Oleh :
[ArtikelKeren] TAJUK RENCANA - Tragedi KRL Bintaro menjadi fokus pembicaraan yang hangat. Siapa yang salah? Agaknya kita tidak bisa menyalahkan supir tangki semata, karena memang palang itu tidak menutup sempurna, sehingga mobil tangki bisa melewatinya.
Dan kita tidak bisa pula menyalahkan petugas penjaga palang kereta api, sebab dia sudah berusaha menutupnya, walau palang itu sudah mulai rusak.
Kasus palang kereta api ini merupakan simbol buruknya peralatan lalu lintas kita dan simbul bagaimana sikap supir di negeri ini.
Jika dalam kasus KRL Bintaro ini penyebabnya palang kereta api, tapi banyak kecelakaan lalu lintas di negeri ini disebabkan jalan yang rusak, berlubang, tergenang, bergelombang dan banyak masalah jalan lainnya.
Begitu juga masalah traffict light, banyak yang rusak, ada yang kadang hidup kadang mati, ada yang hidup merah terus dan ada pula persimpangan yang tidak memiliki traffict light.
Kita ketahui Indonesia merupakan ladang bisnis otomotif. Misalnya penambahan sepeda motor per tahunnya sekitar 11 persen per tahun, sementara penambahan infrastruktur jalan hanya 0,5 meter per tahun.
Artinya infrastruktur jalan kita tidak mampu menampung pertumbuhan laju sepeda motor.
Begitu juga mobil, contoh kasus di Jakarta, setiap tahun bertambah 1 juta mobil baru, sementara infrastruktur jalan di Jakarta tidak mengalami penambahan karena terbatasnya lahan.
Melihat perbandingan data antara pertumbuhan antara mobil dan sepeda motor per tahun dengan penambahan infrastruktur jalan, nampak terjadi ketimpangan yang mencolok, maka jangan heran jika tingkat kepadatan kenderaan setiap tahunnya semakin tinggi dan menimbulkan kelakaan lalu lintas.
Bagaimana dengan budaya berkenderaan di negeri ini? Tidak perlu data menjelaskannya, kita rasakan sendiri, bagaimana tidak sabarnya sopir kita saksikan setiap hari.
Bunyi kelekson keras selalu kita dengar padahal tidak ada perlunya, yakni hanya untuk ingin mendahului. Sikap saling ingin mendahului ini, yang sering menyebabkan kecelakaan.
Agaknya, kasus KRL Bintaro ini juga mengingatkan kita semua, baik pihak Dinas PU yang membangun jalan, Dinas Perhubungan yang membangun traffic light, polisi dan kita sendiri yang menggunakan jalan, semuanya punya andil dalam menjaga keamanan berlalu lintas.
Jangan biarkan kasus KRL Bintaro ini berlalu begitu saja, tanpa mengambil hikmahnya, terutama bagi kita yang hidup di daerah. Jika kita abai, maka akan muncul kasus-kasus mirip KRL Bintaro di daerah ini.***(ak27/rp)
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.