Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Kamis, 29 Agustus 2013

Sekolah Membosankan?

Kamis, Agustus 29, 2013 By Unknown No comments

Oleh : Musa Ismail


Sekolah Membosankan?
[ArtikelKeren] OPINI - Jika mendengar kata sekolah, kita berebut mengaitkannya dengan ilmu, keterampilan, dan sikap positif. Itu wajar saja karena
sekolah merupakan lembaga pendidikan.

Namun, bagaimana kalau dikatakan bahwa sekolah merupakan tempat yang membosankan. Atau, (ke) sekolah itu membosankan.

Ini tentu saja sangat memprihatinkan dan menyedihkan. Seandainya benar, kenyataan apa yang sebenarnya terjadi di satuan pendidikan kita saat ini.

Sehubungan dengan kemungkinan tersebut, penelitian Prapancha Reseach (PR) menemukan fakta bahwa sekolah menjadi tempat yang tidak menyenangkan.

Fakta tersebut berdasarkan pantauan PR terhadap perbincangan tentang pendidikan di jejaring sosial Twitter selama dua tahun terakhir (22 Agustus 2011-22 Agustus 2013). Terdata 113 ribu perbincangan tentang sekolah.

Perbincangan paling marak berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar. Secara tersirat, perbincangan itu mengesankan bahwa aktivitas belajar-mengajar di sekolah tidak menyenangkan.

Kicauan dalam salah satu akun menyatakan bahwa hal yang paling menyenangkan di sekolah itu ialah kelas kosong, gurunya sakit dan rapat. Kicauan ini dikicaukan ulang hingga enam ribu kali.

Selain itu, berdekatan dengan jadwal pelaksanaan UN 2013, kata stres mencapai angka perbincangan sebanyak 40.816.

Secara empiris, angka-angka di atas juga bisa dibuktikan walaupun tidak bisa kita generalisasikan. Di sekolah-sekolah, para siswa akan gembira jika tidak belajar, guru tidak masuk kelas, atau melaksanakan jalan santai bersama. Mereka akan bersorak riang jika hal tersebut terjadi.

Hal ini bukan lagi gejala, tetapi suatu kondisi yang patut dicari jalan keluarnya oleh keluarga besar dunia pendidikan. Celakanya lagi, kondisi seperti ini sudah berlangsung lama dan tidak pernah terselesaikan.

Di sisi lain secara faktual, data di atas bisa merujuk berbagai tanggapan dari berbagai unsur yang membangun sekolah. Unsur-unsur tersebut bisa bersifat internal (manajemen, majelis guru, proses pembelajaran, fasilitas) dan bersifat eksternal (pemerintah, orang tua, masyarakat, dan lingkungan).

Kedua unsur ini tentu berdampak seperti permainan domino terhadap proses pendidikan. Baik unsur internal maupun unsur ekternal, jika tercipta dalam iklim dan budaya positif, akan membangun sekolah menyenangkan.

Sebaliknya, tentu akan membentuk stigma yang memprihatinkan.

Stigma yang memprihatinkan ini akan mempengaruhi sistem yang telah dibangun di sekolah. Jadi, jangan heran kalau siswa sebagai pelanggan utama akan merespon negatif sekolahnya.

Sistem pelayanan di organisasi/kantor/perusahaan saat ini sudah terjungkir balik, termasuk sekolah. Semestinya kedudukan para siswa berada di posisi puncak dalam sistem pelayanan di sekolah.

Artinya, para siswa merupakan raja yang harus dilayani sedemikian rupa sehingga tercipta kepuasan pelanggan. Jika kepuasan para siswa dan pendidik sudah terpenuhi, tentu akan terbangun sekolah menyenangkan.

Namun, pihak-pihak tertentu seringkali lepas tangan sehingga memojokkan pendidik jika terjadi hal-hal negatif kepada para siswa.

Dalam hal ini, refleksi internal dan eksternal sangat diperlukan untuk mencari tindakan yang tepat sehingga pendidikan berjalan mengasyikkan di sekolah, bukan memuakkan.

Kenyataan hari ini bahwa sekolah membosankan memberikan tamparan bagi dunia pendidikan. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan kondisi sekolah yang negatif.

Pertama, dari sisi proses pembelajaran, yaitu meningkatkan kompetensi pendidik melalui pelatihan rutin dan ketersediaan fasilitas belajar yang memadai, terutama berkaitan dengan teknologi informasi komputer.

Kedua, memperbaiki sistem manajemen sekolah, terutama dalam hal pelayanan prima kepada pelanggan internal dan eksternal.

Ketiga, memberikan pemahaman kepada para siswa dan pihak sekolah bahwa sekolah ibarat rumah bagi keluarga yang harmonis. Keempat, memenuhi keperluan pendidikan masa kini yang sesuai dengan generasi terkini.

Kendatipun demikian, perbincangan negatif melalui akun jejaring sosial tersebut tidak bisa dijadikan acuan tanpa selektif. Pengakuan dari para siswa bahwa sekolah membosankan mesti pula kita cermati dengan hati-hati.

Benar atau tidak perbincangan ini semestinya kita tinjau dari latar belakang mereka. Para siswa yang berbincang melalui jejaring sosial tentu berlatar belakang berbeda.

Bukan tidak mungkin mereka bermasalah secara psikologis, bermasalah dalam kehidupan sosial, dan berkasus inharmonis pula di dalam keluarga.

Berbagai kemungkinan ini bisa menjadi penyebab mereka bermasalah dengan sekolah yang kebetulan sulit memahami kehidupannya.

Para siswa yang ke sekolah berada dalam kondisi beragam. Jika kita analogikan, mereka seperti gelas. Gelas tersebut bisa dalam kondisi tegak, setengah miring, miring, bahkan tertelungkup.

Artinya, mereka ke sekolah dengan membawa bermacam persoalan.

Dalam kondisi demikian, mereka mengikuti pendidikan di sekolah. Kondisi beragam itu bisa menjadi semakin parah jika sekolah tak memperlihatkan rasa simpati dan empati terhadap siswa.

Akhirnya, siswa demikian divonis sebagai pembawa virus masalah. Yang memprihatinkan lagi, pihak sekolah mengeluarkannya dengan berbagai alasan pelanggaran kedisiplinan.

Secara teori, sekolah pada dasarnya seperti ”bengkel”. Berbagai kerusakan moral, seharusnya bisa diperbaiki di sekolah. Karena itu, sekolah memerlukan keahlian khusus dari para pendidiknya. Namun dalam kenyataannya, tidak semua sekolah bisa seperti bengkel.

Tidak banyak pula para pendidik bisa menjadi ”mekanis” andal untuk memperbaiki kerusakan moral. Kondisi seperti inilah yang mengundang terjadinya kebosanan terhadap sekolah.

Bahkan, kebosanan tersebut bukan hanya oleh siswa, tetapi juga oleh pendidik.

Bukan mustahil para pendidik mengalami kebosanan terhadap iklim sekolah yang tak pernah berproses untuk berubah. Apalagi jika eksistensi sekolah dikelola dengan sistem manajemen dan kepemimpinan yang tidak sehat, termasuk sistem rekruitmen bebal terhadap kepala sekolah.

Sadar atau tidak, sekolah yang masih terpasung iklim konvensional bisa menjadi pemicu kebosanan. Dalam kasus ini, pejabat berwenang/pemerintah jangan cuma andal berkoar-koar tentang pencapaian mutu pendidikan kalau justru mereka kurang peduli dalam penerapannya.

Pengadaan fasilitas, sarana, prasarana sekolah yang menjadi tanggung jawab pemerintah tidak jarang terabaikan. Pengadaan fasilitas tersebut tidak cukup hanya perangkat keras, tetapi juga perangkat lunak seperti media pembelajaran berbasis teknologi informasi komputer.

Dinamika sekolah sudah semestinya menjadi perhatian serius. Hal ini dikarenakan kualitas sekolah pun sangat dipengaruhi oleh dinamika unsur-unsurnya.

Bosan atau tidaknya pelanggan sekolah juga bergantung pada dinamika yang dibentuk oleh pihak sekolah.

Sekolah yang tidak mampu beradaptasi dengan dinamika zaman dan peralihan generasi akan membentuk gumpalan-gumpalan negatif bagi kiprahnya sebagai lembaga pendidikan.

Jadi, sekolah akan terus saja melahirkan kebosanan kalau gumpalan-gumpalan negatif itu tidak pernah menemukan penyelesaiannya. Jangan sampai terjadi! Semoga kicauan di jejaring sosial tersebut hanya suatu kicauan kosong.***


Musa Ismail, Guru SMAN 3 Bengkalis



Sumber : riaupos.co

0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN