Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Jumat, 18 Oktober 2013

Bercermin pada Ibrahim nan Agung

Jumat, Oktober 18, 2013 By Unknown No comments

Oleh : Griven H Putera



[ArtikelKeren] OPINI - Zulhijjah, pada bulan ini maujud tiga peristiwa akbar yang terpahat dalam prasasti sejarah umat manusia. Pertama, perayaan Idul Adha, kedua kewajiban berkurban, dan ketiga pelaksanaan ibadah haji sebagai rukun khatam dalam Islam.

Selain itu, pada bulan ini terdapat pula beberapa nama manusia pelukis daun emas peradaban. Mereka adalah Ibrahim, Ismail dan Hajar. Dan yang menjadi tiang mercu dari tiga manusia cermin itu adalah Ibrahim AS.

Menurut berbagai sumber, Ibrahim adalah anak Aazar (Tarikh) bin Nahur bin Sarugh bin Ra’u bin Faligh bin Abir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Sam bin Nuh, dilahirkan di sebuah tempat bernama Faddam, A’ram, yang terletak di dalam kawasan kerajaan Babilonia.

Ia memiliki dua orang putra yang di kemudian hari menjadi nabi pula, yaitu Ismail dan Ishaq. Ibrahim diangkat menjadi nabi sekitar tahun 1900 SM, diutus untuk kaum Kaldan yang terletak di Kota Ur, negeri yang disebut kini sebagai Irak.

Walau Ibrahim manusia luar biasa tapi ia tetap punya kelemahan dan kekurangan. Kelemahan Ibrahim terletak pada sesuatu yang amat dicintainya yaitu Ismail, buah hati yang kehadirannya dinanti dan diimpi siang malam tanpa mengenal musim. Ternyata dari situ pula Ibrahim diuji Allah SWT.

Dari pengabdian tanpa batas pada Sang Kekasih dan lulus fit and proper test dari Kekasihnya pada banyak hal, maka Ibrahim pun disematkan gelar Khalilullah oleh Sang Kekasih.

Konon, menurut salah-satu riwayat, ketika Allah hendak menganugerahkan gelar itu pada Ibrahim, ada beberapa malaikat menggugat dan mempertanyakan tentang pantas, patut, padan atau tidaknya Ibrahim menyandang gelar prestisius tersebut. Tuhan menjawab, “Jangan menilai hambaKu Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hati dan amal baktinya.”

Malaikat masih belum puas, tapi saat kejadian luar biasa yang digambarkan Alquran dalam Surat Asshaafat, para malaikat tersungkur dan jatuh kagum pada Ibrahim.

Sehingga tanpa sadar, mereka bertakbir tiga kali yang disambut Ibrahim dengan kalimat Laa Ilaha Illallahu Allahu Akbar, dan disambung Ismail, Allahu Akbar Walillah al Hamdu.

Hari ini, Ismail itu merupakan simbol dari sesuatu yang amat dicintai. Bagi manusia zaman ini, Ismail bisa berbentuk anak-keturunan, pangkat-jabatan, harta kekayaan, harga diri, suku dan puak serta lain sebagainya.

Ibrahim tidak hebat sendiri. Di sekelilingnya ada orang gagah lain. Ada Ismail yang rela menerima keputusan ayahnya walau melepas nyawa. Ada Hajar yang rela mengorbankan rasa kasih seorang ibu kepada anaknya demi suami tercinta yang melaksanakan perintah Tuhan.

Walaupun kabarnya, ia sendiri sebelum kejadian itu telah menawarkan diri sebagai ganti anaknya, “Jika memang benar perintah Allah, akupun siap untuk disembelih sebagai ganti Ismail.”

Bercermin pada Ibrahim nan agung, ada beberapa hal yang perlu direnungkan. Pertama, Ibrahim merupakan kekasih dari Sang Maha Kasih. Jika ingin dikasihi para kekasih dan Kekasih Abadi, cintailah Sang Kekasih dengan sekasih-kasihnya melebihi kasih kepada segala kekasih.

Kedua, kelemahan manusia terletak pada sesuatu yang amat dicintainya. Jika ingin memperoleh cinta yang sebenar cinta, korbankan segala macam yang dicinta demi meraih Sang Cinta yang secinta-cintanya.

Ketiga, Ismail merupakan simbol dari sesuatu yang amat penting dalam hidup. Bagi manusia zaman ini, Ismail bisa berbentuk anak-keturunan, pangkat-jabatan, harta kekayaan, harga diri, suku dan puak serta lain sebagainya.

Manfaatkan segala yang paling berarti dan bermakna dalam hidup untuk memenuhi segala ingin dan hendak dari Sang Maha Pemerhati lagi Pengehendak itu.

Keempat, pengganti Ismail adalah berupa bahimah (binatang ternak), artinya, dengan matinya binatang tersebut, matikan sifat hewaniyah yang selama ini berkeliaran dan beraja dalam diri. Sifat itu bisa maujud dalam bentuk seperti kesombongan, kerakusan, egoisme dan lain sebagainya.

Jangan biarkan hawa nafsu bahimiyah itu beristana dalam hati. Kelima, Ibrahim tak bisa agung sendiri. Dia diapit Ismail dan Siti Hajar.

Apa jadinya Ibrahim andai Ismail tak mau menuruti keinginan Ibrahim. Tak akan sukses Ibrahim mengikuti keinginan Kekasihnya kalau Hajar mempertahankan kasih sayang seorang ibu kepada anak semata wayangnya.

Keenam, mengapa Ismail dan Hajar mampu berkolaborasi dengan Ibrahim? Agaknya, keridaan Sang Kekasih pada Ibrahimlah yang membuat semua orang di sekelilingnya mengikuti kemauan Ibrahim. Dan kemauan Ibrahim merupakan kehendak Sang Kekasihnya jua. Dari-Nya bermula dan bermuara ke Dia jua rupanya.

Bercermin dari Ibrahim, mampukah kita menjadi Ibrahim-Ibrahim baru di zaman ini? Sudahkah Ismail kita mampu dikorbankan buat Kekasih Abadi? Ataukah mereka baru setakat Kanaan anak Nabi Nuh? Kanaan yang sepertinya hanya anak biologis bukan anak spritual Nabi Nuh AS. Masihkah Siti Hajar di rumah kita kini berwujud seperti istri Luth dan lain sebagainya?***


Griven H Putera
Sastrawan dan juga PNS Kemenag Riau


Sumber : riaupos.co

0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN