Oleh :
[ArtikelKeren] TAJUK RENCANA - Pemilihan Gubernur Riau (Pilgubri) putaran kedua diyakini memberikan pematangan politik di negeri Melayu Lancang Kuning ini, apalagi menyongsong pesta demokrasi lima tahunan, 2014 mendatang.
Paling tidak, pada putaran I, 4 September lalu telah menjadi pelajaran bagi partai politik (Parpol) yang mengusung calon mereka masing-masing.
Namun, dengan berbagai kendala dan potensi yang ada, hanya ada dua pasangan calon yang dapat maju di putaran II, yaitu pasangan nomor urut 2 Annas Maamun-Arsyadjuliandi Rachman (Aman) urutan pertama disusul pasangan dan nomor urut 1 Herman Abdullah-Agus Widayat (HA).
Sekilas, tiga pasang calon yang tidak masuk putaran kedua, harapan mereka pupus, namun perlu diingat bahwa kini ada beberapa Parpol besar —memiliki kursi signifikan pada periode 2004-2009 di DPRD Riau— yaitu Partai Demokrat (PD), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia (PDIP), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang nota bene tentu sedang bertarung dengan Partai Golkar yang mengusung pasangan Anas-Arsyad dan partai kecil-kecil non parlemen yang mendukung pasangan Herman-Agus.
Meski yang menentukan pilihan kembali rakyat, yaitu sisa suara yang pada putaran I memilih ketiga pasangan yang tidak lolos putaran II, namun, peran Parpol yang selama ini memiliki organisasi, massa dan dan mekanisme kerja, tentu tidak akan diam saja menjadi penonton.
Apalagi, Pilgubri putaran II ini, juga menyediakan lahan empuk untuk memupuk kekuatan mendulang suara pada Pemilu 2014 mendatang.
Dalam menghadapi kondisi seperti ini, tentu hitung-hitungan politik dan lobi-lobi elite politik tidak dapat dapat dielakkan.
Mereka akan mencari celah posisi yang bisa memanfaatkan sekecil apapun peluang yang ada, sehingga Pilgubri ini tidak berlalu dengan sia-sia bagi mereka.
Jika dilihat dari perebutan suara, diasumsikan sekitar 28 persen potensi suara yang bisa diupayakan Parpol yang tidak memiliki pasangan di putaran kedua.
Dengan melihat angka ini, Parpol menjadi alternatif menjadi mesin untuk mempegaruhi massa untuk memilih pasangan yang mereka dukung sesuai dengan kesepakatan antara elite-elite politik.
Dengan memahami kondisi perpolitikan yang ada di Pilgubri menjelang Pemilu 2014 di Riau, paling tidak ada beberapa harapan yang terbentang, agar semua proses politik ini memberikan pematangan berpolitik di daerah yang lebih baik.
Pertama, dalam melakukan lobi-lobi politik, tetaplah para elit Parpol menjalankannya dengan elegan, sehingga sepanas dan sedingin apapun kondisinya di atas, tidak menetes ke bawah, yang membuat keguncangan di tingkat akar rumput.
Kedua, semua pihak yang ikut bertarung, tetap mengedepankan sikap profesionalisme, sehigga ajang Pilgubri kali ini benar-benar menjadi jembatan untuk pematangan politik di daerah.
Ketiga, kepada pemilih, diharapkan tetap mengedepankan penilaian pada kapasitas, integritas dan program yang diusung oleh pasangan calon yang ada, sehingga mampu membawa Riau lebih maju lima tahun yang akan datang.
Tentunya kita tidak lupa mengharapkan kinerja penyelenggara, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Riau lebih kuat, teliti dan mampu menciptakan Pilgubri yang bersih, cerdas dan berwibawa.
Semoga Riau mendapatkan pemimpin pilihan yang mampu mengemban amanah rakyat.***
[ArtikelKeren] TAJUK RENCANA - Pemilihan Gubernur Riau (Pilgubri) putaran kedua diyakini memberikan pematangan politik di negeri Melayu Lancang Kuning ini, apalagi menyongsong pesta demokrasi lima tahunan, 2014 mendatang.
Paling tidak, pada putaran I, 4 September lalu telah menjadi pelajaran bagi partai politik (Parpol) yang mengusung calon mereka masing-masing.
Namun, dengan berbagai kendala dan potensi yang ada, hanya ada dua pasangan calon yang dapat maju di putaran II, yaitu pasangan nomor urut 2 Annas Maamun-Arsyadjuliandi Rachman (Aman) urutan pertama disusul pasangan dan nomor urut 1 Herman Abdullah-Agus Widayat (HA).
Sekilas, tiga pasang calon yang tidak masuk putaran kedua, harapan mereka pupus, namun perlu diingat bahwa kini ada beberapa Parpol besar —memiliki kursi signifikan pada periode 2004-2009 di DPRD Riau— yaitu Partai Demokrat (PD), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia (PDIP), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang nota bene tentu sedang bertarung dengan Partai Golkar yang mengusung pasangan Anas-Arsyad dan partai kecil-kecil non parlemen yang mendukung pasangan Herman-Agus.
Meski yang menentukan pilihan kembali rakyat, yaitu sisa suara yang pada putaran I memilih ketiga pasangan yang tidak lolos putaran II, namun, peran Parpol yang selama ini memiliki organisasi, massa dan dan mekanisme kerja, tentu tidak akan diam saja menjadi penonton.
Apalagi, Pilgubri putaran II ini, juga menyediakan lahan empuk untuk memupuk kekuatan mendulang suara pada Pemilu 2014 mendatang.
Dalam menghadapi kondisi seperti ini, tentu hitung-hitungan politik dan lobi-lobi elite politik tidak dapat dapat dielakkan.
Mereka akan mencari celah posisi yang bisa memanfaatkan sekecil apapun peluang yang ada, sehingga Pilgubri ini tidak berlalu dengan sia-sia bagi mereka.
Jika dilihat dari perebutan suara, diasumsikan sekitar 28 persen potensi suara yang bisa diupayakan Parpol yang tidak memiliki pasangan di putaran kedua.
Dengan melihat angka ini, Parpol menjadi alternatif menjadi mesin untuk mempegaruhi massa untuk memilih pasangan yang mereka dukung sesuai dengan kesepakatan antara elite-elite politik.
Dengan memahami kondisi perpolitikan yang ada di Pilgubri menjelang Pemilu 2014 di Riau, paling tidak ada beberapa harapan yang terbentang, agar semua proses politik ini memberikan pematangan berpolitik di daerah yang lebih baik.
Pertama, dalam melakukan lobi-lobi politik, tetaplah para elit Parpol menjalankannya dengan elegan, sehingga sepanas dan sedingin apapun kondisinya di atas, tidak menetes ke bawah, yang membuat keguncangan di tingkat akar rumput.
Kedua, semua pihak yang ikut bertarung, tetap mengedepankan sikap profesionalisme, sehigga ajang Pilgubri kali ini benar-benar menjadi jembatan untuk pematangan politik di daerah.
Ketiga, kepada pemilih, diharapkan tetap mengedepankan penilaian pada kapasitas, integritas dan program yang diusung oleh pasangan calon yang ada, sehingga mampu membawa Riau lebih maju lima tahun yang akan datang.
Tentunya kita tidak lupa mengharapkan kinerja penyelenggara, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Riau lebih kuat, teliti dan mampu menciptakan Pilgubri yang bersih, cerdas dan berwibawa.
Semoga Riau mendapatkan pemimpin pilihan yang mampu mengemban amanah rakyat.***
Sumber : riaupos.co
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.