Oleh : Tresnawati
[ArtikelKeren] OPINI - Hasil SDKI tahun 2012 mengenai angka kematian ibu (AKI) yang di-launching pada tanggal 26 September 2013 bertepatan dengan Peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia sungguh mencengangkan.
Angka ini meningkat cukup tajam dibanding hasil SDKI tahun 2007 yaitu dari 228 per 100 ribu kelahiran hidup menjadi 359 per 100 ribu kelahiran hidup.
Fakta melonjaknya kematian ini tentu harus menjadi perhatian pemerintah yang sebelumnya bertekad akan menurunkan AKI hingga 108 per 100 ribu pada 2015 sesuai dengan target MDGs.
Dalam kenyataan, kematian wanita Indonesia dalam jumlah yang besar itu nyaris luput dari perhatian kita. Kematian yang berkaitan dengan komplikasi kehamilan dan melahirkan (kematian maternal) menjadi pekerjaan rumah bagi kita bersama untuk menanggulanginya.
Angka kematian Ibu di Indonesia mengindikasikan bahwa kesejahteraan ibu di negara tercinta kita ini masih jauh dari harapan, dan sepertinya belum mendapat perhatian penuh dari pemerintah.
Meningkatnya angka kematian ibu disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa kasus yang sering kita lihat di media mengungkapkan kematian ibu maternal itu disebabkan oleh perdarahan, keracunan kehamilan dan infeksi.
Hal lain juga disebabkan banyak terjadi pada kasus rujukan yang terlantar atau terlambat dirujuk ke tingkat layanan yang lebih tinggi.
Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena masih banyaknya kasus ”3 Terlambat” dan ”4 Terlalu”, yang terkait dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan dan ekonomi.
Kasus ”3 Terlambat” meliputi terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan, terlambat dirujuk, terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
Sedangkan faktor risiko ”4 Terlalu”, yaitu: terlalu tua untuk hamil (hamil di atas usia 35 tahun), terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun), terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4) dan terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun).
Resiko ”3 Terlambat” dan ”4 Terlalu” ini ternyata menambah daftar panjang risiko kematian ibu di Indonesia. Beberapa faktor di atas menyiratkan secara kuat bahwa kemiskinan, pendidikan dan status wanita yang masih rendah dalam masyarakat bisa mengantarnya kepada kematian maternal.
Sangat ironis bahwa dalam keadaan yang bergerak maju demikian pesatnya, yaitu dalam keadaan keluarga Indonesia yang mengalami transformasi sosial budaya yang dahsyat, kita ketinggalan jauh dibandingkan dengan negara tetangga dalam menata kesejahteraan ibu.
Tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan itu biasanya menjadi ukuran kesejahteraan kaum wanita.
Tidak heran kalau berdasarkan berbagai indikator yang diumumkan dunia internasional selalu saja Indonesia ditempatkan pada posisi yang rendah di mata dunia dengan rangking kesejahteraan ibu yang terburuk khususnya diantara negara-negara Asean.
Cerita di Balik Kematian Ibu
Dari kasus kematian ibu baik di desa maupun di kota dapat ditarik latar cerita kematian ibu di seluruh negeri. Kemiskinan, baik harta maupun pengetahuan adalah salah satu penyebabnya.
Status gizi dan kesehatan ibu hamil adalah dua hal yang memperpanjang penyebab tragedi nasional tersebut. Banyak ibu hamil kekurangan gizi disebabkan karena ketidaksanggupan mereka mengkonsumsi makanan-makanan bergizi yang seharusnya disuplai untuk janinnya, tidak sedikit juga dari ibu-ibu hamil yang dengan sengaja mengabaikan pemeriksaan kehamilannya, tetap dengan alasan yang sama yaitu keterbatasan biaya.
Keselamatan ibu dari keadaan gawat darurat selain berbenturan dengan faktor ekonomi juga disebabkan oleh masalah waktu dan transportasi, artinya ibu yang mengalami perdarahan dalam kehamilannya tidak segera dapat dibawa ke rumah sakit karena tidak ada kendaraan, misalnya.
Rendahnya pendidikan membuat wanita mudah disusupi mitos-mitos yang kebetulan merugikan kondisi kehamilan. Misalnya saja mitos yang beredar di masyarakat bahwa ibu hamil sebaiknya makan dengan piring yang kecil agar mendapatkan bayi yang mungil.
Makan dalam piring besar bisa membuat bibir bayi lebar. Kebiasaan ini mengecilkan porsi makan ibu sehari-hari yang bertentangan dengan keperluan selagi hamil.
Masih banyak lagi mitos-mitos yang beredar di masyarakat terkait dengan kehamilan dan persalinan yang jelas-jelas merugikan tetapi malah diyakini.
Perawatan dan pemeriksaan kehamilan, salah satu pengaman ibu hamil, juga berbenturan dengan status ekonomi. Mungkin biaya periksa hamil di Puskesmas bisa terjangkau tetapi jarak ke Puskesmas belum tentu memudahkan ibu memeriksakan kandungannya.
Di balik kematian ibu, jelas sudah ternyata mereka tidak mempunyai kekuatan-kekuatan mendasar yang dapat menyelamatkannya dari kematian maternal yakni pengetahuan, kesempatan ekonomi dan hak kehidupan dan kesehatan reproduksi. Betapa sebahagian besar hak ibu terabaikan.
Kita semua pasti setuju, bahwa seorang ibu adalah sosok yang luar biasa yang akan mencetak anak-anak hebat. Bagaimana nasib anak bangsa jika harus kehilangan ibu-ibu mereka dalam kondisi meninggal karena berjuang agar anak-anaknya tetap hidup sementara nyawanya terenggut.
Tidak bisa dibayangkan mereka lahir dan tumbuh tanpa seorang ibu. Oleh karena itu jangan abaikan kematian ibu, dan selamat Hari Ibu bagi ibu-ibu di seluruh dunia.***(ak27)
Tresnawati
Widyaiswara Perwakilan BKKBN Provinsi Riau
[ArtikelKeren] OPINI - Hasil SDKI tahun 2012 mengenai angka kematian ibu (AKI) yang di-launching pada tanggal 26 September 2013 bertepatan dengan Peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia sungguh mencengangkan.
Angka ini meningkat cukup tajam dibanding hasil SDKI tahun 2007 yaitu dari 228 per 100 ribu kelahiran hidup menjadi 359 per 100 ribu kelahiran hidup.
Fakta melonjaknya kematian ini tentu harus menjadi perhatian pemerintah yang sebelumnya bertekad akan menurunkan AKI hingga 108 per 100 ribu pada 2015 sesuai dengan target MDGs.
Dalam kenyataan, kematian wanita Indonesia dalam jumlah yang besar itu nyaris luput dari perhatian kita. Kematian yang berkaitan dengan komplikasi kehamilan dan melahirkan (kematian maternal) menjadi pekerjaan rumah bagi kita bersama untuk menanggulanginya.
Angka kematian Ibu di Indonesia mengindikasikan bahwa kesejahteraan ibu di negara tercinta kita ini masih jauh dari harapan, dan sepertinya belum mendapat perhatian penuh dari pemerintah.
Meningkatnya angka kematian ibu disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa kasus yang sering kita lihat di media mengungkapkan kematian ibu maternal itu disebabkan oleh perdarahan, keracunan kehamilan dan infeksi.
Hal lain juga disebabkan banyak terjadi pada kasus rujukan yang terlantar atau terlambat dirujuk ke tingkat layanan yang lebih tinggi.
Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena masih banyaknya kasus ”3 Terlambat” dan ”4 Terlalu”, yang terkait dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan dan ekonomi.
Kasus ”3 Terlambat” meliputi terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan, terlambat dirujuk, terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
Sedangkan faktor risiko ”4 Terlalu”, yaitu: terlalu tua untuk hamil (hamil di atas usia 35 tahun), terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun), terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4) dan terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun).
Resiko ”3 Terlambat” dan ”4 Terlalu” ini ternyata menambah daftar panjang risiko kematian ibu di Indonesia. Beberapa faktor di atas menyiratkan secara kuat bahwa kemiskinan, pendidikan dan status wanita yang masih rendah dalam masyarakat bisa mengantarnya kepada kematian maternal.
Sangat ironis bahwa dalam keadaan yang bergerak maju demikian pesatnya, yaitu dalam keadaan keluarga Indonesia yang mengalami transformasi sosial budaya yang dahsyat, kita ketinggalan jauh dibandingkan dengan negara tetangga dalam menata kesejahteraan ibu.
Tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan itu biasanya menjadi ukuran kesejahteraan kaum wanita.
Tidak heran kalau berdasarkan berbagai indikator yang diumumkan dunia internasional selalu saja Indonesia ditempatkan pada posisi yang rendah di mata dunia dengan rangking kesejahteraan ibu yang terburuk khususnya diantara negara-negara Asean.
Cerita di Balik Kematian Ibu
Dari kasus kematian ibu baik di desa maupun di kota dapat ditarik latar cerita kematian ibu di seluruh negeri. Kemiskinan, baik harta maupun pengetahuan adalah salah satu penyebabnya.
Status gizi dan kesehatan ibu hamil adalah dua hal yang memperpanjang penyebab tragedi nasional tersebut. Banyak ibu hamil kekurangan gizi disebabkan karena ketidaksanggupan mereka mengkonsumsi makanan-makanan bergizi yang seharusnya disuplai untuk janinnya, tidak sedikit juga dari ibu-ibu hamil yang dengan sengaja mengabaikan pemeriksaan kehamilannya, tetap dengan alasan yang sama yaitu keterbatasan biaya.
Keselamatan ibu dari keadaan gawat darurat selain berbenturan dengan faktor ekonomi juga disebabkan oleh masalah waktu dan transportasi, artinya ibu yang mengalami perdarahan dalam kehamilannya tidak segera dapat dibawa ke rumah sakit karena tidak ada kendaraan, misalnya.
Rendahnya pendidikan membuat wanita mudah disusupi mitos-mitos yang kebetulan merugikan kondisi kehamilan. Misalnya saja mitos yang beredar di masyarakat bahwa ibu hamil sebaiknya makan dengan piring yang kecil agar mendapatkan bayi yang mungil.
Makan dalam piring besar bisa membuat bibir bayi lebar. Kebiasaan ini mengecilkan porsi makan ibu sehari-hari yang bertentangan dengan keperluan selagi hamil.
Masih banyak lagi mitos-mitos yang beredar di masyarakat terkait dengan kehamilan dan persalinan yang jelas-jelas merugikan tetapi malah diyakini.
Perawatan dan pemeriksaan kehamilan, salah satu pengaman ibu hamil, juga berbenturan dengan status ekonomi. Mungkin biaya periksa hamil di Puskesmas bisa terjangkau tetapi jarak ke Puskesmas belum tentu memudahkan ibu memeriksakan kandungannya.
Di balik kematian ibu, jelas sudah ternyata mereka tidak mempunyai kekuatan-kekuatan mendasar yang dapat menyelamatkannya dari kematian maternal yakni pengetahuan, kesempatan ekonomi dan hak kehidupan dan kesehatan reproduksi. Betapa sebahagian besar hak ibu terabaikan.
Kita semua pasti setuju, bahwa seorang ibu adalah sosok yang luar biasa yang akan mencetak anak-anak hebat. Bagaimana nasib anak bangsa jika harus kehilangan ibu-ibu mereka dalam kondisi meninggal karena berjuang agar anak-anaknya tetap hidup sementara nyawanya terenggut.
Tidak bisa dibayangkan mereka lahir dan tumbuh tanpa seorang ibu. Oleh karena itu jangan abaikan kematian ibu, dan selamat Hari Ibu bagi ibu-ibu di seluruh dunia.***(ak27)
Tresnawati
Widyaiswara Perwakilan BKKBN Provinsi Riau
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.