Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Minggu, 05 Januari 2014

Satir Cinta

Minggu, Januari 05, 2014 By Unknown No comments

CERPEN | Khairul Azzam El Maliky


[ArtikelKeren] CERPEN - "Jika surga ada di depanmu, mungkin kau akan melupakan (perintah) Kami. Jika neraka ada depanmu, kau akan khusyuk menjalankannya (perintah Kami). Itu hanyalah bagaimana Kami mengujimu sehingga engkau berjalan di dunia tanpa dosa".

Mungkin itulah kata-kata Allah kepada umat Islam dan seluruh manusia di atas jagat raya. Allah mungkin ‘marah’ kepada umat Islam yang tidak mematuhi semua perintah dan larangannya yang telah tercantum di dalam Alquran. Kebanyakan umat Islam lalai akan perintah Allah, terutama ketika menjelang bulan Ramadan yang sudah ada di depan mata. Terutama manusia yang sejak awal kedatangan Islam, agama suci dengan ajarannya yang lembut, penuh cinta dan kasih sayang benci, muak, dan dendam yang tidak hanya kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Juga kepada para pecintanya yang selalu menjunjungnya dengan shalawat nabi setiap saat, setiap waktu. Allah...

Dan inilah memang kenyataan dari segelintir umat Islam yang lalai terhadap seluruh perintah Tuhannya. Ia melakukan maksiat setiap waktu. Tanpa merasa berdosa. Tanpa merasa dilemparkan ke dalam jurang neraka abadi. Ia sangat menikmati perbuatan-perbuatan penuh dosa yang sangat dilaknat oleh Allah, Baginda Nabi Muhammad, dan ajaran Islam. Ia sangat lihai dan bahkan sangat profesional dalam melakukan hal-hal kriminal. Dan kabar akhir, atau di titik puncaknya, ia menjadi penjambret, pencopet, dan maling yang jitu. Maling sukses.

***

Jam di dinding ruang kosong itu telah menunjukkan pukul tujuh pagi. Sinar matahari yang terang menembus celah-celah awan tipis yang menyelimuti langit Kota Kendal. Pemuda itu masih tidur. Ia tadi menyempat kan diri menunaikan salat Subuh berjamaah di mushala yang berada di dekat ruang persegi yang selama ini ditempati sekolah masyarakat itu. Lalu ia tidur kembali. Ia menggeliat perlahan-lahan. Ia buka kedua kelopak matanya perlahan-lahan seperti Adam ketika dibukakan matanya setelah Tuhan memberinya kehidupan. Ia lihat jam di dinding. Ia rasakan tubuhnya begitu sakit semua. Punggungnya merasa cenat-cenut. Remuk. Ia lalu berolahraga dengan meluruskan punggung. Dan setelah dirasa tidak sakit lagi, ia bangkit dari karpet di mana ia merebahkan tubuhnya. Ia memang tidur di situ selama satu bulan yang telah lewat.

Sebenarnya, ruangan yang mirip dengan gudang itu milik teman dan sekaligus guru bahasa Inggrisnya. Ia minta ijin untuk tinggal di situ. Lalu, ia berdiri untuk mengambil sabun mandi, dan beranjak menuju kamar mandi yang ada di mushala. Setelah selesai mandi, ia memakai kaos lengan panjang berwarna buram dan celana panjang hitam. Ia telah bersiap-siap untuk melamar pekerjaan di toko-toko yang ada di sepanjang jalan yang menjamur di sudut Kota Kendal. Dengan memegang amplop lamaran coklat berisi ijazah SMA dan curriculum vitae. Dengan berbekal ijazah SMA ia sangat-sangat yakin pasti akan diterima oleh toko sebagai penjaga toko.

Ia berjalan menyusuri jalan raya yang dipenuhi bangunan ruko bersejarah. Ia mencoba mendatangi sebuah ruko yang menjual barang pecah-belah. Tapi hasilnya: nihil! Toko tersebut samasekali tidak menerima karyawan baru. Ia minta undur diri dari pemilik toko dengan memasang muka lesu, penuh kekecewaan, dan nasib tidak untung. Perutnya mulai lapar. Uang di saku celananya tidak ada. Ia samasekali tidak punya uang. Entah bagaimana ia akan makan? Entah akan pergi ke rumah siapa ia agar bisa makan. Jiwa dan hatinya mulai buntu. Lapar yang sudah menjeratnya sudah tak bisa ditahan lagi. Ia berjalan menuju ke tempat keramaian. Mulai dari gelanggang olahraga, mall, hingga taman wisata yang ramai. Entah apa yang akan ia lakukan.

***

"Mungkin dengan mencuri helm aku bisa makan". Pemuda itu berkata sambil tengok kanan dan kiri untuk meyakinkan diri aman dari satpam yang menjaga GOR terkenal di kota itu. Kedua tangannya meraih helm yang diletakkan di atas tempat duduk sepeda motor. Lalu, dengan secepat kilat, ia masukkan helm itu ke dalam tasnya. "Helm ini akan aku jual ke pasar loak. Kondisinya masih bagus dan tampak baru. Pasti harganya mahal," lanjutnya mengoceh penuh keyakinan. Seperti seorang aktor yang sedang akting, ia berjalan meninggalkan GOR dengan santai, seolah-olah bukan pencuri. Ia berjalan ke arah pasar loak yang ada di sudut kota tua Kendal.

***

"Pak, mau menjual helm," katanya ketika sampai di salah satu toko tempat menjual barang-barang bekas.

"Coba lihat helmnya," si penjual barang loak menyahut dan menunjukkan ketertarikannya.

"Ini, Pak," sambil mengeluarkan helm hasil curiannya dari dalam tasnya. Lantas menyerahkan ke bapak separo baya itu.

"Ini milik sendiri atau hasil..."

Pemuda itu segera menyahut, "Punya saya sendiri, Pak. Karena di rumah banyak yang tidak terpakai, yah saya jual satu’’.

"O..gitu," bapak setengah tua itu mengangguk. ‘’Mau dijual berapa?’’

‘’Gimana kalau 80.000 rupiah, Pak?" Usulnya sambil tersenyum dan melucu.

‘’Yah, 50.000 ribu?’’ bapak itu menawar.

"Baiklah, Pak," Ia setuju. "Lumayan untuk membeli nasi jagung bungkus dan biaya sehari-hari untuk lima hari ke depan," lanjutnya dalam batin. "Esok-esoknya aku akan mencuri helm yang lebih mahal agar harga jualnya juga mahal. Aku akan mencari sasaran yang banyak dikunjungi tamu dan sepeda motor".

***

Pemuda itu tiap hari, tiap waktu, mulai dari pagi hingga menjelang malam mencari target sasaran. Tujuan targetnya adalah rumah susun, bank, dan alun-alun kota. Dan yang paling parah ia mencuri helm di tempat parkir masjid Agung Jawa Tengah. Tidak hanya mencuri helm. Ia juga mencopet salah seorang jamaah yang sedang shalat. Lalu ia simpan dompet jamaah itu di dalam celana dalamnya. Nauzubillah!. Ia sangat lihai. Ia sangat hebat dalam hal urusan mencuri. Tak seorangpun korban nya atau satpam masjid yang tahu kalau dirinya seorang pencuri. Padahal di dalam keluarganya tak seorangpun yang menjadi pencuri. Bahkan dirinya juga tidak pernah mencuri mulai dari kecil. Sampai suatu hari ketika pagi, ia berdiri di depan sebuah ruko penjual pernak-pernik pernikahan. Beberapa jurus kemudian, salah seorang temannya berhenti di depannya dengan sepeda motornya.

"Fiq, mau ke mana?’’ tanya temannya yang duduk di atas sepeda motornya sembari menyungging senyum.

Pemuda bernama Rofiq itu lalu menghambur ke arah temannya.

"Rob’’.

"Mau ke mana, Fiq?’’ ulang temannya itu.

"Aku lagi nunggu boss pemilik ruko ini’’.

"Terus sekarang?’’

"Antarin aku ke alun-alun kota dong. Kamu sendiri mau pergi ke mana?’’

"Baiklah!’’ Temannya itu menyetujuinya. "Aku mau nyetor di bank BRI,’’ lanjutnya sambil menghidupkan mesin sepeda motornya. Kemudian kedua teman itu meninggalkan kawasan pusat bisnis terbesar di Kendal.

***

Sesampainya di pelataran bank, ia tidak ikut ke dalam bank. Ia malah memilih untuk menunggu di tempat parkir bank. Setelah temannya itu masuk ke dalam bank, seperti ada yang menggerakkan jiwanya untuk mencuri, ia akhirnya terpikir untuk melancarkan aksinya. Ia berjalan ke arah tempat parkir para karyawan. Di situ banyak sepeda motor yang terparkir. Ia mendekati salah satu sepeda motor, dan ia tukar helmnya. Tapi...

"Hei, Mas!’’ Sekonyong-konyong sebuah suara memanggilnya dari belakang. Ia terkejut. Ia kaget. Hati dan tubuhnya bergetar. Ia mencoba menoleh ke belakang. Ternyata seorang karyawan bank memanggilnya. Mukanya begitu marah. Matanya dipenuhi sorot tajam.

"Kembalikan helm itu!’’

"Ya, Mas.’’ Ia menjawab pelan dengan penuh ketakutan. Akhirnya, kelakuannya kini ketahuan. Ia mengembalikan helm di sepeda motor tersebut. Ia lalu berbalik menuju pelataran bank. Tapi, belum melangkah jauh dari TKP ia diteriaki maling. "Pak, tangkap orang itu. Ia habis mencuri helm!’’ Ia kelimpungan! Ia ketakutan!. Seketika orang-orang yang ada di sekitar pelataran bank tertuju padanya. Ia dikejar. Ia dikeroyok. Bahkan ia nyaris hampir dihajar oleh massa. Tapi dengan sigap sekuriti bank menyelamatkannya dari amukan massa. Ia pun dievakuasi di pos satpam. Ia ketakutan. Hatinya teringat kepada ibu dan adiknya. Hati dan jiwanya merintih dalam tangis. Sejuta penyesalan menyesakkan dadanya. Ia menyesal telah mencuri. Ia sadar betapa sempit dan dangkal pemikirannya. Kenapa ia harus mencuri. Kini, hanya penyesalan yang tak berkesudahan yang mengunjunginya. Ia yakin, bahwa sebentar lagi pihak bank akan menyerahkannya kepada pihak yang berwajib. Ia akan berurusan dengan polisi. Ia pasti akan dipenjara. Dan benar, beberapa menit kemudian datang mobil patroli kepolisian yang menuju ke TKP. Ia pun dimasukkan ke dalam mobil tahanan dan dibawa ke Mapolresta Kendal.

***

Setelah ia diserahkan kepada keluarga yang menjaminnya oleh pihak kepolisian, ia melarikan diri alias tidak mau tinggal dengan keluarga yang menjaminnya ke kota Salatiga. Ia membeli tiket bus dengan uang hasil penjualan helm hasil curiannya yang terakhir. Selama dalam perjalanan dalam bus, hati, jiwa dan kedua matanya meleleh. Ia menangis sejadi-jadinya. Kenapa iman dan cintanya kepada Allah begitu tipis sehingga dengan mudah setan menjerumuskannya. Ia benar-benar hina di hadapan manusia.

Setan telah sukses menjatuhkannya ke dalam jurang yang paling hina. Ia sangat yakin bahwa berita ditangkapnya dirinya oleh polisi pasti akan menyebar luas di desanya. Paling tetangga yang selama ini membenci nya akan mengatakan,
"Anaknya Juminten ditangkap polisi gara-gara mencuri helm.’’
Atau,

"Syukurin dia masuk penjara!’’

Atau juga,

"Kemenakanmu itu kenapa bisa ditangkap?’’

Bisa juga,

"Makanya keluarganya tidak ada yang mau mengakuinya.’’

Yah, keluarganya pasti akan disalahkan oleh orang-orang, dan masyarakat di sekitarnya. Pemuda itu terus menangis. Ia telah menyesal telah membuat keluarganya menanggung malu. Benarkah? Ya, jika keluarganya itu malu, berarti mereka masih menganggapnya kemenakan. Jika tidak, berarti mereka bukan keluarganya lagi. Ia lalu teringat kejadian beberapa minggu lalu. Karena kejadian itulah yang menjadi penyebabnya. Ia menjadi hina di hadapan setan. Para setan yang telah menjerumuskan nya pasti tertawa bangga penuh kemenangan.

***

"Ya ini gara-gara aku telah terpesona kepada kejelitaan Nur Walidah,’’ bisik hatinya yang paling dalam. "Ternyata benar kalau kecantikan perempuan adalah penyebab kehancuran seorang santri dan ksatria agung.’’

"Eling-elingo yo, Ngger. Endahe wanojo sing dhadi jalarane batale topo ning poro santri lan ksatrio agung.’’ Demikian pesan Kiai Lukman, Kiainya ketika ia masih mondok di Pesantren Kajoran, Klaten.

Lalu dalam hati ia akan melakukan tobat. Tobatan nasuha yang benar-benar muncul dari dalam jiwa dan hati yang suci, yang semata-mata ingin mencari ridha dan hidayah dari Allah Taala, bukan mencari pahala atau surga seperti orang-orang yang shalat atau melakukan amalan-amalan yang dianjurkan oleh Allah Taala. Ia akan bertobat dan akan kembali kepada jalannya sebagai seorang santri. Ia akan hijrah dari jalan yang baik menuju jalan yang lebih baik seperti nasihat Umar bin Khattab.

"Kenapa aku melakukan hal-hal yang selama ini dilaknaktMu ya Allah? Kenapa Engkau biarkan hamba menjadi hamba yang disesatkan dan dihinakan oleh setan musuhMu?’’ Doanya ketika menegakkan shalat Tahajjud. Airmatanya meleleh tiada henti. Pipinya menjadi basah. ‘’Maka saksikanlah ya Allah, pada malam ini hamba akan bertobat dengan sebenar-benarnya tobat. Tuntunlah hamba menuju jalanMu yang paling terang hingga hamba mencapai ridhaMu.’’ Ia bersujud.

***

Dari kota kecil Salatiga pemuda itu hijrah ke Ibu Kota, Kota Jakarta. Di sana ia menyewa di sebuah rumah di kawasan perumahan Nirwana. Allah memberinya kebaikan dan jalan yang lurus untuknya. Ia dipercaya untuk menjadi pengasuh tadarrus ketika menjelang bulan suci Ramadhan di salah satu mushalla. Para pengurus takmir mushalla juga memercayainya untuk mengisi acara tausiyah sebelum shalat Tarawih dan Kuliah Subuh. Untuk satu malam mengisi tausiyah, panitia bulan suci Ramadhan membayarnya dengan nominal yang agak tinggi. Ia menerima, toh sebenar nya itu adalah suatu amal yang harus disampaikan kepada umat yang haus dengan hikmah dan pelajaran akan Islam. Di ibu kota Jakarta ia hidup tenang. Dapat menjalankan ajaran agama dengan benar seperti saat masih mondok dulu. Sampai akhirnya ia ditawari untuk mengisi acara program tausiyah yang diadakan oleh salah satu telivisi swasta.

Ia menjadi seorang ulama dan dai muda dari kalangan produk pesantren tulen. Bukan ustadz atau dai yang terkenal gara-gara mengikuti audisi. Kini, Ustadz Ainur Rofiq El Jamaly tersenyum kembali, seperti matahari yang muncul setelah musim salju memendungi langit Eropa. Dukanya kembali tersenyum. Tidak ada duka lagi dalam hatinya. Dan baginya, hanya Allah yang akan menentukan, siapa yang sebenarnya telah memutuskan tali kekeluargaan. Yang jelas, kini ia telah hidup kembali di jalan Allah. Kehidupan yang benar-benar berada di bawah naungan Allah. Hidup yang dibatasi oleh satir-satir Cinta dan Kasih Sayang Allah Swt. Tapi meski dia sudah menjadi seorang muballigh yang menyebarkan dan menjunjung tinggi-tinggi syiar Islam, ia tidak membanggakan diri sebagai ustdz. Sebab ustadz bukanlah jaminan dirinya akan masuk ke dalam surgaNya Allah yang penuh dengan kedamaian, kesejukan dan ketenangan. Ustadz adalah urusannya dengan Allah semata. Sombong dan takabur adalah sebuah penyakit yang harus dimusnahkan dari muka bumi. Sebab menurut para ulama takabbur adalah saudara kandung ujub.

Ilahi lastu lil firdausi ahla,
Wala aqwan alan naaril jahiimiy,
Fa wabli tawbatan wagfir dunubiy,
Fa innaka ghafiruddanbil ‘adhiimiy,


Sajak terakhir bukti Cinta Syaikh Sayyid Abu Nawas ketika menjelang sakaratul mautnya kepada Allah Ta’ala. Sajak yang cocok untuk hamba yang banyak maksiat dan dosa menjelang Ramadhan, bulan yang hanya dikhususkan untuk hamba yang merindukan indahnya Cinta dan Kasih Sayang Allah yang luasnya antara langit dan bumi. Sungguh aku tidak pantas menginjak surgaMu, namun aku tak sanggup berada dalam nerakaMu....

Demikian Sajak yang ditulis di bagian akhir kalimat novel Ainur Rofiq El Jamaly. Doa yang juga selalu dimunajatkan oleh Ainur Rofiq ketika selesai shalat.

***

Nasrun min Allah wa fathun qariib.***(ak27)

Salatiga, 6 Juli 2013.




Khairul Azzam El Maliky
Pengarang adalah penulis novel The Romance: Cahaya Lentera Cinta (Bayumedia Publishing, 2012) yang hanya terbit di Jawa dan Bali. Novel karya produk BINS: Basmala Institutes of Novel Studies, yang merupakan institutes yang terletak di Kota Semarang dan gagasan Ustadz Habiburrahman El Shirazy, novelis nomor satu Indonesia, Penulis adikarya Novel Cinta Suci Zahrana.



0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN