"Propolis bisa menjadi pendamping dalam terapi penyembuhan Demam Berdarah Dengue (DBD). Dengan proses penyembuhan yang lebih cepat, pasien tidak perlu berlama-lama dirawat di rumah sakit," kata peneliti yang juga Ketua Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK-USU), Aznan Lelo, pada temu media bertajuk "Kegunaan Propolis pada Penyembuhan Demam Berdarah Dengue (DBD)", di Jakarta, Selasa (28/1/2014).
Kegunaan propolis sudah terbukti secara klinis, melalui uji mutu yang dilakukan di SMF Penyakit Dalam, RS Persahabatan, Jakarta Timur. Dalam riset ini Aznan dan tim menggunakan propoelix, yakni ekstrak propolis berbentuk kapsul. Pemberian propoelix dilakukan selama empat hari, namun risetnya berlangsung selama empat bulan mulai Desember 2009 sampai Maret 2010.
Riset ini melibatkan 106 responden penderita DBD yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Responden dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang diberi placebo dan propolis 100 miligram sebanyak tiga kali sehari. Propoelix dan placebo diberikan secara oral pada responden.
Hasilnya, kedua kelompok mengalami perbaikan klinis. Namun, hasil tes darah laboratorium pada hari kedua membuktikan, jumlah trombosit pada kelompok yang diberi propoelix lebih tinggi. Kelompok ini juga dirawat dalam waktu lebih cepat dibanding kelompok yang mengonsumsi placebo. Hasil ini sudah dimuat dalam jurnal Medika tahun 2013, atau bisa dilihat di www.jurnalmedika.com
Riset ini membuktikan propoelix efektif memperbaiki parameter laboratorium, kondisi klinis, dan menurunkan lama perawatan pasien DBD. "Sebetulnya pada hari kedua riset responden yang mengonsumsi propoelix sudah merasa baik dan ingin pulang. Namun kita cegah untuk mengantisipasi munculnya dampak negatif yang tidak diketahui sebelumnya. Lama perawatan selama empat hari meyakinkan dampak positif yang diberikan propoelix," kata Aznan.
Propoelix mengandung dua antioksidan utama, yang tidak terdapat dalam produk perlebahan lainnya seperti bee pollen atau royal jelly. Antioksidan tersebut adalah bioflavanoid dan Caffeic Acid Phenethyl Ether (CAPE). CAPE merupakan senyawa anti-inflamasi, yang mencegah pecahnya pembuluh darah sehingga penderita DBD tidak mengalami pendarahan. Sedangkan bioflavanoid merupakan antioksidan primer dengan kandungan lebih lengkap dibanding asetil kolin atau gama globulin.
"Memang di setiap vitamin pasti ada anti-oksidan, tapi jumlahnya terbatas dan harus dikonsumsi dalam jenis yang banyak sehingga bisa saling melengkapi. Sementara untuk flavanoid kita cukup mengonsumsi satu saja, karena di dalamnya sudah ada anti-oksidan yang memberi manfaat lebih. Manfaat propoelix sudah tidak perlu diragukan, apalagi sampai saat ini hanya propoelix yang sudah menjalani uji klinis," kata Chief Medical Consultant High Dessert Indonesia (HDI), Ivan Hoesada.
Untuk menjaga kesehatan sehari-hari, Ivan menyarankan konsumsi propoelix kapsul satu kali sehari. Sedangkan untuk penderita DBD, propoelix dikonsumsi tiga kali sehari masing-masing satu kapsul. Dosis ini bisa dikurangi setengahnya untuk konsumsi anak yang menderita DBD. (ak27)
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.