Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Minggu, 24 November 2013

Melayang Layang

Minggu, November 24, 2013 By Unknown No comments

[ArtikelKeren] CERPEN - "Mak dah dulu, sekitar 07.15 WIB tadi pagi, mohom doa". Demikian sebuah pesan singkat yang masuk ke handphone butut yang tergenggam ditangan kiri, saat aku baru saja mendarat di Cengkareng, setelah terbang lebih kurang 1.20 menit dari Pekanbaru.

Tidak ada nama yang keluar dari pesan singkat ini, artinya pesan singat ini datang dari nomor yang tidak ada tersimpan di dalam handphone ku. Sungguhpun demikian aku tahu bahwa pesan singkat ini adalah dari sahabat akrab ku. Seorang teman yang selalu berperan dalam banyak hal dan selalu mewarnai kehidupan kami saat bersama-sama sekitar 10 tahun yang lalu.

Sebagai teman, sahabat ku ini boleh dibilang lengkap. Dia temasuk teman berdebat, teman diskusi, teman saling cemeeh, teman saling akal-akalan bahkan juga terkadang teman saling ejek dan saling maki. Tapi tentunya dalam standar yang kami sama-sama sepakati melalui ukuran rasa dan kepantasan-kepantasan yang sama kami hargai.

Aku sudah cukup lama tidak bertemu, bahkan juga untuk sekedar berkomunikasi, dengan sahabat ku ini. Seingatku lebih dari tiga tahun belakangan kami membungkam untuk tidak saling berkomunikasi. Tak ada pertikaian, dan tak ada juga sebab musabab lainnya, tetapi semuanya mengalir begitu saja, berlalu lalu terdiam.

Beberapa nomor handphone-nya yang aku punya sudah tidak pernah lagi diaktifkan. Dari beberapa teman yang lain aku memang selalu dapat info bahwa sahabat aku ini kabarnya sedang mendalami agama, dan selalu berpindah dari kota yang satu ke kota yang lainnya. Begitulah memang, perjalanan hidup membuat rantai kebersamaan kami menjadi sedikit terganggu. Ceruk kehidupan, telah mengurai dan melontarkan kami ke masing-masing pilihan. Akibatnya kami tidak lagi dapat bertemu dalam jarak waktu yang pendek. Terkadang kami kehilangan canda, seakan terasing di sebuah ruang yang sama.

Barangkali, karena itu pula pesan singkat itu begitu menghenyak perasaaku. Pesan singkat itu menghantarkan keliaran pikiranku ke segala penjuru. Menyelam, menerawang, bahkan mengumpulkan berbagai peristiwa yang terekam dalam benak, tentang berbagai hal dan tentang sebuah hubungan.

Aku melihat dan mengingat berkali-kali pesan singkat itu. Tak ada yang istimewa, tak ada yang luar bisa, tetapi entak kenapa dalam pikiran ku pesan singat itu begitu berkesan, begitu membuat pikiranku menerawang jauh ke segala peristiwa.

Sambil bersandar di jok taksi yang melaju membawa ku ke pusat kota, aku kembali melihat pesan singkat yang masih terbuka di handphone ku, lalu aku melanjutkan pesan singkat itu ke beberapa teman lain yang juga mengenal sahabat pengirim pesan singkat ke pada ku tadi.

Aku coba menghubungi, tetapi jaringan sepertinya lagi sibuk, akhirnya aku membalas pesan singkat tersebut kembali, "Iya saya tadi di kabari, saya di Jakarta, besok malam saya ke rumah", pesan ku singkat.

Tak ada jawaban lanjutan, aku coba menghubungi, tetapi jaringan handphone sepertinya kembali terganggu. Aku melihat ke depan, mobil terus melaju. Pikiranku kembali melayang, ke peristiwa akhir dari sebuah kehidupan yang ku terima dari sebuah pesan singkat. Selesai sudah tugas, selesai sudah penderitaan. ‘’Hanya sebatas itu hidup ini,’’ gumamku dalam hati.

Di tengah deru lalu-lalang kendaraan, yang melaju, tiba-tiba pikiranku kembali liar, aku kembali teringat akan renungan-renungan serta pertanyaan yang selalu bermain dalam pikiran terutama tentang kehidupan. Aku kembali teringat pertanyaan seorang sahabat yang lain, yang cukup sederhana mengenai kehidupan. "Apa sesungguhnya yang kita cari?"

