Faktor pertama, perubahan mekenisme pemilihan dari tidak langsung oleh parlemen menjadi pemilihan langsung oleh rakyat. Menurut Arya, hal ini membuat ongkos kampanye menjadi mahal.
Imbasnya, banyak pengusaha yang bergabung dengan partai politik dan dan mendapatkan jabatan strategis. Bahkan tak sedikit pengusaha yang langsung didaulat menjadi ketua umum.
"Perubahan ini membuat biaya politik sangat mahal. Yang diuntungkan orang-orang yang punya duit banyak," kata Arya dalam diskusi Redsbons bertajuk 'Mahalnya Ongkos Nyapres' di Cikini, Jakarta, Sabtu (25/1).
Faktor kedua, sambung Arya, iklan televisi dinilai efektif untuk mempengaruhi masyarakat. Oleh karenanya, kini parpol lebih memilih berkampanye lewat iklan televisi daripada melakukan kampanye ke daerah.
Arya menuturkan, faktor ini juga terjadi di negara barat seperti Amerika Serikat. Menurutnya, setengah dari anggaran kampanye Presiden AS Barack Obama pada pemilu 2008 tersedot untuk biaya iklan televisi.
"Sebanyak 54 persen dana Obama habis di iklan. Di 2014 nanti, setengah dana capres juga akan habis di iklan," ujarnya.
Faktor ketiga yakni bergesernya politik ke ranah personal. Fenomena ini membuat seorang politisi atau calon pemimpin membangun image atau branding. "Dan itu butuh biaya juga kan. Tentu tidak murah. Jadi kalau ada yang bilang biaya capres murah, itu mimpi," tandas Arya. (ak27)
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.