Oleh :

[ArtikelKeren] TAJUK RENCANA - Ada eforia yang kini menghinggapi sepakbola Indonesia. Ketika “kakak-kakaknya” gagal memperlihatkan prestasi yang baik bagi Indonesia, tim nasional (timnas) U-19 asuhan Indra Syafri seolah menyiramkan air dingin di padang pasir.
Keberhasilan meraih juara Piala AFF U-19 di Sidoarjo sebulan lalu, adalah torehan gelar resmi sepakbola Indonesia setelah 22 tahun.
Indonesia terakhir meraih gelar juara di iven resmi ketika meraih medali emas SEA Games Filipina tahun 1991. Ketika itu, tim asuhan Anatoly Polosin itu mengalahkan Thailand lewat adu penalti.
Setelah itu, di banyak iven resmi yang diikuti, Indonesia nirgelar. Piala AFF (dulu Piala Tiger) hanya memberi prestasi “hampir” juara, yakni empat kali masuk final.
Kini, Evan Dimas dan rekan-rekannya bertarung di Grup H Pra Piala AFC U-19. Harapan masyarakat Indonesia sangat tinggi untuk ajang ini, yakni lolos ke putaran final yang akan dimainkan di Myanmar 2014.
Jalan ke sana sudah dirintis. Di dua pertandingan awal, Laos dan Filipina berhasil diatasi dengan skor masing-masing 4-0 dan 2-0. Hari ini, Korea Selatan (Korsel) akan menghadang langkah kita.
Nilai kedua tim sama, 6, tetapi si juara 12 kali AFC U-19 itu unggul dalam selisih gol. Jika menang, berapa pun golnya, Indonesia akan lolos otomatis menyusul Oman, Uni Emirat Arab, Vietnam dan Irak yang sudah lebih dulu lolos.
Jika seri atau kalah, Indonesia praktis menjadi runner-up, dan harus bersaing dengan 8 runner-up lainnya untuk memperebutkan 6 tiket sebagai runner-up terbaik.
Di posisi ini, kemungkinan besar kita akan bersaing dengan Korea Utara, Cina, Australia, Kuwait, Yaman dan Uzbekistan.
Kita harus mengejar kedigjayaan Vietnam yang bermain luar biasa di Grup F. Tim yang kita kalahkan lewat adu penalti di final AFF U-19 ini, bermain luar biasa dengan mengalahkan Hongkong 5-1, Australia 5-1, dan Taiwan 6-1. Vietnam menjadi negara pertama yang lolos ke putaran final.
Kesuksesan Vietnam mencukur Australia boleh dijadikan penyemangat. Sebab, saat ini, bersama Jepang, Korea Selatan, Cina, Arab Saudi, Iran dan beberapa negara lainnya, Australia yang merupakan anggota baru AFC dan beberapa bulan lalu masuk anggota AFF, masuk level atas sepakbola Asia. Artinya, jika Vietnam bisa menang besar lawan Australia, kita harusnya juga bisa menang atas Korsel.
Selain bermain di kandang sendiri, juga memiliki permainan yang baik dan berkualitas tinggi.
Jika melihat ke belakang, di level U-19 ini, Indonesia ternyata pernah menjadi juara dan beberapa kali masuk final. Sudah 15 kali Indonesia ikut di turnamen ini, dan prestasi terbaik adalah juara tahun 1961 bersama Burma (Myanmar). Setelah itu, Indonesia juga meraih beberapa catatan terbaik.
Rinciannya, Indonesia pernah dua kali finish di posisi runner-up di tahun 1967 dan 1970. Selain itu, Indonesia tercatat menempati peringkat tiga tahun 1962 dan mencapai semifinal di tahun 1960 dan 1964.
Catatan ini sangat mentereng untuk ukuran prestasi sepakbola kita sekarang yang lebih sering ramai di kongres dan olahraga beladiri di lapangan.
Dan, semestinya, PSSI sebagai induk organisasi, juga kita yang pasti berharap banyak, harus tetap memberi apresiasi tinggi, meskipun nanti kalah lawan Korsel.
Sebab, meski Indra Syafri yakin timnya bisa mengalahkan Korsel –keyakinan seperti ini memang perlu ditanamkan— tetapi harus tetap melihat realitas.
Di luar itu, permainan menawan di setiap pertandingan yang perlihatkan anak-anak U-19 ini harus menjadi penyemangat bagi tim U-23 yang akan bertarung di SEA Games Myanmar, dan tim senior yang bertarung melawan Cina di Pra Piala Asia 2014.
Kita semua berharap, kesuksesan di AFF 2013 akan terus menular ke kualifikasi AFC 2014, dan kemudian menular ke iven-iven lain ke depannya. Semoga.***

[ArtikelKeren] TAJUK RENCANA - Ada eforia yang kini menghinggapi sepakbola Indonesia. Ketika “kakak-kakaknya” gagal memperlihatkan prestasi yang baik bagi Indonesia, tim nasional (timnas) U-19 asuhan Indra Syafri seolah menyiramkan air dingin di padang pasir.
Keberhasilan meraih juara Piala AFF U-19 di Sidoarjo sebulan lalu, adalah torehan gelar resmi sepakbola Indonesia setelah 22 tahun.
Indonesia terakhir meraih gelar juara di iven resmi ketika meraih medali emas SEA Games Filipina tahun 1991. Ketika itu, tim asuhan Anatoly Polosin itu mengalahkan Thailand lewat adu penalti.
Setelah itu, di banyak iven resmi yang diikuti, Indonesia nirgelar. Piala AFF (dulu Piala Tiger) hanya memberi prestasi “hampir” juara, yakni empat kali masuk final.
Kini, Evan Dimas dan rekan-rekannya bertarung di Grup H Pra Piala AFC U-19. Harapan masyarakat Indonesia sangat tinggi untuk ajang ini, yakni lolos ke putaran final yang akan dimainkan di Myanmar 2014.
Jalan ke sana sudah dirintis. Di dua pertandingan awal, Laos dan Filipina berhasil diatasi dengan skor masing-masing 4-0 dan 2-0. Hari ini, Korea Selatan (Korsel) akan menghadang langkah kita.
Nilai kedua tim sama, 6, tetapi si juara 12 kali AFC U-19 itu unggul dalam selisih gol. Jika menang, berapa pun golnya, Indonesia akan lolos otomatis menyusul Oman, Uni Emirat Arab, Vietnam dan Irak yang sudah lebih dulu lolos.
Jika seri atau kalah, Indonesia praktis menjadi runner-up, dan harus bersaing dengan 8 runner-up lainnya untuk memperebutkan 6 tiket sebagai runner-up terbaik.
Di posisi ini, kemungkinan besar kita akan bersaing dengan Korea Utara, Cina, Australia, Kuwait, Yaman dan Uzbekistan.
Kita harus mengejar kedigjayaan Vietnam yang bermain luar biasa di Grup F. Tim yang kita kalahkan lewat adu penalti di final AFF U-19 ini, bermain luar biasa dengan mengalahkan Hongkong 5-1, Australia 5-1, dan Taiwan 6-1. Vietnam menjadi negara pertama yang lolos ke putaran final.
Kesuksesan Vietnam mencukur Australia boleh dijadikan penyemangat. Sebab, saat ini, bersama Jepang, Korea Selatan, Cina, Arab Saudi, Iran dan beberapa negara lainnya, Australia yang merupakan anggota baru AFC dan beberapa bulan lalu masuk anggota AFF, masuk level atas sepakbola Asia. Artinya, jika Vietnam bisa menang besar lawan Australia, kita harusnya juga bisa menang atas Korsel.
Selain bermain di kandang sendiri, juga memiliki permainan yang baik dan berkualitas tinggi.
Jika melihat ke belakang, di level U-19 ini, Indonesia ternyata pernah menjadi juara dan beberapa kali masuk final. Sudah 15 kali Indonesia ikut di turnamen ini, dan prestasi terbaik adalah juara tahun 1961 bersama Burma (Myanmar). Setelah itu, Indonesia juga meraih beberapa catatan terbaik.
Rinciannya, Indonesia pernah dua kali finish di posisi runner-up di tahun 1967 dan 1970. Selain itu, Indonesia tercatat menempati peringkat tiga tahun 1962 dan mencapai semifinal di tahun 1960 dan 1964.
Catatan ini sangat mentereng untuk ukuran prestasi sepakbola kita sekarang yang lebih sering ramai di kongres dan olahraga beladiri di lapangan.
Dan, semestinya, PSSI sebagai induk organisasi, juga kita yang pasti berharap banyak, harus tetap memberi apresiasi tinggi, meskipun nanti kalah lawan Korsel.
Sebab, meski Indra Syafri yakin timnya bisa mengalahkan Korsel –keyakinan seperti ini memang perlu ditanamkan— tetapi harus tetap melihat realitas.
Di luar itu, permainan menawan di setiap pertandingan yang perlihatkan anak-anak U-19 ini harus menjadi penyemangat bagi tim U-23 yang akan bertarung di SEA Games Myanmar, dan tim senior yang bertarung melawan Cina di Pra Piala Asia 2014.
Kita semua berharap, kesuksesan di AFF 2013 akan terus menular ke kualifikasi AFC 2014, dan kemudian menular ke iven-iven lain ke depannya. Semoga.***
Sumber : riaupos.co
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.