Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Kamis, 12 Desember 2013

Saleh Djasit dan Orang Kaya

Kamis, Desember 12, 2013 By Unknown No comments

Oleh : Bagus Santoso


[ArtikelKeren] OPINI - Kata pak Saleh Djasit yang mengutip ucapan Proklamator Ir Soekarno: Gantunglah cita-citamu setinggi langit. ”Itu kata Bung Karno,” kata Pak Saleh saat jadi pembicara di forum Dialog Membangun Kekuatan Ekonomi Melayu di Balai Adat Melayu Riau, Rabu (4/12) lalu.

"Jika kemudian hanya dapat separuhnya saja, sudah hebat itu," sambung Pak Saleh memberi motivasi kepada peserta dialog yang juga dihadiri dari kalangan mahasiswa dan entreprenuership muda Riau.

Maksud dari kutipan itu, patoklah cita-cita setinggi-tingginya. Sebab dengan cita-cita yang tinggi, memacu kita untuk mengejar cita-cita tersebut. Jika kenyataannya tak mampu dikejar, tapi hanya sampai separuhnya, capaian itu sudah dianggap hebat.

Sepertinya saya setuju dengan ungkapan tersebut. Dulu cita-cita saya ingin jadi guru dan saya sudah berusaha mengejarnya, tapi prosesnya terseok-seok. Eh, tahu-tahunya sekarang malah jadi politisi dan sebelumnya jadi wartawan.

Ya, inilah fakta hidup. Saya tak mampu mengejar cita-cita itu sampai finish. Hanya dapat separuhnya. Tapi bukan berarti separuh jalan itu tidak baik. Jika kemudian dijalankan dengan optimal dan ikhlas, ternyata cukup memberi nilai dan manfaat.

Selanjutnya ada lagi ungkapan Pak Saleh yang menurut saya cukup menarik: Jangan biarkan anak-anak muda kita bercita-cita jadi presiden, bercita-cita jadi gubernur, jadi bupati, jadi anggota dewan dan jadi pejabat. Tapi arahkan mereka bercita-cita jadi orang kaya.

Jadi presiden memang hebat, jadi gubenur memang hebat, jadi bupati atau wali kota, jadi dewan dan jadi pejabat lainnya juga memang hebat. Tapi peluangnya sangat kecil sekali. Sebab kursi yang mau direbut sangat terbatas.

Untuk bisa menjadi presiden harus bersaing dengan jutaan warga Indonesia. Ingin jadi Gubernur Riau, harus bersaing dengan ribuan masyarakat dan seterusnya. Jadi tak layak kursi-kursi seperti itu menjadi sasaran cita-cita.

Terus bagaimana kalau ingin menjadi orang kaya. Semua kita punya peluang yang sama. Kalau ada sepuluh anak muda bercita-cita jadi orang kaya, maka kesepuluh orang tersebut bisa menjadi orang kaya bersama-sama. Bahkan bisa kaya raya bersama-sama.

Tapi kalau sepuluh anak muda itu bercita-cita ingin jadi gubernur, maka hanya satu yang bisa mendapatkannya. Sebab peluang yang tersedia hanya satu.

”Maka anak-anak muda jangan diarahkan bermimpi jadi pejabat, tapi bermimpilah menjadi orang kaya, karena peluangnya lebih besar dan tidak terbatas,” saran Pak Saleh yang saya dengar dalam forum tersebut dengan seksama.

Untuk itu, mulailah mendorong anak-anak kita memasang cita-cita jadi orang kaya dan tidak lagi mengajari anak-anak punya cita-cita jadi presiden, jadi gubernur, jadi bupati dan seterusnya.

Maka langkah kongkretnya ajari mereka bagaimana berbisnis dimulai dari yang kecil-kecil dulu. Itu lebih mantap dan sangat memungkinkan untuk digapai.

”Jangan lagi anak muda suka menenteng-nenteng ijazah kesana kemari ingin jadi pegawai, tapi mulailah belajar berbisnis kecil-kecilan, misal berjualan bakso dulu. Nanti lama-lama bisa terus berkembang dan besar,” tambah Pak Saleh yang terlihat masih cukup energik dengan umurnya yang sudah mulai senja.