Betapa tak seorangpun tahu dengan pasti mau ke mana dan bagaimana dia menjalankan hidupnya. Aku kembali teringat betapa tidak satupun perbuatan yang terkadang terjadi pada kita tetapi sesuai dengan skenario yang kita lakukan sebelumnya. Betapa terkadang kita terheran-heran bahwa ternyata apa yang kita peroleh justru sama sekali tidak ada dalam pikiran dan keinginan kita sebelumnya. Yang menariknya meskipun di luar yang kita harapkan tetapi justru yang datang itu ternyata sesuatu yang sangat kita sukai.

Tidak jarang juga sesuatu yang kita inginkan itu, kita dapati ternyata hasilnya justru membuat kita sengsara atau menyesal dalam waktu panjang. Betapa banyak kita, bersekukuh mengakui bahwa kita sudah melakukan pilihan yang paling benar, sementara terkadang kebenaran yang kita sangkakan itu adalah sebuah kesalahan. Kita lupa hanya satu yang pasti yaitu kematian, sedangkan apa yang kita perbuat, apa yang kita pikirkan apa yang kita capai semuanya bagai debu yang dapat datang dan pergi sesuka hati.

Aku menarik napas panjang, tak tau apa yang salah, tiba-tiba aku memindahkan posisi tempat duduk, lalu kembali menyandarkan kepala ke jok mobil yang sudah lusuh yang aku tumpangi. Keterpisahan kami yang cukup lama, kematian ibunya, dan pesan singkat yang ku terima darinya membuatkan pikiranku menjadi menjelajah. Aku terbayang sahabat-sahabat kami yang telah menjadi kaya, menjadi tokoh politik, menjadi orang berpendidikan tinggi, dan yang menjadi hidup orang jelata dari dulunya yang punya kedudukan.

Aku juga terbayang orang-orang yang superkaya yang selalu di ekspos setiap akhir tahun oleh majalah terkemuka di dunia, yang tidak tahu lagi harus di kemanakan kekayaanya. Aku juga teringat cerita sahabat yang lain seorang kaya yang kehilangan nafsu makan dan setiap harinya hanya makan nasi bungkus.

Aku juga teringat kisah si miskin sahabatku yang selalu ceria, dan tak pernah mengeluh dengan kemiskinannya, walaupun terkadang lebih banyak berpuasa dari pada makan setiap minggunya. "Sudahlah hidup memang seperti itu kelihataanya, kita selalu merasa tidak puas, dan selalu merasa orang lain lebih baik dari apa yang kita miliki", gumam ku dalam hati.

Aku kembali dalam pikiran normal, membuang angan dan pikiran yang menerawang. Mobil sudah semakin mendekat ke kota, gedung gedung tinggi mulai mengihasi kiri kanan jalan, kemacetan semakin meningkat, mibil yang ku tumpangi sedikit melambat. 

Tiba-tiba aku teringat kembali sahabatku, aku tersenyum, teringat saat kami mengendarai sebuah sedan tua yang baru di beli oleh sahabat ku itu. Sebelum berkeliling Kota Pekanbaru, kami mampir dulu di toko buah-buahan dan kami hanya membeli masing-masing buah sebanyak dua buah saja.

Dengan dibekali beberapa jenis buah kami mulai berputar-putar menyusuri jalan hingga ke perbatasan kota. Saat berkeliling kami memulai dengan cerita khayalan masa depan yang hendak di capai. Mulai dari rencana membeli bebeapa unit mobil baru, sampai ke rumah mewah hingga berapa pantasnya penghasilan sebulan akan di capai, lalu sampai kepada proses perjalanan wisata yang akan dilakukan secara periodik.

Kami cekikikan ketawa, saat itu kami lupa bahwa kami hanya berada di sebuah mobil tua, kami juga lupa bahwa uang yang ada di masing-masing kantong kami tak lebih dari dua ratus ribu rupihak. Seolah-olah saat itu kami sudah sebuah kemewahan, sehingga semuanya sudah serba dilayani. Tapi sepertinya memang khanyalan saat itu beberapa tahun kemudian terutama bagi sahabatku mulai terwujud jadi kenyataan. Anehnya posisi yang kami rindukan itu ternyata tidak membuat sahabatku memjadi terlalu gembira seperti bagaimana gembiranya saat kami menghayal yang terjadi tak lebih dari setengah jam dalam mobil bubut yang kami naiki saat itu.

Ternyata hidup tak bisa diberi takaran, tak dapat diberi ukuran, dia begitu dinamis, senantiasa berubah dan terus berubah, dan perubahan itu terkadang bukan secara wajar, tetapi terkadang terkesan lintang pukang, jungkir balik. Tampa mampu kita untuk mengendalikannya.

Aku juga teringat bahwa Sepekan menjelang pesan singkat itu datang, aku bersama seorang teman yang aktif dilingkungan hidup pergi melancung. Iya, melancung, tetapi bukan keluar negeri, tetapi ke ceruk hutan yaitu ke Kuala Nafuh. Yaitu sebuah dusun tua yang terletak di kecamatan Sorek. Tempat ini dulunya adalah sebagai kawasan perdagangan yang sangat dikenal baik oleh masyarakat di sekitar Kabupaten Pelalawan. Tempat ini dulunya sempat menjadi kawasan yang strategis dan menjadi pusat perekonomian di kawasan Desa Kesuma.

Perjalanan historis yang kami lakukan sangat menarik, dan melapangkan hati. Tetapi seperti pesan singkat yang ku terima, perjalanan ini juga membuat diriku tersenyum dan terkagum-kagum sendiri. Temanku berkali-kali mengatakan enaknya perjalanan itu, aku juga merasakan enaknya perjalanan itu. Tetapi yang membuatku tersenyum adalah persoalan kehidupan. Iya kehidupan.

Lelaki tua, si pemilik rumah rakit, tanpa baju dan berkopiah hitam terlihat tersenyum sambil menyandarkan tubuhnya yang sedikit gemuk saat menyambut kedatangan kami. Istrinya yang juga sudah cukup tua terlihat juga sangat ramah. Meskipun tujuan pertama kami bukanlah ke tempat lelaki tua ini, tetapi karena beberapa alasan entah mengapa pemandu yang membawa kami memilihkan tempat ini untuk kami menginap.

Kondisi Kuala Nafuh, sekarang tepatnya bukanlah sebuah perkampungan, tetapi lebih tepat dikatakan tempat perhentian para pencari ikan, para pencari hasil hutan. Kebesaran namanya dimasa lalu sudah tidak tergambar lagi oleh kondisinya sekarang. Tak ada rumah permanen, tak ada pasar, dan tak ada gegap kempita kehidupan. Dimalam hari masyarakatnya hanya ditemani lampu togok, karena tidak ada aliran listri sama sekali disini.

Tetapi lelaki tua bersama istrinya, terlihat begitu bergairah menjalankan kehidupanya disini. Mereka justru meninggalkan tempat tinggal mereka di Sorek, sebuah ibukota kecamatan yang hidup dua puluh empat jam dan lalu lalang kendaraan yang tampa henti. Aku tersenyum. Aku kagum. Aku juga bingung, tetapi akhirnya ku pahami bahwa tak ada ukuran yang dapat membahagiakan atau membuat kita menjadi senang. Nun di tengah kota saat aku mendapatkan pesan singkat, aku melihat lunsinan orang memilih tinggal di kolong jembatan dan meninggalkan desanya yang indah, hanya untuk menapak kehidupan. Tetapi si lelaki tua, yang berpenghasilan lumayan dan memiliki rumah di sebuah kota yang cukup besar, justru meninggalkan rumah dan anak-anaknya hanya untuk tinggal di Kuala Nafuh. Dalam sebuah rumah rakit yang sudah tua, tanpa pasitilas yang memadai sama sekali.

Hari-hari lelaki tua dan istrinya hanya ditemani oleh riak air yang dilalui oleh perahu dan pompong kecil para pencari kayu yang melintas di sungai yang lebarnya tak lebih dari 20 meter itu. Malam, suara jangkrik, iyang-iyang dan suara kodok menjadi irama yang menyenangkan bagi pengantar malamnya lelaki tua yang sudah hampir tujuhpuluh tahunan itu.

Tiba-tiba aku tersentak, teksi yang kutumpangi mendadak menekan rem, seorang nenek tua sedang menyeberang jalan dengan sangat perlahan, Di kepalanya setumpuk kertas terjunjung. Pakian lusu, bersendal jepit sambil dengan perlahan mengapai-ngapaikan tangannya tanda minta di beri laluan untuk menyeberang di tengah deretan puluhan mobil yang antri.

Aku kembali tersenyum. Sebuah pesan singkat, tentang kematian dari seorang sahabat, begitu banyak memberikan pelajaran. Tentang akhir, tentang pilihan, tentang kesenangan dan tentang kenyataan. Aku bagai membaca sebuah ayat, tetapi tidak dapat kusimpulkan maknanya dengan terlalu cepat.***(ak27/rp)




Fahrullazi
Menyelesaikan study di Fakultas Sastra Unilak. Mengawali kehidupannya sebagai jurnalis. Selepas 10 tahun di dunia jurnalistik, ia dipercaya sebagai pimpinan salah satu BUMD yang ada di Kabupaten Pelalawan kini. Ia juga tak pernah berhenti dalam dunia tulis menulis, selain memiliki perhatian yang cukup terhadap masalah sosial dan ekonomi, Fahrullazi juga terkadang menulis karya fiksi.

0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN