki, wanita maupun anak-anak, bermohon agar mereka dikaruniai penolong dan pelindung dari sisi Allah. (Q.S. 4:75).
Jika hal-hal tersebut di atas dapat dilakukan, itu berarti bahwa kita telah dapat menggapai hikmah terbesar dari pergantian tahun baru ini.
Pergantian tahun ini bukan hanya sekadar rutinitas pergantian zaman dan peringatannya hanya dijadikan sebagai kegiatan ceremonial dan hura-hura belaka, tetapi lebih dari itu, kita telah dapat menggapai hikmah terpenting di balik pergantian tahun baru itu, dengan melakukan introspeksi, evaluasi, dan muhasabah atas diri masing-masing, sekaligus melakukan tindakan arif dan bijaksana dalam menyongsong masa depan yang penuh harapan dan penuh tantangan.***(ak27)
Ahmad Supardi Hsb
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rokan Hulu
[ArtikelKeren] OPINI - Saat ini umat manusia di seluruh belahan dunia memasuki pergantian tahun baru miladiyah atau masehi, dari tahun 2013 M menuju 2014 M.
Pergantian tahun ini diperingati dengan berbagai cara sesuai dengan tradisi dan adat kebiasaan setempat.
Ada yang melaksanakannya dengan berbagai acara, seperti pawai ta’aruf; ada yang mengadakan berbagai kegiatan lomba pertandingan; ada yang mengadakan hiburan semalam suntuk dengan mendatangkan artis top dari ibu kota;
Ada yang mengadakan wayangan, ada yang meniup terompet, ada yang hanya sekadar begadang sambil bejalan kaki di tengah kota; dan segala macamnya. Kesemua itu adalah dalam rangka menyambut dan memeriahkan pergantian tahun baru.
Memeriahkan pergantian tahun baru tersebut, hendaknya tidak hanya sekadar dilaksanakan dengan kegiatan yang bersifat hura-hura dan pemborosan, tetapi lebih dari itu, hendaknya peringatan itu dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kesiapan diri dalam menyongsong tahun baru yang akan datang.
Sehingga dengan demikian, kita lebih siap menghadapi tahun berikutnya, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Kesiapan ini sangat penting, sebab tantangan dan peluang yang dihadapi tahun depan jauh lebih berat dibanding dengan tahun yang baru saja dilalui.
Peluang dan tantangan ini, sangat tergantung pada kesiapan kita untuk memanfaatkannya.
Membaca Catatan Sejarah
Apapun yang kita lakukan dalam hidup dan kehidupan ini selama satu tahun yang lalu, merupakan lembaran catatan sejarah yang kelak akan kita baca dan pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT pada hari kemudian, sesuai dengan firmanNya dalam Al-quran: Bacalah lembaran (kitabmu), cukuplah engkau sendiri hari ini yang melakukan perhitungan atas dirimu. (QS. 17:14).
Catatan itu dapat dipastikan tidak ada yang terlewatkan apalagi hilang ditelan oleh masa dan peristiwa, sebab Allah SWT memerintahkan secara khusus dua orang malaikat untuk mencatat perbuatan manusia.
Jika perbuatan baik, maka akan dicatat oleh malaikat Roqib dan jika perbuatan jahat, maka akan dicatat oleh malaikat Atid. Kedua malaikat ini adalah pencatat ulung yang tidak pernah alfa dan tidak bisa ditipu, apalagi disogok.
Oleh karena itu, manusia dituntut untuk melakukan introspeksi dan evaluasi diri dengan membaca terlebih dahulu lembaran catatan sejarah setahun yang lalu, untuk dijadikan sebagai patokan dalam menempuh dan mengisi tahun berikutnya. Namun sungguh sangat disayangkan, catatan akurat yang dilakukan oleh malaikat Roqib dan Atid itu, tidak dapat dibaca saat ini oleh umat manusia.
Seandainya catatan itu dapat dibaca dan diperlihatkan kepada umat manusia, tentunya manusia akan semakin sadar dan banyak melakukan taubat kepada Allah SWT.
Membaca akan catatan itu sangat penting, sebab Nabi Muhammad SAW bersabda: Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka dia termasuk dalam kategori orang yang beruntung.
Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka dia termasuk dalam kategori orang yang merugi dan barang siapa yang hari ini lebih jelak dari hari kemarin , maka dia termasuk dalam kategori orang yang celaka.
Hadits ini memberikan isyarat, bahwa hidup ini harus mengalami perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Perubahan itu dapat dilakukan masing-masing individu dan masyarakat sesuai firman Allah: Tuhan tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubah (terlebih dahulu sikap mental mereka sendiri). (Q.S. 13:11).
Tiga Kesadaran
Kesadaran akan mengubah keadaan tersebut adalah merupakan kesadaran pertama yang harus kita lakukan dalam menghadapi pergantian tahun baru ini, sehingga dengan demikian, tahun baru ini diharapkan, keadaan kita, baik secara peribadi, keluarga, masyarakat maupun dalam berbangsa dan bernegara akan mengalami perbaikan pada tahun yang akan datang, sebab tanpa ini mustahil kita bisa keluar dari krisis yang melanda bangsa ini.
Apalagi dari sekian banyak krisis yang dihadapi oleh bangsa ini yang paling berbahaya adalah krisis iman dan akhlak. Iman dan akhlak adalah dua benteng pertahanan utama yang dapat melindungi derajat seseorang, sehingga tidak terjatuh ke lembah yang paling hina, yaitu lebih rendah derajatnya dari binatang.
Kesadaran yang kedua adalah kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan dan kehormatannya, sebab manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan yang dalam dirinya telah ditiupkan Ruh Tuhan.
Oleh karena itulah, maka setiap manusia dituntut untuk dapat mewujudkan sifat-sifat ilahiyah dalam dirinya, sesuai dengan kemampuan masing-masing, sehingga dengan demikian yang bersangkutan, selain menghargai dan menghormati dirinya sendiri, juga menghargai dan menghormati orang lain.
Penghormatan akan diri dan kehormatan orang lain, sesuatu yang harus dijaga secara terus menerus, sebab tanpa adanya kehormatan, derajat manusia yang lebih tinggi dari malaikat, akan hancur sama sekali.
Hal itu berarti bahwa manusia yang berperan dan mendapat ,mandat sebagai khalifatullah di muka bumi, bisa dicabut oleh Allah SWT.
Kesadaran yang ketiga adalah kesadaran akan nilai-nilai tangung jawab sosial. Manusia selain dituntut untuk menjalin hubungan secara vertikal dengan Allah SWT, yang disebut dengan hablum minallah, juga dituntut menjalin hubungan secara horizontal dengan sesama umat manusia, yang sekaligus menjadi tanggung jawab sosialnya.
Tanggung jawab sosial ini kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Oleh karena itu, Allah berfirman dalam Alquran: Mengapa kalian tidak berjuang di jalan Allah, sedangkan kaum lemah yang tertindas, baik laki-laki, wanita maupun anak-anak, bermohon agar mereka dikaruniai penolong dan pelindung dari sisi Allah. (Q.S. 4:75).
Jika hal-hal tersebut di atas dapat dilakukan, itu berarti bahwa kita telah dapat menggapai hikmah terbesar dari pergantian tahun baru ini.
Pergantian tahun ini bukan hanya sekadar rutinitas pergantian zaman dan peringatannya hanya dijadikan sebagai kegiatan ceremonial dan hura-hura belaka, tetapi lebih dari itu, kita telah dapat menggapai hikmah terpenting di balik pergantian tahun baru itu, dengan melakukan introspeksi, evaluasi, dan muhasabah atas diri masing-masing, sekaligus melakukan tindakan arif dan bijaksana dalam menyongsong masa depan yang penuh harapan dan penuh tantangan.***(ak27)
Ahmad Supardi Hsb
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rokan Hulu
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.