Kemudian Pak Saleh memberi contoh betapa mulianya orang-orang kaya, termasuk Nabi Muhammad SAW. Saking kayanya Nabi Muhammad, maharnya saat menyunting Siti Khodijah, tak kurang dari 40 ekor unta. Sebuah mahar yang hanya bisa dilakukan oleh orang kaya zaman itu.

Sahabat-sahabat Nabi juga orang kaya-kaya yang kekayaannya dihasilkan sebagai pengusaha, seperti Umar bin Khatab, Abu Bakar Sidik dan Usman Bin Affan. Hanya Ali Bin Abi Tholib yang seorang jendral.

Terus mudahkah menjadi orang kaya di Indonesia? Hmmm...Jelas tak mudah dan sangat sulit sekali. Kalau berharap lahir sendiri tanpa campur tangan pemerintah yang tulus dan kongkrit, maka jalannya akan terseok-seok. Kecuali kalau kita berasal dari keturunan yang memang sudah kaya duluan.

Coba kita lihat Cina, pengusahanya memang terus tumbuh bak jamur di musim hujan. Kisarannya mencapai 25 persen dari jumlah penduduk. Tapi jangan salah, mereka lahir karena memang didorong oleh campur tangan pemerintah mereka.

Bahkan campur tangannya besar sekali. Coba bayangkan, Facebook dan Google saja tak bisa masuk di sana. Itu artinya mereka membuka peluang kepada warganya agar membuat produk serupa.

Hasilnya maju pesat dan menjadi mesin uang. Mereka juga membatasi barang-barang impor dan terus meningkatkan barang-barang ekspor ke berbagai belahan dunia. Sehingga dunia industri dalam negeri terus bergeliat. Berbanding lurus, pengusahanya terus tumbuh dengan baik.

Begitu juga mungkin dengan negara maju dan berkembang lainnya, sebut saja India, Singapura, Malaysia. Mereka juga punya cara sendiri agar industri dalam negeri tumbuh dengan baik. Sehingga pertumbuhan pengusaha mereka bisa di atas 5 persen.

Terus bagaimana dengan Indonesia. Pertumbuhan pengusahanya hanya di angka 1 persen bahkan masih di bawah itu. Saya pikir wajar pertumbuhan pengusaha kita lambat dan lambat sekali.

Sebab campur tangan pemerintah kita tidak seperti Cina. Lihat saja pasar nasional kita, Indonesia digempur dengan produk-produk luar negeri yang murah meriah. Filter pemerintah sangat longgar.

Dampaknya, produk-produk dalam negeri yang dihasilkan oleh dunia industri lokal dibuat kalah saing, bahkan tak laku di pasaran. Maka wajar pengusaha kita tak bisa tumbuh dengan baik.

Contoh sederhananya sebut saja proyek-proyek yang ada di lingkungan Provinsi Riau. Banyak proyek lokal yang mestinya bisa dikerjakan oleh pengusaha lokal, malah diberikan kepada pengusaha nasional.

Mestinya pemerintah provinsi bisa memberi batas mana proyek yang mestinya dikerjakan oleh pengusaha nasional dan mana proyek yang harusnya bisa dikerjakan oleh pengusaha lokal.

Kalau masih bisa dikerjakan oleh pengusaha lokal, biarkan saja pengusaha lokal yang menggarapnya. Di sinilah diharapkan campur tangan pemerintah dengan regulasi yang bisa mereka buat. Sehingga pengusaha-pengusaha tempatan bisa terus berkembang dan kuat.

Jika itu bisa dilakukan pemerintah, apa yang disampaikan Pak Saleh Djasit tadi, saya pikir relatif mudah diwujudkan, karena jalannya ada.

Tapi kalau masih seperti sekarang, maka pertumbuhan pengusaha kita akan seperti ini saja. Bisa eksis saja yang sudah ada, itu sudah hebat.

Maka tak heran, pilihan mudah adalah menjadi pegawai, karena modalnya hanya ijazah. Terlihat setiap ada penerimaan pegawai negeri sipil, ribuan warga berlomba-lomba, yang kelak juga bisa menjadi pejabat. Toh menjadi pejabat di negeri ini juga bisa kaya.***(ak27)



Bagus Santoso
Ketua Komisi D DPRD Provinsi Riau


0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN