Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Kamis, 24 Oktober 2013

Kembali ke Sumpah Pemuda

Kamis, Oktober 24, 2013 By Unknown No comments

Oleh : Musa Ismail




[ArtikelKeren] OPINI - Peristiwa Sumpah Pemuda sudah berlalu 85 tahun. Dalam waktu tersebut, sudahkah kita bertumpah darah satu, berbangsa satu dan berbahasa Indonesia satu: Indonesia?

Jangan-jangan, dalam badai teknologi ini, inti sumpah itu memudar. Tanah air kita masih saja dicampuri tangan-tangan asing, terutama aspek ekonomi.

Bangsa kita masih saja bentrok di sana-sini. Angin saparatisme masih mengibarkan bendera-bendera ingin merdeka. Tekad pemerintah bahwa NKRI merupakan harga mati, terkadang dianggap sepele oleh kelompok tertentu. Selanjutnya, bahasa Indonesia semakin dikontaminasi oleh liarnya bahasa prokem.

Fondasi pembangunan Indonesia yang sebenarnya ada di dalam Sumpah Pemuda. Para pemuda yang ketika itu dipelopori M Yamin dan kawan-kawan menjadi intelektual muda yang bergeliga.

Konsep sumpah yang ditulis oleh M Yamin ternyata sangat inspiratif bagi perjuangan kemerdekaan negara kita. Konsep ini juga, jika kita ingin berpikir, merupakan dasar karakter yang luar biasa bagi kedaulatan Indonesia.

Namun, sekai lagi, mengapa sumpah yang mengandung semangat nasionalisme itu seperti angin lalu saja?

Persis halnya dengan lagu Indonesia Raya, Sumpah Pemuda pun selalu ditelan oleh upacara. Selesai upacara, selesai pula menyanyikan lagu dan membacakan sumpah.

Apa makna yang membekas dari kegiatan seremonial seperti itu? Memperingati peristiwa bersejarah dengan kegiatan seremonial, sepertinya melemahkan peristiwa sejarah tersebut.

Alangkah baiknya jika peristiwa bersejarah bangsa ini dilakukan pengkajian lebih dalam melalui berbagai sayembara kreatif, terutama bagi generasi muda.

Peran pemerintah sangat penting untuk mewujudkannya melalui agenda rutin tahunan yang berkaitan dengan kreativitas.

Kita sering mendengar atau membaca bahwa Indonesia merupakan negara besar. Sebesar apakah kita jika tidak mampu memaknai diri dengan peristiwa bersejarah?

Sungguh naif bangsa ini jika melupakan langkah awal setelah sampai pada tujuan, apalagi belum mencapai tujuan. Langkah awal itu adalah peristiwa Sumpah Pemuda.

Peristiwa ini membawa pesan dahsyat terhadap pemuda khususnya dan bangsa Indonesia umumnya. Aplikasi pesan tersebutlah yang perlu kita kemas dalam berbagai kegiatan yang bermakna.

Pelaksanaan memperingati Sumpah Pemuda setiap tahun dilaksanakan. Berbagai kegiatan selain upacara pun, dikemas seefesien mungkin.

Pertanyaannya, apakah sekebat kegiatan yang dikemas itu sudah mampu memaknai dan membentuk karakter pemuda? Karena itu, agar lebih bermakna dan berkarakter, perlu beberapa indikator sebagai pedoman.

Pertama, kegiatan mengarah kepada mempertajam kecerdasan, kesopanan, dan budi pekerti.

Kedua, kegiatan berfokus pada daya gugah untuk berprestasi dan berkompetisi secara sehat. Ketiga, melaksanakan kegiatan yang penuh inspiratif. Keempat, mengangkat budaya lokal yang penuh dengan nilai-nilai persatuan. Kelima, mengandung unsur hiburan.

Kita tahu bahwa pemuda telah melahirkan patriotisme, nasionalisme dan demokrasi. Hal terpenting lainnya, yang juga dibahas dalam Kongres 1928 adalah masalah pendidikan.

Seharusnya, semua masalah ini sudah terselesaikan dengan baik karena sudah berjalan 85 tahun.

Saat ini, patriotisme, nasionalisme dan demokrasi masih saja dihantui perilaku anarkis. Sementara itu, wajah pendidikan kita terus saja bersedih, mulai bangunan tidak layak sampai anak-anak yang tidak sekolah karena persoalan ekonomi keluarga.

Mutu pendidikan terus menjadi sorotan. Seperti apakah pembangunan tanah air dan bangsa yang kita lakukan selama ini?

“Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia,” demikian Soekarno pernah berkata. Begitu pentingnya pemuda, begitu perkasanya pemuda. Sebagai pemuda dan bangsa berdaulat, ungkapan presiden pertama itu seharusnya diaplikasikan ke diri masing-masing.

Mari kita bertanya, apakah kita yang dimaksudkan oleh Soekarno sehingga bisa mengguncang dunia? Atau, secara retoris, pemuda seperti apa yang dimaksud tokoh hebat itu?

Begitu pentingnya pemuda, di dunia Islam pun menegaskan bahwa Allah lebih menyukai pemuda yang rajin beribadah daripada orang tua.

Kemajuan di segala bidang saat ini bagaikan jebakan. Nyaris semuanya bisa kita peroleh secara instan. Nyaris semuanya generasi kini dihantui kecepatan perubahan. Semuanya ingin dan serba cepat. Suguhan kemajuan seperti ini jika dicermati secara positif akan menyemai semangat kompetisi.

Namun, tidak sedikit pemuda masa kini hanyut dibuai oleh kemajuan yang sepertinya sengaja dikirimkan untuk meneror bangsa berkembang.

Para pemuda yang lengah, akan semakin lalai dengan kondisi ini. Sebaliknya, pemuda yang tangguh akan memanfaatkan kondisi ini sebagai kekuatannya.

Perjalanan pemuda masa kini penuh rintangan. Rintangan tersebut memenuhi berbagai sistem kehidupan. Sistem kehidupan yang sudah tertata rapi sekalipun akan runtuh kalau tak mampu menyiangi rintangan tersebut dengan benar.

Perjalanan ini akan semakin berliku-liku sesuai dengan kemajuan zaman.

Kelabilan psikis bangsa ini akan melahirkan sikap permisif dan pragmatis. Sikap permisif dan pragmatis tidak hanya menyerang para pemuda.

Kaum elite pemegang kebijakan pun terkurung dalam sangkar negatif tersebut. Ini suatu bukti bahwa bangsa kita sudah mulai melupakan semangat dan makna peristiwa sejarah seperti Sumpah Pemuda.

Sikap seperti ini tentu saja bertentangan sekali dengan napas ikrar tersebut. Akankah sikap permisif dan pragmatis terus menggerogoti bangsa ini?

Langkah terbaik bangsa ini adalah kembali ke Sumpah Pemuda. Jika kita bercermin dengan tiga ikrar bersejarah itu, maka akan membangun kekuatan yang luar biasa bagi Indonesia.

Kepribadian bangsa Indonesia akan semakin bernas melalui makna sumpah tersebut. Inilah langkah awal bangsa dan negara ini. Jika kita melupakannya, berarti kita menghilangkan sejarah. Itu bermakna bahwa kita bangsa yang kerdil karena tak mampu belajar dari kekuatan sendiri.***


Musa Ismail
Guru SMAN 3 Bengkalis


Sumber : riaupos.co

0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN