Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Rabu, 29 Januari 2014

Daun Kelor dan Tali Pinggang

Rabu, Januari 29, 2014 By Unknown No comments

Oleh : Samsul Nizar


[ArtikelKeren] OPINI - Pepatah menyatakan “jangan berpikir sebatas daun kelor” atau “bagaikan katak di bawah tempurung”. Atau “jangan berpikir sebatas tali pinggang” karena hal tersebut menandakan keterbatasan wawasan dan menunjukkan kekerdilan diri.

Pepatah yang sederhana tapi memiliki makna yang dalam tatkala direnung maksudnya. Para leluhur tak mungkin berkata dalam simpulan kata petuah yang dirangkum dalam pepatah lama bila tak memiliki maksud bagi anak cucunya.

Pesan yang seharusnya dipedomani untuk dilaksanakan, bukan hanya sebatas pedoman retorika lipstick yang penuh tipu muslihat.

Bila dianalisa lebih dalam, pepatah di atas memiliki makna bahwa: Pertama, jangan sempit berpikir. Sebab, sempitnya berpikir menandakan tidak bijaksananya seseorang.

Kedua, jangan hanya mampu melihat kehebatan dalam pandangan yang terbatas dan hanya dibatasi oleh kepentingan sektoral yang kerdil. Lihatlah dalam dunia yang luas.

Dengan demikian, manusia akan melihat kelebihan orang lain dalam bingkai profesional yang sesungguhnya merupakan kekuatan yang mampu membawa tercapainya pada tujuan bersama.

Bukan pandangan kerdil yang hanya selebar daun kelor dan sebatas lingkaran tali pinggangnya.

Pemahaman di atas seyogyanya perlu menjadi acuan bagi pemimpin hari ini agar tidak berpaham sebatas daun kelor dan berpikir hanya seputar lingkaran tali pinggang.

Pemimpin yang mengadopsi cara berpikir sebatas tali pinggang disebabkan karena kemampuan berpikir dan wawasannya yang hanya sepanjang tali pinggang, mengurusi pemenuhan keperluan di seputar wilayah ikat pinggang, dan hanya berpikir untuk orang di sekeliling pinggangnya saja.

Rakyat merindukan lahirnya seorang pemimpin yang arif dan bijaksana, serta berwawasan luas melampaui sekadar ikat pinggang.

Eksistensinya memiliki beberapa kriteria, yaitu pertama, seorang pemimpin yang pada awalnya didukung oleh sebagian kelompok, namun setelah terpilih maka ia menjadi sosok milik semua golongan.

Perbedaan dalam menentukan pilihan dianggap dinamika yang lumrah sebagai wujud ijtihad untuk menemukan kebenaran. Untuk itu, perbedaan pandangan dalam menetapkan pilihan justru dijadikan sebagai dinamika menyatukan paham yang berbeda sebagai sebuah kekuatan untuk menggerakkan organisasi yang dipimpinnya.

Namun, bagi pemimpin yang berwawasan “tali pinggang” akan melihat perbedaan dalam menentukan ijtihad dalam politik sebagai bentuk perlawanan atas dirinya, sehingga siapapun yang berbeda harus “disingkirkan”.

Kedua, seorang pemimpin harus tegas dalam mengambil kebijakan dengan berlandaskan pada aturan dan kemashlahatan umat, bukan atas keberpihakan pada pribadi dan kelompok dengan menjadikan aturan dengan penafsiran kepentingan.

Apatahlagi sampai dengan sengaja menutupi kesalahan menjadi sebuah pembenaran agar terjaganya kepentingan kelompoknya.

Ketiga, seorang pemimpin harus berwawasan luas dengan mimpi yang berpijak pada kekuatan dan realita, bukan pemimpi “siang bolong” yang berangkat pada keinginan populer secara instan tapi dengan kebijakan yang tak popular nan menyesatkan.

Pemaksaan mimpinya hanya dibangun sebatas retorika murahan yang hanya bisa “meninabobokkan” kelompok penjilat dengan kemampuan berpikir tingkat rendah, tapi tak laku bagi mereka yang cerdas obyektif.

Keempat, pemimpin perlu menjadi contoh teladan, baik dalam kata, prilaku, bahkan keluarganya. Kelima, pemimpin perlu berpikir obyektif dan profesional, bukan subyektif kolegial dan primordial yang hanya mampu “menjilat” tapi tak mampu berpikir, apatahlagi berbuat.

Mungkinkah mimpi masyarakat akan lahirnya sosok pemimpin dengan beberapa syarat di atas terwujud pada realitas modern saat ini?

Atau mimpi itu hanya nyata di alam bawah sadar karena pemimpin yang diidamkam tersebut telah punah seiring matinya logika kebenaran dan bekunya perasaan hati yang suci.

Hanya saja, asa tak pernah padam untuk menunggu lahirnya pemimpin yang dambakan. Meski asa terkadang menjadi lelah karena penantian selalu berwujud dengan lahirnya sosok pemimpin yang hanya bermazhab ”daun kelor” dan ”tali pinggang” yang hanya berganti nama dan masa, namun dengan pandangan yang tak berubah dan selalu sempit.

Tapi mimpi dan asa harus selalu ada, meski hanya itu yang tersisa dan bisa dimiliki oleh sang pemimpi. Namun, bila pemimpin masih mengacu pada ”seputar tali pinggang” mengindikasi wawasannya hanya sebatas panjang tali pinggang belaka, maka mimpi akan semakin panjang.

Jika memang ini yang terjadi, maka orientasi kepemimpinannya akan hanya berupaya pemenuhan keperluan wilayah tali pinggang pula.

Kita sebaiknya tidak hanya melihat fenomena yang ada, tapi berupaya menyadarkan dan mendorong lahirnya sosok pemimpin yang diharapkan mampu membongkar kekuatan ”sebatas daun kelor” dan hanya mementingkan seputar ”tali pinggang” menjadi pemimpin seluruh ummat yang membawa pesan rahmatan lil ‘alamin.

Dengan sosok pemimpin umat yang berpikir rahmatan lil ‘alamin, keadilan dan kemakmuran akan terwujud.***(ak27)



Samsul Nizar
Guru Besar pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau


http://ak27protect.blogspot.com

0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN