Oleh : Redaksi
[ArtikelKeren] TAJUK RENCANA - Sebuah fakta baru dan mengejutkan diungkap oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI. Badan Pemeriksa Keuangan menyerahkan Laporan Hasil Perhitungan (LHP) kerugian negara akibat pemberian fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP) terhadap Bank Century dan penetapan bank itu sebagai bank gagal berdampak sistemik ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Senin (23/12). Dari hasil pemeriksaan BPK, kasus tersebut merugikan negara hingga lebih dari Rp7 triliun.
Pertanyaannya, siapa yang bertanggungjawab atas semua ini? Menguak tabir konspirasi di balik skandal Bank Century harus dimulai dari melihat tahapan dan kronologi berbagai pelanggaran yang terjadi pada Bank Century menurut analis keuangan dapat dibagi dalam tiga tahap. Dimana tiap tahap akan menunjukan sejauh mana skenario itu dibuat sampai mampu merangkai tiga kelompok kasus yang berbeda tapi bermuara pada satu tujuan dimana tujuan akhir (skandal tahap III) dianggap akan mampu menutupi semua pelanggran hukum yang terjadi pada dua tahap sebelumnya.
Tahap pertama, perampokan Bank Oleh koordinator konspirasi dengan melibatkan pemilik bank, Bank Indonesia, debitur besar Bank Century, pemilik simpanan besar pada Bank Century untuk menguras Bank Century pada momentum yang tepat yaitu saat Bank Century ada dalam Pengawasan Bank Indonesia. Tahap kedua, Bank Indonesia berusaha untuk dengan segala cara memuluskan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik dengan menyembunyikan berbagai fakta dan menggunakan berbagai cara agar KSSK (komite stabilitas menetapkan Bank Century sebagai Bank Gagal Berdampak Sistemik).
Tahap ketiga, Skandal Tahap III Bank Century, di mana Bank Indonesia berusaha untuk melepaskan tanggungjawabnya dengan mengalihkan perampokan bersama kepada Bank Century atas beban LPS. Atau tujuan sebenarnya atas perampokan terhadap Bank Century, adalah sekadar pintu masuk untuk melakukan perampokan terhadap Lembaga Penjamin Simpanan ( LPS ) di mana LPS yang mempunyai kekuasaan kebijakan yang mandiri yang akan mampu menutup semua tindak kejahatan yang terjadi pada Skandal Century tahap I dan II. Menteri Ekonomi tidak mendapatkan data yang sesungguhnya tentang Kondisi Perbankan di Indonesia (terungkap dari pengakuan MenKeu Sri Mulyani terhadap Wapres JK).
Pelaksanaan Rapat KSSK yang hanya berselisih beberapa jam dengan Rapat Bersama Wapres, seharusnya semua materi Rapat KSSK sudah bisa disampaikan pada rapat dengan Wapres. Alasan BI yang menyembunyikan berbagai fakta yang ada, hanya bertujuan untuk memaksakan kehendak BI pada satu kesimpulan bahwa Bank Century adalah Bank Gagal berdampak sistemik.
Dari sini tampak adanya satu rekayasa dari Gubernur BI (waktu itu) untuk memaksa rapat KSSK yang dipimpin Menteri Keuangan untuk menetapkan Bank Century sebagai Bank Gagal berdampak sistemik. Karena dengan munculnya keputusan itu akan melepaskan semua tanggung jawab BI atas kegagalan BI dalam mengawasi Bank Century dan atas semua indikasi keterlibatan BI dalam konspirasi kejahatan perbankan yang melibatkan berbagai pihak, termasuk BI sendiri. Padahal pemberian FPJP itu sebenarnya melanggar ketentuan BI sendiri.***(ak27)
Pertanyaannya, siapa yang bertanggungjawab atas semua ini? Menguak tabir konspirasi di balik skandal Bank Century harus dimulai dari melihat tahapan dan kronologi berbagai pelanggaran yang terjadi pada Bank Century menurut analis keuangan dapat dibagi dalam tiga tahap. Dimana tiap tahap akan menunjukan sejauh mana skenario itu dibuat sampai mampu merangkai tiga kelompok kasus yang berbeda tapi bermuara pada satu tujuan dimana tujuan akhir (skandal tahap III) dianggap akan mampu menutupi semua pelanggran hukum yang terjadi pada dua tahap sebelumnya.
Tahap pertama, perampokan Bank Oleh koordinator konspirasi dengan melibatkan pemilik bank, Bank Indonesia, debitur besar Bank Century, pemilik simpanan besar pada Bank Century untuk menguras Bank Century pada momentum yang tepat yaitu saat Bank Century ada dalam Pengawasan Bank Indonesia. Tahap kedua, Bank Indonesia berusaha untuk dengan segala cara memuluskan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik dengan menyembunyikan berbagai fakta dan menggunakan berbagai cara agar KSSK (komite stabilitas menetapkan Bank Century sebagai Bank Gagal Berdampak Sistemik).
Tahap ketiga, Skandal Tahap III Bank Century, di mana Bank Indonesia berusaha untuk melepaskan tanggungjawabnya dengan mengalihkan perampokan bersama kepada Bank Century atas beban LPS. Atau tujuan sebenarnya atas perampokan terhadap Bank Century, adalah sekadar pintu masuk untuk melakukan perampokan terhadap Lembaga Penjamin Simpanan ( LPS ) di mana LPS yang mempunyai kekuasaan kebijakan yang mandiri yang akan mampu menutup semua tindak kejahatan yang terjadi pada Skandal Century tahap I dan II. Menteri Ekonomi tidak mendapatkan data yang sesungguhnya tentang Kondisi Perbankan di Indonesia (terungkap dari pengakuan MenKeu Sri Mulyani terhadap Wapres JK).
Pelaksanaan Rapat KSSK yang hanya berselisih beberapa jam dengan Rapat Bersama Wapres, seharusnya semua materi Rapat KSSK sudah bisa disampaikan pada rapat dengan Wapres. Alasan BI yang menyembunyikan berbagai fakta yang ada, hanya bertujuan untuk memaksakan kehendak BI pada satu kesimpulan bahwa Bank Century adalah Bank Gagal berdampak sistemik.
Dari sini tampak adanya satu rekayasa dari Gubernur BI (waktu itu) untuk memaksa rapat KSSK yang dipimpin Menteri Keuangan untuk menetapkan Bank Century sebagai Bank Gagal berdampak sistemik. Karena dengan munculnya keputusan itu akan melepaskan semua tanggung jawab BI atas kegagalan BI dalam mengawasi Bank Century dan atas semua indikasi keterlibatan BI dalam konspirasi kejahatan perbankan yang melibatkan berbagai pihak, termasuk BI sendiri. Padahal pemberian FPJP itu sebenarnya melanggar ketentuan BI sendiri.***(ak27)
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.