Oleh :
[ArtikelKeren] TAJUK RENCANA - Perkara banjir di seruas jalan Kota Pekanbaru pasca hujan lebat yang mengguyur kota bukan persoalan baru. Itu persoalan lama dan cenderung klasik.
Meski orang yang memimpin Kota Pekanbaru bukan orang lama lagi sudah baru, tapi persoalan lama belum kunjung teratasi.
Dulu titik banjir paling parah terjadi di ruas Jalan HR Soebrantas-Soekarno Hatta, Jalan Arifin Achmad dan persimpangan Jalan Jenderal Sudirman-Arifin Achmad.
Sekarang masih itu juga. Genangan air di persimpangan Jalan HR Soebrantas-Soekarno Hatta dan Arifin Achmad-Jenderal Sudirman mencapai ketinggian 50 centimeter.
Di Jalan HR Soebrantas terdapat lima titik genangan yakni di persimpangan SM Amin, persimpangan Jalan Delima hingga di Pondok Pesantrean Babussalam, di depan RM Sederhana dan menjelang Simpang Pasar Pagi Arengka. Kondisi ini juga menimbulkan kemacetan panjang di salah satu ruas jalan paling sibuk di Pekanbaru ini.
Tepatnya jalur dari arah Simpang SM Amin menuju Pasar Pagi Arengka. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya kendaraan roda dua dan roda empat yang terjebak dan mogok akibat melintas genangan air.
Kita berharap Wali Kota kita yang baru mampu mengatasi persoalan publik yang satu ini. Apalagi harapan itu bukan tanpa alasan. Firdaus MT orang yang pernah memimpin Dinas PU Riau.
Tentunya sebagai orang yang pernah di lapangan dia tahu persis apa yang kurang dan perlu dibenahi di kota yang kini dipimpinnya.
Jika kali ini ia masih dikalahkan banjir ia harus lebih fokus mengatasi hal yang jelas-jelas ini dulu dalam masa kepemimpinannya.
Memang ada beberapa kemungkinan terjadinya banjir di Jalan HR Soebrantas tentu layak dicermati. Di antaranya akibat drainase yang ada di sana tersumbat sampah dan membuat aliran air tak berjalan lancar.
Soal sampah ini dikatakan langsung oleh wali kota. Jika statemen ini benar berarti perilaku publik lah yang harus dikoreksi. Membuang sampah tidak pada tempatnya adalah budaya orang yang tidak bertanggung jawab.
Sebanyak apapun drainase yang dibuat wali kota maka problemnya tetap akan sama jika sampah tak terkendali.
Menurut wali kota upaya mengatasi persoalan lama di kota ini telah dilakukan. Misalnya, membangun drainase untuk membuang air di sekitar Soebrantas-SM Amin ke Sungai Air Hitam.
Selain itu pihak Pemko, lanjutnya, juga melakukan pembangunan kolam retensi atau waduk resapan di sekitar Jalan Cipta Karya.
Pemko Pekanbaru pasti telah berbuat untuk mengatasi banjir di jalan-jalan protokol. Persoalannya adalah semua yang dibuat itu ternyata belum cukup untuk melawan kenyataan yang terjadi setiap turun hujan lebat di kota ini.
Pertanyaannya bila jalan protokol yang merupakan wajah utama ibu kota provinsi ini saja belum teratasi banjirnya apalagi banjir-banjir yang melanda rumah warga entah itu di tengah kota apalagi di pinggir kota.
Hujan kembali menguji pernyataan setiap pejabat berwenang di kota ini. Hujan tak pernah bohong. Hujan akan memperjelas keadaan yang sebenarnya.***
[ArtikelKeren] TAJUK RENCANA - Perkara banjir di seruas jalan Kota Pekanbaru pasca hujan lebat yang mengguyur kota bukan persoalan baru. Itu persoalan lama dan cenderung klasik.
Meski orang yang memimpin Kota Pekanbaru bukan orang lama lagi sudah baru, tapi persoalan lama belum kunjung teratasi.
Dulu titik banjir paling parah terjadi di ruas Jalan HR Soebrantas-Soekarno Hatta, Jalan Arifin Achmad dan persimpangan Jalan Jenderal Sudirman-Arifin Achmad.
Sekarang masih itu juga. Genangan air di persimpangan Jalan HR Soebrantas-Soekarno Hatta dan Arifin Achmad-Jenderal Sudirman mencapai ketinggian 50 centimeter.
Di Jalan HR Soebrantas terdapat lima titik genangan yakni di persimpangan SM Amin, persimpangan Jalan Delima hingga di Pondok Pesantrean Babussalam, di depan RM Sederhana dan menjelang Simpang Pasar Pagi Arengka. Kondisi ini juga menimbulkan kemacetan panjang di salah satu ruas jalan paling sibuk di Pekanbaru ini.
Tepatnya jalur dari arah Simpang SM Amin menuju Pasar Pagi Arengka. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya kendaraan roda dua dan roda empat yang terjebak dan mogok akibat melintas genangan air.
Kita berharap Wali Kota kita yang baru mampu mengatasi persoalan publik yang satu ini. Apalagi harapan itu bukan tanpa alasan. Firdaus MT orang yang pernah memimpin Dinas PU Riau.
Tentunya sebagai orang yang pernah di lapangan dia tahu persis apa yang kurang dan perlu dibenahi di kota yang kini dipimpinnya.
Jika kali ini ia masih dikalahkan banjir ia harus lebih fokus mengatasi hal yang jelas-jelas ini dulu dalam masa kepemimpinannya.
Memang ada beberapa kemungkinan terjadinya banjir di Jalan HR Soebrantas tentu layak dicermati. Di antaranya akibat drainase yang ada di sana tersumbat sampah dan membuat aliran air tak berjalan lancar.
Soal sampah ini dikatakan langsung oleh wali kota. Jika statemen ini benar berarti perilaku publik lah yang harus dikoreksi. Membuang sampah tidak pada tempatnya adalah budaya orang yang tidak bertanggung jawab.
Sebanyak apapun drainase yang dibuat wali kota maka problemnya tetap akan sama jika sampah tak terkendali.
Menurut wali kota upaya mengatasi persoalan lama di kota ini telah dilakukan. Misalnya, membangun drainase untuk membuang air di sekitar Soebrantas-SM Amin ke Sungai Air Hitam.
Selain itu pihak Pemko, lanjutnya, juga melakukan pembangunan kolam retensi atau waduk resapan di sekitar Jalan Cipta Karya.
Pemko Pekanbaru pasti telah berbuat untuk mengatasi banjir di jalan-jalan protokol. Persoalannya adalah semua yang dibuat itu ternyata belum cukup untuk melawan kenyataan yang terjadi setiap turun hujan lebat di kota ini.
Pertanyaannya bila jalan protokol yang merupakan wajah utama ibu kota provinsi ini saja belum teratasi banjirnya apalagi banjir-banjir yang melanda rumah warga entah itu di tengah kota apalagi di pinggir kota.
Hujan kembali menguji pernyataan setiap pejabat berwenang di kota ini. Hujan tak pernah bohong. Hujan akan memperjelas keadaan yang sebenarnya.***
Sumber : riaupos.co
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.