BENGKALIS [ArtikelKeren] NEWS - Pemerintah Kabupaten Bengkalis menggelar Seminar Nasional Agribisnis, Sabtu (7/12/2013). Seminar menghadirkan narasumber Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Herry Suhardiyanto, M.Sc, Dirjen Planologi Kehutanan Bambang Seopijanto, Direktur SEAMEO Biotrop Bambang Purwantara dan para pakar pertanian dari IPB.
Tidak hanya itu, sebagai bentuk keseriusan pengembangan agribisnis dan meningkatkan agropreneurship di Negeri Junjungan, pada saat bersamaan juga dilakukan penandatangan kerjasama antara Pemkab Bengkalis dengan IPB dan lembaga riset SEAMEO Biotrop (South East Asia Center for Tropical Biology).
Bupati Bengkalis H. Herliyan Saleh dalam sambutannya sangat berharap melalui seminar ini lahir gagasan atau ide-ide cemerlang yang dapat diaplikasikan untuk peningkatan pembangunan di bidang agribisnis dan merangsang lahirnya entrepreneurs-entrepreneurs di bidang agribisnis.
Dikatakan, potensi Kabupaten Bengkalis sangat besar, baik di bidang pertanian, kehutanan maupun perikanan. Tapi pada kenyataannya hari ini, produk-produk dari luar menyerbu Kabupaten Bengkalis. Lahan pertanian cukup luas, mencapai 6.000 hektar, tapi sejauh ini tidak dimanfaatkan dengan baik. Kalau ini dikelola dengan baik dan benar, akan bisa menghasilkan 160 ribu ton padi setahun atau cukup untuk memenuhi kebutuhan beras Kabupaten Bengkalis yang hanya sekitar 60 ribu ton per tahun.
''Untuk itu kita perlu melakukan reformasi atau bahkan jika perlu revolusi pertanian. Bagaimana nanti hasil pertanian kita bisa memenuhi kebutuhan pangan sendiri,'' ujarnya.
Guna mencapai tujuan tersebut, ujar Herliyan tentunya dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang andal serta riset-riset pengembangan potensi pertanian yang ada di Negeri Junjungan ini. Maka dari itu, Pemkab Bengkalis melakukan kerjasama dengan IPB dan SEAMEO Biotrop. Dari kerjasama ini nantinya, Bupati sangat berharap bisa menyediakan SDM dan tenaga ahli di bidang pertanian dan kehutanan yang andal serta komuditi unggulan untuk dikembangkan sesuai dengan potensi yang ada di Kabupaten Bengkalis.
Selain itu, Bupati juga berharap nantinya bisa mengubah pola petani untuk bekerja secara luas dan menciptakan produk turunan yang memiliki nilai lebih atau dengan kata lain menjadi entrepreneurship di bidang agribisnis dan Pemkab Bengkalis sangat mendukung hal itu.
''Setiap tahun kita menganggarkan Rp 3-6 miliar per desa yang lansung dikelola oleh desa. Kabupaten sifatnya hanya mengawasi saja. Dana ini tentunya bisa dimanfaatkan, disamping masih banyak program pendukung di satuan kerja perangkat daerah terkait,'' harap Herliyan
Sementara itu Rektor IPB, Prof. Dr. Herry Suhardiyanto, M.Sc dalam pemaparannya mengatakan, tantang membangun agribisnis sangat berat, dibutuhkan semangat baru dan tantangan yang lebih besar. menurut kajian sebuah lembaga riset internasional terpercaya, Indonesia pada tahun 2030 akan menjadi negara ke-7 terbesar di dunia ekonominya. Indonesia juga merupakan pasar produk luar karena tingginya tingkat daya beli masyarakat. ''Pertanyaannya, apa kita rela produk luar menguasai pasar dalam negeri,'' tanyanya.
Guna menghadang serangan produk luar tersebut, menurut Herry dibutuhkan produk-produk dalam negeri yang berkualitas dan berdaya saing. Tentunya hal ini tidak akan bisa terwujud, jika tidak didukung dengan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap pakai. Selain menjadi pemateri di Seminar Nasional Agribisinis, Rektor IPB juga bertemu ramah dan berdialog kepala sekolah, guru, siswa berprestasi serta tenaga penyuluh pertanian dan pemdamping desa Kabupaten Bengkalis. (ak27/halloriau)
Tidak hanya itu, sebagai bentuk keseriusan pengembangan agribisnis dan meningkatkan agropreneurship di Negeri Junjungan, pada saat bersamaan juga dilakukan penandatangan kerjasama antara Pemkab Bengkalis dengan IPB dan lembaga riset SEAMEO Biotrop (South East Asia Center for Tropical Biology).
Bupati Bengkalis H. Herliyan Saleh dalam sambutannya sangat berharap melalui seminar ini lahir gagasan atau ide-ide cemerlang yang dapat diaplikasikan untuk peningkatan pembangunan di bidang agribisnis dan merangsang lahirnya entrepreneurs-entrepreneurs di bidang agribisnis.
Dikatakan, potensi Kabupaten Bengkalis sangat besar, baik di bidang pertanian, kehutanan maupun perikanan. Tapi pada kenyataannya hari ini, produk-produk dari luar menyerbu Kabupaten Bengkalis. Lahan pertanian cukup luas, mencapai 6.000 hektar, tapi sejauh ini tidak dimanfaatkan dengan baik. Kalau ini dikelola dengan baik dan benar, akan bisa menghasilkan 160 ribu ton padi setahun atau cukup untuk memenuhi kebutuhan beras Kabupaten Bengkalis yang hanya sekitar 60 ribu ton per tahun.
''Untuk itu kita perlu melakukan reformasi atau bahkan jika perlu revolusi pertanian. Bagaimana nanti hasil pertanian kita bisa memenuhi kebutuhan pangan sendiri,'' ujarnya.
Guna mencapai tujuan tersebut, ujar Herliyan tentunya dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang andal serta riset-riset pengembangan potensi pertanian yang ada di Negeri Junjungan ini. Maka dari itu, Pemkab Bengkalis melakukan kerjasama dengan IPB dan SEAMEO Biotrop. Dari kerjasama ini nantinya, Bupati sangat berharap bisa menyediakan SDM dan tenaga ahli di bidang pertanian dan kehutanan yang andal serta komuditi unggulan untuk dikembangkan sesuai dengan potensi yang ada di Kabupaten Bengkalis.
Selain itu, Bupati juga berharap nantinya bisa mengubah pola petani untuk bekerja secara luas dan menciptakan produk turunan yang memiliki nilai lebih atau dengan kata lain menjadi entrepreneurship di bidang agribisnis dan Pemkab Bengkalis sangat mendukung hal itu.
''Setiap tahun kita menganggarkan Rp 3-6 miliar per desa yang lansung dikelola oleh desa. Kabupaten sifatnya hanya mengawasi saja. Dana ini tentunya bisa dimanfaatkan, disamping masih banyak program pendukung di satuan kerja perangkat daerah terkait,'' harap Herliyan
Sementara itu Rektor IPB, Prof. Dr. Herry Suhardiyanto, M.Sc dalam pemaparannya mengatakan, tantang membangun agribisnis sangat berat, dibutuhkan semangat baru dan tantangan yang lebih besar. menurut kajian sebuah lembaga riset internasional terpercaya, Indonesia pada tahun 2030 akan menjadi negara ke-7 terbesar di dunia ekonominya. Indonesia juga merupakan pasar produk luar karena tingginya tingkat daya beli masyarakat. ''Pertanyaannya, apa kita rela produk luar menguasai pasar dalam negeri,'' tanyanya.
Guna menghadang serangan produk luar tersebut, menurut Herry dibutuhkan produk-produk dalam negeri yang berkualitas dan berdaya saing. Tentunya hal ini tidak akan bisa terwujud, jika tidak didukung dengan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap pakai. Selain menjadi pemateri di Seminar Nasional Agribisinis, Rektor IPB juga bertemu ramah dan berdialog kepala sekolah, guru, siswa berprestasi serta tenaga penyuluh pertanian dan pemdamping desa Kabupaten Bengkalis. (ak27/halloriau)
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.