MALANG [ArtikelKeren] NEWS – Kematian Fikri Dolasmantya Surya, mahasiswa ITN Malang yang meninggal dunia saat mengikuti pelatihan Planologi mahasiswa baru di Pantai Goa Cina, Dusun Rowotratih, Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, 13 Oktober lalu kembali hangat dibicarakan. Bahkan beberapa hari belakangan beredar foto kematian pemuda 20 tahun warga, Jalan Sakura IV / 17 BTN Sweta Mataram – NTB ini, secara tidak wajar.
Polisi pun menduga kuat Fikri menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh mahasiswa seniornya saat orientasi siswa baru. "Polres Malang akan membuka lagi kasusnya dan segera melakukan penyelidikan. Namun sebelumnya kami akan mendalami kasus ini,” kata Kapolres Malang Muhammad Aldy Sulaeman seperti dikutip Malang Post (JPNN Group).
Kronologis selama Orentasi Kemah Bakti Desa (KBD) dan Temu Akrab di Pantai Goa Cina, Dusun Rowotratih, Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan diceritakan oleh salah satu saksi teman Fikri yang tak ingin namanya disebutkan.
Salah satu bentuk kekejaman senior dan panitia yang menyebut kelompoknya dengan nama Fendem adalah pemberian air mineral untuk peserta hanya dijatah sebanyak dua botol 1,5 liter. Air itu untuk seluruh mahasiswa baru yang berjumlah 114 orang. Akibatnya, Fikri dan temannya mengalami dehidrasi.
"Kami banyak yang menahan haus, karena satu orang hanya bisa meneguk satu sendok air mineral" ucap salah satu peserta KBD.
Kekejaman berlanjut pada Jumat malamnya (11/10). Kegiatan yang diberi nama “take me out” itu adalah sebuah skenario kekerasan terencana yang dilakukan oleh Fendem. Fikri diperintah menyampaikan ungkapan dan keinginannya atas perlakuan Fendem kepada temen-temannya. Dia pun memilih untuk melindungi teman-temannya. “Saya akan melindungi kalian teman-teman, dari kekerasan Fendem !” teriak Fikri seperti ditirukan temannya.
Tindakan Fikri ini cukup beralasan, karena tindakan tak manusiawi yang diperagakan Fendem luar biasa kejam dengan memaksa mahasiswa baru bergiliran menggosok gigi dengan sebuah pisang dan malangnya Fikri mendapat bagian terakhir yang di paksa harus memakan pisang tersebut.
Kekejaman tak berhenti di situ. Pada jam dua dini hari saat para peserta tidur di kemah, pantia mendadak membangunkan dengan cara paksa. Ada yang ditendang dan diinjak-injak Fendem. Bahkan bagi peserta putri mengalami pelecehan seksual berupa singkong dibentuk seperti alat kelamin pria (maaf) lalu disuruh mengelus dan harus di oral.
Menurut rekan Fikri, pernyataan Fikri yang akan melindungi teman-temannya dari kekerasan Fendem itulah yang membuat Fendem semakin brutal padanya. Saat itu juga Para Fendem mengamankan Fikri ke dalam tenda. Para Mahasiswa peserta KBD dipaksa untuk membelakangi para Fendem dan hanya terdengar suara erangan kesakitan Fikri.
Saat terjadinya penyiksaan para Fendem berteriak keras dan lantang “Kalau kau mau mati.! Mati aja kau..!! Biar kami dikubur disini !! ” Setelah itu para peserta disuruh masuk kembali ke kemah.
Sabtu setelah olah raga dan makan siang, dipilih tiga puluh orang oleh Ketua Pelaksana Kegiatan. Untuk meratakan lahan di Penanaman Mangrove disekitar lokasi. Saat perjalanan naik bukit Fikri sudah kehabisan nafas karena kondisi fisik yang mulai turun. Ironisnya, panitia menuding sebagai tindakan pura-pura. Tak berselang lama Fikri pun tidak sadarkan diri. Bergegas tim Panitia Kesehatan membawa korban yang sudah sekarat di evakuasi menumpang mobil bak terbuka menuju pos kesehatan terdekat dan meninggal dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. (ak27/jpnn)
Polisi pun menduga kuat Fikri menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh mahasiswa seniornya saat orientasi siswa baru. "Polres Malang akan membuka lagi kasusnya dan segera melakukan penyelidikan. Namun sebelumnya kami akan mendalami kasus ini,” kata Kapolres Malang Muhammad Aldy Sulaeman seperti dikutip Malang Post (JPNN Group).
Kronologis selama Orentasi Kemah Bakti Desa (KBD) dan Temu Akrab di Pantai Goa Cina, Dusun Rowotratih, Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan diceritakan oleh salah satu saksi teman Fikri yang tak ingin namanya disebutkan.
Salah satu bentuk kekejaman senior dan panitia yang menyebut kelompoknya dengan nama Fendem adalah pemberian air mineral untuk peserta hanya dijatah sebanyak dua botol 1,5 liter. Air itu untuk seluruh mahasiswa baru yang berjumlah 114 orang. Akibatnya, Fikri dan temannya mengalami dehidrasi.
"Kami banyak yang menahan haus, karena satu orang hanya bisa meneguk satu sendok air mineral" ucap salah satu peserta KBD.
Kekejaman berlanjut pada Jumat malamnya (11/10). Kegiatan yang diberi nama “take me out” itu adalah sebuah skenario kekerasan terencana yang dilakukan oleh Fendem. Fikri diperintah menyampaikan ungkapan dan keinginannya atas perlakuan Fendem kepada temen-temannya. Dia pun memilih untuk melindungi teman-temannya. “Saya akan melindungi kalian teman-teman, dari kekerasan Fendem !” teriak Fikri seperti ditirukan temannya.
Tindakan Fikri ini cukup beralasan, karena tindakan tak manusiawi yang diperagakan Fendem luar biasa kejam dengan memaksa mahasiswa baru bergiliran menggosok gigi dengan sebuah pisang dan malangnya Fikri mendapat bagian terakhir yang di paksa harus memakan pisang tersebut.
Kekejaman tak berhenti di situ. Pada jam dua dini hari saat para peserta tidur di kemah, pantia mendadak membangunkan dengan cara paksa. Ada yang ditendang dan diinjak-injak Fendem. Bahkan bagi peserta putri mengalami pelecehan seksual berupa singkong dibentuk seperti alat kelamin pria (maaf) lalu disuruh mengelus dan harus di oral.
Menurut rekan Fikri, pernyataan Fikri yang akan melindungi teman-temannya dari kekerasan Fendem itulah yang membuat Fendem semakin brutal padanya. Saat itu juga Para Fendem mengamankan Fikri ke dalam tenda. Para Mahasiswa peserta KBD dipaksa untuk membelakangi para Fendem dan hanya terdengar suara erangan kesakitan Fikri.
Saat terjadinya penyiksaan para Fendem berteriak keras dan lantang “Kalau kau mau mati.! Mati aja kau..!! Biar kami dikubur disini !! ” Setelah itu para peserta disuruh masuk kembali ke kemah.
Sabtu setelah olah raga dan makan siang, dipilih tiga puluh orang oleh Ketua Pelaksana Kegiatan. Untuk meratakan lahan di Penanaman Mangrove disekitar lokasi. Saat perjalanan naik bukit Fikri sudah kehabisan nafas karena kondisi fisik yang mulai turun. Ironisnya, panitia menuding sebagai tindakan pura-pura. Tak berselang lama Fikri pun tidak sadarkan diri. Bergegas tim Panitia Kesehatan membawa korban yang sudah sekarat di evakuasi menumpang mobil bak terbuka menuju pos kesehatan terdekat dan meninggal dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. (ak27/jpnn)
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.