Oleh : Machasin
[ArtikelKeren] OPINI - Kecintaan pada pekerjaan atau perusahaan tidak dapat dibiarkan tumbuh dengan sendirinya dalam diri para karyawan.
Namun menjadi tugas manajemen perusahaan untuk menumbuhkannya.
Dengan demikian human capital menjadi sumber keunggulan bersaing.Namun sayangnya Sumber Daya Manusia (SDM) masih menjadi utopia, yakni sebuah situasi ideal yang sangat mudah dikonstruksikan tetapi sekaligus sangat sulit direalisasikan.
Karena itu seorang pemimpin dituntut untuk memberikan teladan dalam bekerja, dan sekaligus memberdayakan karyawannya.
Pemimpin yang dicari bawahan, adalah pemimpin yang memiliki tiga elemen dasar: Pertama, pemimpin yang memiliki kemampuan, kedua, pemimpin yang mempunyai karakter kuat, dan ketiga pemimpin yang peduli kepada orang lain.
Tipe pemimpin seperti inilah yang dianggap mampu mengembangkan modal manusia (human capital), sehingga karyawan secara sukarela memiliki keterikatan dengan organisasi. Pemimpin diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada bawahannya, sehingga karyawan merasakan adanya sinergi antara pikiran, hati dan tubuh secara seimbang.
Pikiran, menuntut sebuah jawaban “manfaatkan aku secara kreatif”. Hati, menuntut jawaban ”perlakukan aku dengan baik”. Dan tubuh memerlukan jawaban “bayar aku dengan adil”.
Pemimpin yang mampu menjawab ketiga pertanyaan tersebut, dapat dikatagorikan sebagai pemimpin yang paham dengan pengembangan human capital dalam organisasinya.
Sudahkah Anda yang saat ini sedang menduduki jabatan sebagai seorang pemimpin telah mengembangkan human capital secara benar dan profesional?
Pentingnya Human Capital
Para eksekutif perusahaan telah memahami sebuah kenyataan bahwa sumber modal manusia (human capital) berperan penting bagi keberhasilan organisasi, yakni bagaimana organisasi menarik, memelihara, memotivasi dan mempertahankan pengetahuan, keterampilan, dan kapabilitas kreatif para pekerjanya. Unsur modal manusia (human capital) lebih penting dibanding sumber daya lainnya.
Bahkan harta perusahaan sesungguhnya bukanlah sekadar sebagai people saja, melainkan the right people, mereka inilah yang menjadi motor penggerak yang akan membawa perusahaan mengarungi masa depan.
Ada dua alasan mengapa human capital penting untuk diperhatikan. Pertama, karyawan dengan human capital yang tinggi lebih memungkinkan untuk dapat memberikan layanan yang konsisten dan berkualitas tinggi.
Kedua, pelanggan potensial dapat mempergunakan kualitas human capital dari karyawan sebagai suatu alat penyaring untuk memilih layanan yang mereka sediakan.
Menanggapi pentingnya investasi dalam human capital, banyak organisasi yang memiliki sikap yang beragam.
Mereka mengakui bahwa secara teoritis investasi dalam human capital sangat penting, namun dalam tataran implementasi sangat kurang atau bahkan tidak ada sama sekali.
Banyak di antara mereka yang tidak menjalankan apa yang mereka katakan, dan masih menganggap investasi untuk karyawan dianggap sebagai biaya.
Pengembangan human capital sangat tergantung dari kemampuan pemimpin menterjemahkan kekuasaan yang melekat pada dirinya.
Saran untuk Anda yang saat ini sedang memegang tampuk kepemimpinan, gunakan kekuasaan untuk membantu orang lain.
Anda diberi kekuasaan tidak untuk meraih tujuan pribadi atau untuk mendapatkan nama, melainkan hanya ada satu kegunaan dari kekuasaanya itu membantu orang lain.
Kepemimpinan bukanlah jabatan, posisi atau bagan alur, akan tetapi kepemimpinan adalah suatu kehidupan yang mempengaruhi kehidupan lain.
Karena itu tugas pemimpin adalah mencari, mengembangkan, memanfaatkan dan menghargai human capital secara manusiawi sesuai dengan tuntutan jiwa.
Fotokopi Lebih Berharga
Kita semua bersepakat bahwa SDM merupakan aset yang sangat mulia, dan berharga bagi organisasi. Karena itu modal manusia mesti harus didekati secara manusiawi, santun dan bijaksana. namun mengapa dalam realitas di lapangan masih banyak perusahaan yang mengabaikan pentingnya asset SDM, bahkan ironisnya lagi dalam situasi kompetisi yang sangat ketat seperti sekarang ini, masih banyak perusahaan memelihara mesin fotokopi kantornya jauh lebih baik dari pada membangun kapabilitas atau kecakapan karyawannya.
Semua fasilitas yang menyangkut kelancaran operasional mesin fotokopi dipersiapkan perusahaan, mulai dari tehnisi, stok kertas, tinta dan peralatan penunjang lainnya telah dipersiapkan, bahkan tenaga operator setiap hari diwajibkan untuk membersihkan debu yang melekat pada mesin fotokopi sebelum mereka memulai bekerja.
Begitu hebatnya perhatian perusahaan dengan sebuah benda mati yang bernama fotocopy dan perusahaan tidak mau pekerjaan terhambat hanya gara-gara mesin fotokopi rusak.
Namun mari kita evaluasi bagaimana perhatian perusahaan terhadap karyawannya? Ternyata masih banyak perusahaan yang menyia-nyiakan aset yang bernama manusia, sebagai aset yang sangat berharga bagi masa depan organisasi.
Hal tersebut terlihat dari banyaknya perusahaan yang mengabaikan hak karyawan, dan cenderung menjalankan praktek diskriminasi yang dibungkus dalam bentuk peraturan kerja atau perjanjian kerja yang merugikan karyawan.
Siapa pun orangnya dan apapun level jabatannya, termasuk para buruh yang berada pada level paling rendah, juga memiliki banyak mimpi sebagaimana manusia bermartabat lainnya.
Buruh memerlukan kenyamanan dan kebahagiaan dalam mengisi kehidupan ini. Kenyataannya buruh selalu berada pada posisi yang lemah, mereka terus menjadi korban dan terganjal oleh kebijakan upah murah.
Sungguh sangat menyedihkan dan tak terbayangkan oleh kita, di mana mereka bekerja penuh sepanjang hidupnya, tapi upah yang diperoleh tiap bulan raib seketika itu juga.
Buruh tetap menjadi tunawisma (tidak mampu membeli rumah sendiri), dipaksa mengabaikan keperluan rekreasional berkualitas, dan tak kuasa menyiapkan dana bagi anak keturunan mencapai pendidikan yang layak.
Demikian juga kebijakan di bidang personalia yang merekrut karyawan dengan jaminan ijazah, merupakan bagian dari tindakan diskriminasi.
Hal lainnya seperti memberlakukan jam kerja berlebihan namun tidak dianggap sebagai jam lembur, memecat karyawan tanpa dasar hukum yang jelas, mempekerjakan karyawan tanpa diberikan jaminan kesehatan dan keselamatan, dan masih banyak hak-hak pegawai yang diabaikan dan dikebiri oleh perusahaan.
Seakan telah terjadi gap antara karyawan dengan perusahaan, padahal seharusnya perusahaan merupakan rumah besar dan keluarga besar yang di dalamnya terjadi ikatan moril yang sangat kuat sebagaimana ikatan antara orangtua dengan anak-anaknya.
Manajemen yang diberlakukan seharusnya manajemen keluarga, manajemen bapak dan anak, bukan manajemen kekuasaan dan manajemen pemaksaan yang mengarah pada tindakan kalah menang.
Karena itu seorang pemimpin harus mengelola organisasi ini secara lebih serius, utamanya dengan menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan menempatkannya dalam keseharian demi kebaikan diri dan kemaslahatan bersama.
Pengembangan human capital dapat dilakukan dengan membuat kantornya laksana “taman bermain” sehingga tiap orang dengan fasilitas yang diberikan selalu merasa nyaman.
Apapun pekerjaan yang kita lakukan harus punya arti bagi orang lain. Kalau kita melakukan sesuatu untuk kita sendiri, agar dipuji, tapi tidak punya arti untuk orang lain maka nggak ada gunanya bagi kemuliaan kehidupan ini.
Karena itu saling dukung, saling sapa, saling percaya menjadi satu aspek penting untuk menerapkan human capital dan menjaga kelanggengan SDM pada organisasi yang kita jadikan sandaran hidup sehari-hari.***(ak27/rp)
Machasin
Dosen Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Unri
[ArtikelKeren] OPINI - Kecintaan pada pekerjaan atau perusahaan tidak dapat dibiarkan tumbuh dengan sendirinya dalam diri para karyawan.
Namun menjadi tugas manajemen perusahaan untuk menumbuhkannya.
Dengan demikian human capital menjadi sumber keunggulan bersaing.Namun sayangnya Sumber Daya Manusia (SDM) masih menjadi utopia, yakni sebuah situasi ideal yang sangat mudah dikonstruksikan tetapi sekaligus sangat sulit direalisasikan.
Karena itu seorang pemimpin dituntut untuk memberikan teladan dalam bekerja, dan sekaligus memberdayakan karyawannya.
Pemimpin yang dicari bawahan, adalah pemimpin yang memiliki tiga elemen dasar: Pertama, pemimpin yang memiliki kemampuan, kedua, pemimpin yang mempunyai karakter kuat, dan ketiga pemimpin yang peduli kepada orang lain.
Tipe pemimpin seperti inilah yang dianggap mampu mengembangkan modal manusia (human capital), sehingga karyawan secara sukarela memiliki keterikatan dengan organisasi. Pemimpin diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada bawahannya, sehingga karyawan merasakan adanya sinergi antara pikiran, hati dan tubuh secara seimbang.
Pikiran, menuntut sebuah jawaban “manfaatkan aku secara kreatif”. Hati, menuntut jawaban ”perlakukan aku dengan baik”. Dan tubuh memerlukan jawaban “bayar aku dengan adil”.
Pemimpin yang mampu menjawab ketiga pertanyaan tersebut, dapat dikatagorikan sebagai pemimpin yang paham dengan pengembangan human capital dalam organisasinya.
Sudahkah Anda yang saat ini sedang menduduki jabatan sebagai seorang pemimpin telah mengembangkan human capital secara benar dan profesional?
Pentingnya Human Capital
Para eksekutif perusahaan telah memahami sebuah kenyataan bahwa sumber modal manusia (human capital) berperan penting bagi keberhasilan organisasi, yakni bagaimana organisasi menarik, memelihara, memotivasi dan mempertahankan pengetahuan, keterampilan, dan kapabilitas kreatif para pekerjanya. Unsur modal manusia (human capital) lebih penting dibanding sumber daya lainnya.
Bahkan harta perusahaan sesungguhnya bukanlah sekadar sebagai people saja, melainkan the right people, mereka inilah yang menjadi motor penggerak yang akan membawa perusahaan mengarungi masa depan.
Ada dua alasan mengapa human capital penting untuk diperhatikan. Pertama, karyawan dengan human capital yang tinggi lebih memungkinkan untuk dapat memberikan layanan yang konsisten dan berkualitas tinggi.
Kedua, pelanggan potensial dapat mempergunakan kualitas human capital dari karyawan sebagai suatu alat penyaring untuk memilih layanan yang mereka sediakan.
Menanggapi pentingnya investasi dalam human capital, banyak organisasi yang memiliki sikap yang beragam.
Mereka mengakui bahwa secara teoritis investasi dalam human capital sangat penting, namun dalam tataran implementasi sangat kurang atau bahkan tidak ada sama sekali.
Banyak di antara mereka yang tidak menjalankan apa yang mereka katakan, dan masih menganggap investasi untuk karyawan dianggap sebagai biaya.
Pengembangan human capital sangat tergantung dari kemampuan pemimpin menterjemahkan kekuasaan yang melekat pada dirinya.
Saran untuk Anda yang saat ini sedang memegang tampuk kepemimpinan, gunakan kekuasaan untuk membantu orang lain.
Anda diberi kekuasaan tidak untuk meraih tujuan pribadi atau untuk mendapatkan nama, melainkan hanya ada satu kegunaan dari kekuasaanya itu membantu orang lain.
Kepemimpinan bukanlah jabatan, posisi atau bagan alur, akan tetapi kepemimpinan adalah suatu kehidupan yang mempengaruhi kehidupan lain.
Karena itu tugas pemimpin adalah mencari, mengembangkan, memanfaatkan dan menghargai human capital secara manusiawi sesuai dengan tuntutan jiwa.
Fotokopi Lebih Berharga
Kita semua bersepakat bahwa SDM merupakan aset yang sangat mulia, dan berharga bagi organisasi. Karena itu modal manusia mesti harus didekati secara manusiawi, santun dan bijaksana. namun mengapa dalam realitas di lapangan masih banyak perusahaan yang mengabaikan pentingnya asset SDM, bahkan ironisnya lagi dalam situasi kompetisi yang sangat ketat seperti sekarang ini, masih banyak perusahaan memelihara mesin fotokopi kantornya jauh lebih baik dari pada membangun kapabilitas atau kecakapan karyawannya.
Semua fasilitas yang menyangkut kelancaran operasional mesin fotokopi dipersiapkan perusahaan, mulai dari tehnisi, stok kertas, tinta dan peralatan penunjang lainnya telah dipersiapkan, bahkan tenaga operator setiap hari diwajibkan untuk membersihkan debu yang melekat pada mesin fotokopi sebelum mereka memulai bekerja.
Begitu hebatnya perhatian perusahaan dengan sebuah benda mati yang bernama fotocopy dan perusahaan tidak mau pekerjaan terhambat hanya gara-gara mesin fotokopi rusak.
Namun mari kita evaluasi bagaimana perhatian perusahaan terhadap karyawannya? Ternyata masih banyak perusahaan yang menyia-nyiakan aset yang bernama manusia, sebagai aset yang sangat berharga bagi masa depan organisasi.
Hal tersebut terlihat dari banyaknya perusahaan yang mengabaikan hak karyawan, dan cenderung menjalankan praktek diskriminasi yang dibungkus dalam bentuk peraturan kerja atau perjanjian kerja yang merugikan karyawan.
Siapa pun orangnya dan apapun level jabatannya, termasuk para buruh yang berada pada level paling rendah, juga memiliki banyak mimpi sebagaimana manusia bermartabat lainnya.
Buruh memerlukan kenyamanan dan kebahagiaan dalam mengisi kehidupan ini. Kenyataannya buruh selalu berada pada posisi yang lemah, mereka terus menjadi korban dan terganjal oleh kebijakan upah murah.
Sungguh sangat menyedihkan dan tak terbayangkan oleh kita, di mana mereka bekerja penuh sepanjang hidupnya, tapi upah yang diperoleh tiap bulan raib seketika itu juga.
Buruh tetap menjadi tunawisma (tidak mampu membeli rumah sendiri), dipaksa mengabaikan keperluan rekreasional berkualitas, dan tak kuasa menyiapkan dana bagi anak keturunan mencapai pendidikan yang layak.
Demikian juga kebijakan di bidang personalia yang merekrut karyawan dengan jaminan ijazah, merupakan bagian dari tindakan diskriminasi.
Hal lainnya seperti memberlakukan jam kerja berlebihan namun tidak dianggap sebagai jam lembur, memecat karyawan tanpa dasar hukum yang jelas, mempekerjakan karyawan tanpa diberikan jaminan kesehatan dan keselamatan, dan masih banyak hak-hak pegawai yang diabaikan dan dikebiri oleh perusahaan.
Seakan telah terjadi gap antara karyawan dengan perusahaan, padahal seharusnya perusahaan merupakan rumah besar dan keluarga besar yang di dalamnya terjadi ikatan moril yang sangat kuat sebagaimana ikatan antara orangtua dengan anak-anaknya.
Manajemen yang diberlakukan seharusnya manajemen keluarga, manajemen bapak dan anak, bukan manajemen kekuasaan dan manajemen pemaksaan yang mengarah pada tindakan kalah menang.
Karena itu seorang pemimpin harus mengelola organisasi ini secara lebih serius, utamanya dengan menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan menempatkannya dalam keseharian demi kebaikan diri dan kemaslahatan bersama.
Pengembangan human capital dapat dilakukan dengan membuat kantornya laksana “taman bermain” sehingga tiap orang dengan fasilitas yang diberikan selalu merasa nyaman.
Apapun pekerjaan yang kita lakukan harus punya arti bagi orang lain. Kalau kita melakukan sesuatu untuk kita sendiri, agar dipuji, tapi tidak punya arti untuk orang lain maka nggak ada gunanya bagi kemuliaan kehidupan ini.
Karena itu saling dukung, saling sapa, saling percaya menjadi satu aspek penting untuk menerapkan human capital dan menjaga kelanggengan SDM pada organisasi yang kita jadikan sandaran hidup sehari-hari.***(ak27/rp)
Machasin
Dosen Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Unri
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.