Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Kamis, 28 November 2013

Memanusiakan Karyawan

Kamis, November 28, 2013 By Unknown No comments

Oleh : Machasin


[ArtikelKeren] OPINI - Mengapa banyak karyawan selalu menggerutu dan terus berkeluh kesah tentang pekerjaannya, tentang bosnya, tentang rekan kerjanya, tentang pelanggannya, termasuk tentang gaji dan tunjangan serta fasilitas lainnya.

Bahkan sampai dengan persoalan di rumahpun mereka berkeluh kesah, suami yang tidak peduli atau mertua yang tidak bersahabat dan masih banyak keluh kesah lain yang semestinya tidak dibahas di kantor; karena akan mempengaruhi produktivitas kerja.

Fenomena ini telah terjadi di mana-mana, tidak saja di perusahaan kecil yang karyawannya cuma puluhan orang, pada perusahaan yang relatif besar sekalipun persoalan keluh kesah karyawan terus menggelinding bagaikan bola salju.

Mari kita bicara sejujurnya, kita semua dapat berperilaku buruk dari waktu ke waktu, dan yang berbeda hanyalah kadar keburukan perilaku itu.

Perilaku buruk di tempat kerja misalnya, terus-menerus terlambat, bergosip, merokok meskipun dilarang, terlalu kritis, mengintimidasi untuk memperoleh hasil, membanting pintu dan laci, dan berteriak untuk melampiaskan kemarahan, serta diam membisu selama berhari-hari.

Kesemua perilaku tersebut akan berakibat pada menurunnya semangat kerja, produktivitas dan kualitas serta mempengaruhi pelayanan pada pelanggan.

Karyawan yang bermasalah dan menghadapi banyak masalah di kantor, akan menjadikan tempat kerjanya sebagai “neraka tempat berkumpulnya orang-orang profesional frustasi”.

Jika kondisi ini dibiarkan, dipastikan organisasi akan menghadapi kekacauan.Di satu sisi karyawan merasa tidak nyaman dengan atasan dan perusahaan, sementara itu di sisi lain mereka juga tidak nyaman dengan sesama rekan kerja.

Bahkan tidak sedikit di antara mereka telah membentuk kelompok-kelompok kecil yang mengarah pada timbulnya konflik dan persaingan tidak sehat.

Belum lagi mereka dihadapkan dengan persoalan tidak seimbangnya imbalan yang diterima dengan pengorbanan yang diberikan ke perusahaan.

Perlu Kepastian
Menjaga Sumber Daya Manusia (SDM) terbaik untuk tetap bertahan di perusahaan tidaklah mudah, perlu kesabaran, kesadaran dan kebesaran hati.

Zaman memang sudah berubah, sehingga orang tidak lagi bercita-cita untuk setia sampai mati pada organisasi. Mengikat karyawan untuk tetap bertahan di kantor dengan mengandalkan pemberian kenaikan gaji dan insentif lainnya sudah mulai ditinggalkan orang, karena karyawan yang berada pada zaman kemajuan seperti sekarang ini tidak hanya perlu uang tetapi mereka perlu kenyamanan dan kedamaian serta aktualisasi diri.

Sistem reward dan punishment nampaknya sudah mulai ditinggalkan. Karena sistem tersebut dianggap hanya membuat orang cenderung “hitung-hitungan”, yang akan melahirkan generasi muda materialis, kapitalis yang rakus dan kaku.

Karena itu, karyawan yang dinilai memiliki prestasi bagus, jangan segan-segan segera dikembangkan dan diberdayakan, sehingga mereka betul-betul merasa betah dan memiliki keterikatan dengan perusahaan.

Untuk itu sudah saatnya perusahaan melakukan evaluasi terhadap sistem pemberian motivasi yang mampu menciptakan suasana agar karyawan merasa terikat dan merasakan dirinya telah diperhatikan oleh perusahaan.

Kini banyak perusahaan memberikan iming-iming untuk merekrut orang bertalenta tinggi dengan penghasilan luar biasa dan suasana kerja yang sangat nyaman.

Sehingga tidak jarang SDM yang berkualitas menjadi rebutan banyak perusahaan. Bahkan banyak perusahaan memperlakukan karyawan dengan membuat kantornya laksana “taman bermain” sehingga tiap orang merasa nyaman dengan fasilitas yang diberikan.

Meskipun perhatian perusahaan terhadap karyawan sudah diberikan secara total, namun ada kecenderungan generasi muda masa kini yang hidup pada zaman serba modern menginginkan semuanya serba instan, sehingga pola pikirnya selalu diarahkan pada hal-hal yang serba cepat.

Ingin cepat meraih karir puncak, ingin cepat mendapatkan kekayaan berlimpah, ingin cepat sukses, dan ingin cepat bahagia.

Anehnya jika upaya tersebut ada kendala sedikit saja, mereka merasa tertekan yang berujung pada keputusan untuk berhenti.

Begitu mudahnya mereka memutuskan untuk keluar dari perusahaan tanpa berpikir panjang, hanya karena alasan yang sangat pragmatis seperti tidak sreg dengan pekerjaan atau rekan kerja yang ia harapkan.

Saatnya Mengubah Sistem Motivasi
Berdasar hasil penelitian Gallup, hanya 30 persen karyawan merasa happy di pekerjaan, sisanya 70 persen tergolong dalam barisan tidak menyukai pekerjaan dan tidak antusias dalam bekerja; mereka bekerja hanya seadanya saja. Secara umum karyawan memerlukan kepastian.

Selain gaji, aneka fasilitas yang disediakan perusahaan dapat menjadi perhatian lebih bagi karyawan. Selain itu mereka juga memerlukan komunitas yang cocok dan sejalan dengan tuntutan dirinya, jika tidak sesuai dan komunitasnya tidak asyik, mereka tidak segan-segan akan berhenti.

Mencermati fenomena karyawan seperti ini sudah saatnya perusahaan mengubah sistem motivasinya dengan cara sebagai berikut:

Pertama, motivasi diarahkan kepada hal-hal yang sifatnya non material. Di mana saat ini banyak pekerja menginginkan pemimpin yang mampu menginspirasI dan menjadi sosok pemimpin yang memiliki komitmen. Bukan pemimpin yang selalu menghitung untung rugi.

Ide dan gagasan karyawan yang inspiratif dan ditindaklanjuti oleh perusahaan, merupakan sebuah prestasi yang sangat membanggakan.

Apalagi terbukti mampu melakukan perubahan yang mengarah pada meningkatnya produktivitas, efisiensi dan efektivitas.

Kedua, meningkatkan peran komunikasi agar lebih efektif, terbuka dan jujur. Setiap karyawan bisa mendapatkan informasi sesuai dengan porsinya, sehingga tidak ada karyawan yang salah persepsi tentang situasi dan kondisi perusahaan. Misalnya jika informasi menyangkut kondisi keuangan perusahaan, tentu hanya disampaikan kepada karyawan tertentu.

Sebaliknya jika informasi terkait dengan kebijakan, prosedur dan, proses pelayanan maka kepada seluruh karyawan diinformasikan. Intinya jangan sampai karyawan menebak-nebak perusahaan mau kemana arahnya.

Jalur komunikasi tidak hanya sebatas dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas, melainkan harus ke mana-mana sehingga semua orang merasa satu.

Hindari pemberian komunikasi yang hanya berisi instruksi instruksi, karena model komunikasi seperti ini sangat kering dan membosankan, apalagi menyangkut persoalan target yang sulit terealisir.

Ketiga, ciptakan model dan gaya manajemen kekeluargaan, di mana sang pemimpin berperan sebagai orang tua yang akan mengarahkan, menunjukkan dan memberikan teladan super hebat untuk anak-anaknya. Semua anggota keluarga mempunyai aspirasi yang sama-sama diperhatikan oleh orang tuanya.

Sehingga semua anggota keluarga merasa betah di dalam sebuah rumah besar yang bernama kantor, dan seluruh karyawan merasakan kedamaian, kenyamanan serta memiliki keterikatan dengan semua anggota keluarga yang bernama organisasi.

Di sini semua karyawan merasa dekat dengan atasannya, tetapi bukan dekat karena takut, atau karena dia seorang bos melainkan karena benar-benar merasa dekat secara personal, sebagai kedekatan yang tulus.

Keempat, dalam hal pemberian kompensasi dan benefit, hendaknya perusahaan perlu mengadakan survei dan melakukan benchmarking untuk menjadi acuan dalam menentukan remunerasi bagi karyawannya.

Satu hal yang mesti harus diperhatikan di mana karyawan yang prestasinya rata-rata maka remunerasinya sesuai rata-rata dari industrinya.

Tapi karyawan yang memiliki talenta puncak, remunerasinya bisa 25-40 persen di atas rata-rata industri. Intinya modal manusia harus memberikan kontribusi terhadap sukses organisasi.

Sukses organisasi karena karyawannya bagus, mengerjakan pekerjaannya dengan bagus, sehingga customer puas , kalau customer puas ada revenue yang bagus, dan pada akhirnya financial yang lain bagus.

Kelima, karyawan tidak semata memerlukan uang, tetapi yang diharapkan justru aktualisasi diri.

Pertanyaannya bagaimana mewujudkannya? Di sini pemimpin dituntut untuk mampu melakukan pemberdayaan terhadap karyawannya.

Program pemberdayaan karyawan harus dilakukan secara fair dan professional, sehingga semua karyawan akan merasa bahagia dalam bekerja, serta mampu bersyukur kepada Yang Maha Kuasa.

Hal tersebut selain akan meningkatkan kemampuan karyawan ,juga akan membuat dirinya merasa dihargai.

Memanusiakan Karyawan
Saling dukung, saling sapa, saling percaya menjadi satu aspek penting untuk menjaga kelanggengan SDM pada perusahaan.

Aspek memanusiakan karyawan harus selalu menjadi landasan utama untuk membangun sikap kesalingpercayaan. Terdapat beberapa panduan yang mesti harus dijalankan oleh pemimpin dalam upaya menciptakan keterikatan karyawan terhadap organisasi.

Di sini seorang pemimpin harus mengajarkan sikap, falsafah, kearifan dan kebijaksanaan. Seorang pemimpin harus melayani bukan dilayani, menjunjung tinggi moralitas bukan hidup “serba bebas”, kesalehan bukan kebejatan, kearifan bukan keserakahan, kebijaksanaan bukan pemaksaan kehendak, inklusivisme bukan ekslusivisme, demokrasi bukan otoritarianisme, musyawarah bukan paksaan, keharmonisan bukan pertentangan, semangat gotong royong bukan semangat individualisme, keadilan bukan penindasan, rasionalitas nurani bukan rasionalitas diri sendiri, saling mendahulukan bukan saling mendahului, semangat kebersamaan bukan egoisme, serta realitas bukan retorika.

Jika panduan tersebut dijalankan oleh semua pemimpin di negeri ini dan dilaksanakan dengan sepenuh hati, maka itulah yang disebut dengan memanusiakan karyawan.

Sudahkah pemimpin di tempat anda bekerja menjalankan panduan tersebut? Entahlah, yang pasti jika Anda sebagai karyawan masih terus menerus mengeluh dan menggerutu tentang organisasinya, maka sudah saatnya anda bersiap-siap untuk meninggalkan perusahaan.

Karena Anda sebenarnya tidak cocok bekerja dalam lingkungan yang Anda sendiri merasa tidak cocok. Namun jika Anda mengeluh berkepanjangan dan tidak berani keluar meninggalkan perusahaan, menandakan bahwa Anda sebenarnya tidak memiliki kompetensi dan potensi.

Jika demikian kondisinya, sebaiknya Anda mengubah sikap dan perilaku Anda untuk lebih banyak belajar, belajar dan belajar tentang sikap hidup positif.***(ak27/rp)



Machasin
Dosen Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Unri


0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN