[ArtikelKeren] NEWS - Sebagai daerah yang memiliki potensi kelapa cukup besar, Kepulauan Meranti berpeluang besar untuk dikembangkan industri hulu dan hilir dari tanaman tersebut.
Apalagi selama ini, dengan luas kebun kelapa lebih kurang 30 hektare menjadikan Meranti sebagai pemasok kelapa ke Malaysia.
Namun, sejauh ini masyarakat petani kelapa di Kepulauan Meranti belum bisa tersejahterakan. Hal ini diakibatkan rendahnya harga jual kelapa diakibatkan permainan para tengkulak.
Bupati Kepulauan Meranti, Drs Irwan Nasir MSi mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Menurut bupati, pemkab terus berupaya mencarikan solusi agar para petani bisa menjual kelapa mereka dengan harga yang layak. Salah satunya, dengan menarik para investor dan terus mempromosikan potensi kelapa yang dimiliki.
‘’Dengan luas perkebunan kelapa yang kita miliki, Meranti memiliki bahan baku yang cukup untuk dikembangkan berbagai industri hilir,’’ kata Bupati Irwan, belum lama ini.
Tidak hanya itu, dari kelapa tersebut bisa dihasilkan berbagai produk yang dapat dikembangkan sehingga bernilai ekonomis. Di antaranya, gula kelapa yang kini telah mulai dikembangkan oleh petani kelapa.
‘’Pemkab Meranti komit akan mempermudah para investor yang akan masuk. Bahkan kita melakukan kebijakan tax holiday atau bebas pajak dalam waktu tertentu bagi para pengusaha baru,’’ ujar Irwan.
Anggota DPRD Kepulauan Meranti, Pauzi, saat ditemui mengaku sepakat dengan rencana pemkab tersebut. ‘’Memang salah satu solusinya dengan memasukkan investor yang ingin membangun industri hilir dari tanaman kelapa di Meranti,’’ katanya.
Sementara itu, untuk solusi dalam jangka pendek, Pauzi mengusulkan agar bisa dibentuk semacam lembaga yang berbadan hukum untuk menampung kelapa-kelapa para petani.
‘’Bisa dibuat semacam koperasi yang siap membeli kelapa para petani. Dengan begitu harga jual kelapa tidak lagi dimainkan oleh para tengkulak,’’ ujarnya.
Nyoto, salah seorang petani kelapa di Desa Kedabu Rapat, Kecamatan Rangsang Pesisir, menuturkan selama ini banyak para petani lebih memilih tidak menjual kelapa milik mereka.
‘’Harga jual dengan penampung sangat murah pak, hanya sekitar Rp500 per butir. Kalau harganya cuma segitu, tidak ada untungnya pak. Belum lagi kita harus bayar upah angkat dari kebun ke penampung,’’ keluhnya.
Dia sangat berharap Pemkab Kepulauan Meranti bisa secepatnya membantu para petani sepertinya. Sehingga kesejahteraan para petani kelapa bisa terbantu.
Apalagi selama ini, dengan luas kebun kelapa lebih kurang 30 hektare menjadikan Meranti sebagai pemasok kelapa ke Malaysia.
Namun, sejauh ini masyarakat petani kelapa di Kepulauan Meranti belum bisa tersejahterakan. Hal ini diakibatkan rendahnya harga jual kelapa diakibatkan permainan para tengkulak.
Bupati Kepulauan Meranti, Drs Irwan Nasir MSi mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Menurut bupati, pemkab terus berupaya mencarikan solusi agar para petani bisa menjual kelapa mereka dengan harga yang layak. Salah satunya, dengan menarik para investor dan terus mempromosikan potensi kelapa yang dimiliki.
‘’Dengan luas perkebunan kelapa yang kita miliki, Meranti memiliki bahan baku yang cukup untuk dikembangkan berbagai industri hilir,’’ kata Bupati Irwan, belum lama ini.
Tidak hanya itu, dari kelapa tersebut bisa dihasilkan berbagai produk yang dapat dikembangkan sehingga bernilai ekonomis. Di antaranya, gula kelapa yang kini telah mulai dikembangkan oleh petani kelapa.
‘’Pemkab Meranti komit akan mempermudah para investor yang akan masuk. Bahkan kita melakukan kebijakan tax holiday atau bebas pajak dalam waktu tertentu bagi para pengusaha baru,’’ ujar Irwan.
Anggota DPRD Kepulauan Meranti, Pauzi, saat ditemui mengaku sepakat dengan rencana pemkab tersebut. ‘’Memang salah satu solusinya dengan memasukkan investor yang ingin membangun industri hilir dari tanaman kelapa di Meranti,’’ katanya.
Sementara itu, untuk solusi dalam jangka pendek, Pauzi mengusulkan agar bisa dibentuk semacam lembaga yang berbadan hukum untuk menampung kelapa-kelapa para petani.
‘’Bisa dibuat semacam koperasi yang siap membeli kelapa para petani. Dengan begitu harga jual kelapa tidak lagi dimainkan oleh para tengkulak,’’ ujarnya.
Nyoto, salah seorang petani kelapa di Desa Kedabu Rapat, Kecamatan Rangsang Pesisir, menuturkan selama ini banyak para petani lebih memilih tidak menjual kelapa milik mereka.
‘’Harga jual dengan penampung sangat murah pak, hanya sekitar Rp500 per butir. Kalau harganya cuma segitu, tidak ada untungnya pak. Belum lagi kita harus bayar upah angkat dari kebun ke penampung,’’ keluhnya.
Dia sangat berharap Pemkab Kepulauan Meranti bisa secepatnya membantu para petani sepertinya. Sehingga kesejahteraan para petani kelapa bisa terbantu.
Sumber : riaupos.co
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.