Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Jumat, 22 November 2013

Sufistik, Pandangan Hidup Orang Melayu

Jumat, November 22, 2013 By Unknown No comments

Oleh : Amrizal


[ArtikelKeren] OPINI - Kebudayaan Melayu terbentuk pada hakikatnya merupakan hasil dari proses akulturasi antara ajaran Islam yang bersifat transenden dan universal dan budaya-budaya pribumi yang bersifat artifisial dan lokalistik.

Karena itu di dunia Melayu-Nusantara telah dikenal semacam formulasi budaya yang menunjukkan betapa Islam mampu memberi “ruh” terhadap sistem budaya lokal sehingga menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan antara satu dan lainnya.

Formulasi itu tergambar dalam satu statemen adat (prinsip) yang populer “Adat bersendikan Syara’, Syara’ bersendikan Kitabullah”.

Proses akodomasi antara Islam dan adat ini tidak terlepas dari peran tokoh-tokoh tasawuf yang datang ke kawasan nusantara. Mereka berdakwah menggunakan pendekatan yang tidak memarginalkan tradisi.

Para sufi yang hadir di tengah-tengah masyarakat, tidak menyerang budaya setempat. Simbol-simbol dan nilai-nilai kearifan lokal tetap dipertahankan akan tetapi diberi muatan Islam.

Terjadinya akulturasi Islam dan budaya lokal (Melayu) tersebut dikarenakan Islam yang datang pertama kali di kawasan nusantara ini adalah Islam yang beraliran tasawuf.

Jikalau yang sampai pada waktu itu bukanlah Islam yang bercorak sufistik, maka hampir bisa dipastikan proses akulturasi itu sulit sekali akan terjadi.

Dengan demikian pengaruh Islam yang bercorak sufistik ini dirasakan sangat kental dalam sikap dan pandangan hidup orang-orang Melayu.

Sebagaimana dimaklumi proses tasawuf diawali dari kajian mengenal akan eksistensi Tuhan mulai dari hakikat zat, sifat, nama dan perbuatan-Nya.

Kajian seperti ini dimaksudkan untuk lebih memberikan arti dan makna bagi pelaksanaan ibadah yang dilakukan oleh seorang muslim dalam rangka mendekatkan diri (taqarrub) kepada Tuhan dengan cara yang benar.

Dalam masyarakat Melayu tradisional, kajian seperti ini atau diistilahkan dengan “kaji diri” cukup populer. Bahkan bila ditelusuri lebih lanjut kitab-kitab yang dibaca oleh mayoritas masyarakat Melayu, yang biasanya ditulis dalam tulisan Arab Melayu, pada umumnya berisikan pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan ajaran-ajaran tasawuf.

Kemudian tujuan akhir dari proses tasawuf adalah bagaimana seseorang itu bisa menghiasi dirinya dengan akhlak yang terpuji. Karena esensi dari tasawuf itu sendiri adalah etika dan moralitas yang tinggi.

Ajaran-ajaran tasawuf pada intinya ingin mendidik seseorang muslim agar memiliki akhlak yang mulia baik kepada Tuhan, kepada manusia dan lingkungan (alam semesta).

Esensi dari tasawuf ini bisa ditemukan dalam pandangan dan sikap hidup orang-orang Melayu seperti yang dikemukakan UU Hamidy dalam bukunya, antara lain: Sederhana dalam penampilan hidup; utang dianggap bukan hanya beban material, tetapi lebih-lebih lagi sebagai beban moral; martabat atau harga diri berada di atas nilai kebendaan.

Harta itu yang utama berkahnya, bukan jumlahnya.

Penyakit, di samping disebabkan oleh kuman, juga dapat disebabkan oleh makhluk halus dan perbuatan manusia. Kejujuran adalah penampilan harga diri yang utama.

Persaudaraan harus wujud dalam kebersamaan. Bahasa adalah lambang budi pekerti. Keseimbangan lahir dan batin merupakan tajuk mahkota kehidupan. Kekuasaan, hendaklah terbagi atas beberapa teraju kehidupan. Perselisihan sedapat mungkin dihindarkan. Hidup dan waktu tidak dihubungkan dengan baik.

Menonjolkan diri dipandang sebagai akhlak yang tidak baik. Hukum yang terkandung dalam adat dan undang-undang yang dibuat oleh kerajaan (negara) jangan dipermainkan. (UU. Hamidy, 2011:18-20)

Bila ditelusuri lebih dalam, sikap dan pandangan hidup orang Melayu tersebut sejalan dengan beberapa konsep-konsep tasawuf diantarnya qona’ah, yaitu sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang diusahakannya serta menjauhkan diri dari dari rasa tidakpuasan dan perasaan kurang.

Kemudian zuhud yaitu keadaan meninggalkan dunia dan hidup kematerian. Atau dalam pengertian lain lebih mengutamakan atau mengejar kebahagiaan hidup di akhirat yang kekal dan abadi, daripada mengejar kehidupan dunia yang fana dan sepintas lalu. Selanjutnya wara’ yang berarti saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa atau hal-hal yang tidak baik.

Pengaruh ajaran tasawuf juga bisa ditemukan dalam kesusastraan Melayu klasik. Apakah dalam syair, pantun, syair, gurindam dan tunjuk ajar melayu kental akan nuansa-nuansa sufistik.

Berikut ini akan dikutip beberapa contoh tunjuk ajar Melayu dan Gurindam yang bermuatan ajaran-ajaran sufistik. Wahai ananda hendaklah ingat, hidup di dunia amatlah singkat, banyakkan amal serta ibadat, supaya selamat dunia akhirat./ Wahai ananda dengarkan peri, tunangan hidup adalah mati, carilah bekal ketika pagi, supaya tidak menyesal nanti

Tunjuk ajar ini mengingatkan manusia bahwa kehidupan di dunia ini berlangsung singkat. Manusia pada saatnya nanti akan mengalami kematian dan menuju alam akhirat.

Oleh karena itu, persiapkanlah bekal sebanyak-banyak dengan selalu beramal saleh agar selamat hidup di dunia dan di akhirat

Selanjutnya contoh petuah Melayu dalam bentuk gurindam: Apabila terpelihara mata, Sedikitlah cita-cita/ Apabila terpelihara kuping, Kabar yang jahat tiadalah damping/ Apabila terpelihara lidah, Niscaya dapat daripadanya faedah/ Bersungguh-sungguhlah engkau memelihara tangan, Daripada segala berat dan ringan/ Apabila perut terlalu penuh, Keluarlah fi’il yang tiada senonoh/Anggota tengah hendaklah ingat, Disitulah banyak orang yang hilang semangat/ Hendaklah peliharakan kaki, Daripada berjalan yang membawa rugi (Gurindam Pasal 3)

Bait-bait gurindam ini mengandung pesan agar manusia senantiasa memelihara panca indera dan anggota badan lainnya. Karena perbuatan buruk yang dilakukan manusia biasanya berawal dari ketidakmampuan dalam menjaga dan mengendalikan anggota badan.

Dari sekelumit kutipan tunjuk ajar Melayu dan gurindam di atas, tidak berlebihan bila disimpulkan bahwa pengaruh ajaran tasawuf sangat mewarnai sikap dan pandangan hidup orang-orang Melayu.

Gagasan-gagasan sufistik itu dituangkan dalam bahasa-bahasa puitis dan artistik dan disajikan dalam redaksi-redaksi kalimat yang indah dan menarik.

Ini merupakan suatu kreativitas yang amat tinggi di mana orang Melayu mampu mentransfer ajaran-ajaran sufistik dalam medium kesenian mereka.***(ak27/rp)



Amrizal
Ketua Nahdlatul Ulama Bengkalis dan dosen STAI Bengkalis


0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN