Dalam setiap kehidupan, ada kesedihan dan kebahagiaan, ada hari dimana kita kehilangan kepercayaan kita, hari dimana teman kita melawan diri kita sendiri. Tapi hari itu tak akan pernah datang saat kita membela suatu hal yang paling berharga dalam hidup ~ @MotivatorSuper

Selasa, 24 September 2013

Pluralisme Kota

Selasa, September 24, 2013 By Unknown No comments

Oleh : Apriyan D Rakhmat


 
[ArtikelKeren] OPINI - Kota biasanya dicirikan dengan tumpuan berbagai aktivitas penting yang meliputi aspek ekonomi, sosial dan politik. Sehubungan itu, kota menjadi daya tarik dari berbagai sisi, dan seterusnya dikunjungi dan didiami oleh ramai orang dengan berbagai latar belakang budaya, etnis, agama dan ras. Kota akhirnya menjadi plural dan multikultural.

Kota-kota modern masa kini menunjukkan tren yang demikian, baik yang terdapat di negara maju maupun di negara-negara berkembang lainnya, dari Eropa hingga Asia dan Afrika, dengan kadar dan tahap yang berbeda-beda.

Kota London, Inggris adalah contoh terbaik dalam hal pluralisme, di mana hampir seluruh etnis dan bangsa besar dunia dapat dijumpai di sana, mulai dari Asia, Afrika, Amerika dan tentunya Eropa. London dapat dikatakan sebagai pertemuan beragam budaya dan etnis di dunia. Di sana juga berkembang agama-agama besar di dunia.

Yang lebih menarik lagi adalah Kota Dubai, Uni Emirat Arab, yang dikenal dengan bangunan Burj elArabi yang merupakan bangunan tertinggi di dunia,. merupakan kota yang justru penghuninya lebih banyak orang asing (Asia, Afrika dan Eropa), dengan kata lain pendatang lebih mendominasi kaum pribumi Arab.

Melongok sedikit ke negara tetangga, Singapura. Di sana juga ramai didiami oleh suku bangsa dunia, dari dahulu kala hingga zaman sekarang. Oleh karena itu, di sana ada kawasan Arab Street, Little India, Kampong Melayu dan yang lainnya. Menariknya lagi, di Singapura bahasa pertama urusan kenegaraan justru menggunakan Bahasa Inggris. Oleh karena itu, jika berjalan di saentero Singapura bagi yang pertama kali berkunjung ke Negeri Singa tersebut akan sedikit terkejut, karena penduduk Singapura yang didominasi etnis Cina justru menggunakan bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari, jarang sekali terdengar menggunakan Bahasa Mandarin walaupun sesama mereka. Begitu juga etnis Melayu dan India.

Jika berjalan di pusat-pusat keramaian pada akhir pekan di Singapura, maka akan terlihat suasana pluralisme di sana, dengan etnis dan budaya yang beragam, yang dapat diperhatikan dari warna kulit, bentuk rambut dan gaya bicaranya. Semuanya seperti ada terkumpul di sana.

Begitu juga Kota Kualalumpur, Malaysia, menunjukkan cukup tingginya persinggungan etnis dan budaya. Tiga etnis besar yaitu Melayu, Cina dan India tinggal di sana, ditambah lagi para pendatang dan ekspatriat dari Eropa, Afrika dan Eropa, termasuk dimeriahkan lagi dengan para tenaga kerja dari Indonesia, Banglades, Filipina dan Myanmar. Malaysia juga mencatat kedatangan pelancong asing yang cukup tinggi setiap tahunnya, sekitar 20 juta turis asing setiap tahun.

Untuk Indonesia, dapat dikatakan bahwa Jakarta adalah kota yang paling plural dengan hampir seluruh etnis dan suku bangsa besar Indonesia dapat dijumpai di sana, mulai dari Papua, Kalimantan hingga Aceh. Justru penduduk asli Jakarta, Betawi sudah dikalahkan jumlahnya oleh warga pendatang. Di sana juga dapat dijumpai etnis dan berbagai suku bangsa di dunia, baik sebagai tenaga kerja asing, mahasiswa maupun pelancong.

Keadaan di Riau
Jika pembahasan menukik ke skala lokal, Provinsi Riau, maka tidak dapat dinafikan bahwa Kota Pekanbaru adalah jantung pertemuan etnis dan suku yang ada di Riau, mulai dari Indragiri Hilir hingga Rokan Hilir, Indragiri Hulu hingga Rokan Hulu, Kuantan Singingi hingga bermuara ke Siak Sri Indrapura dan seterusnya.

Sama seperti halnya Dubai atau Jakarta, penduduk pribumi Melayu jumlahnya sudah tidak lagi mendominasi Pekanbaru. Walaupun begitu Budaya Melayu masih lagi dikekalkan sebagai jati diri daerah.

Perkembangan pembangunan Kota Pekanbaru yang cukup pesat semenjak tahun 1990-an telah pula menarik minat investor dari luar Riau dan mancanegara, sehingga kemudian Pekanbaru menjadi semakin ramai dan plural, tidak hanya didiami orang Riau dan bangsa Indonesia, tetapi juga orang-orang asing, baik sebagai tenaga kerja, pelajar ataupun para pelancong.

Dalam konteks ini, pluralisme dan multikultural dapat dijadikan modal dan kekuatan baru di dalam mempercepat derap pembangunan kota, dan sekaligus dapat mempertingkatkan kualitas hidup di perkotaan. Dapat dibayangkan bagaimana wajah Pekanbaru hari ini, jika tidak ada para pendatang dari Minangkabau, Jawa, Sunda, Batak dan pedagang dari etnis Cina.

Masalahnya di sini adalah bagaimana menjaga keharmonian dan keseimbangan di dalam kehidupan kota yang sudah menjadi plural dan multikultural tersebut.

Idealnya, pluralisme yang telah terwujud dapat dirajut dalam bentuk satu tenunan berbingkai persatuan yang kokoh, tanpa ada yang merasa berada lebih di atas atau ada yang terpinggirkan. Semuanya mempunyai kesempatan dan peluang yang sama di dalam seluruh aspek kehidupan secara proporsional dan berkeadilan.

Namun begitu, dalam etika luhur bangsa, juga tidak dapat menafikan identitas penduduk asli dan budaya yang melekat padanya. Inilah kemudian yang menjadi ciri khas dan keunikan suatu kota dengan yang lainnya.

Dalam konteks pembangunan Kota Pekanbaru sebagai contoh, sudah diterapkan dalam visi Pekanbaru 2021 dengan menjadikan Budaya Melayu sebagai ciri khas dan jati diri Pekanbaru. Budaya lain dipersilahkan berkembang dan justru menambah semarak plurisme Kota Pekanbaru, namun harus seirama dengan spirit dan roh Budaya Melayu.

Namun juga dalam perjalanan sejarah di Tanah Air, khususnya pasca otonomi daerah, kembali marak istilah penduduk asli dan pendatang. Hal ini juga suatu realita dalam kehidupan yang juga tidak dapat dielakkan di Provinsi Riau. Biasanya isu ini berhembus kencang jika ada kepentingan-kepentingan sepihak atau kelompok-kelompok tertentu, seperti menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada).

Isu ini juga dapat muncul jika ada suatu masalah yang kemudian tidak dapat diselesaikan dengan baik, kemudian merebak dan jika ada celah kaitan dengan masalah suku, agama dan rasa (SARA) dicoba dan diusahakan dikaitkan-kaitkan untuk menyulut emosi warga.

Di sinilah peran penting pemimpin kota yang mempunyai integritas, ketegasan, dan visi jauh ke depan, yang kemudian dapat diimplementasikan dalam realita kehidupan dalam usaha mengayomi dan memberikan rasa keadilan dan kemakmuran kepada seluruh masyarakat. Pemimpin kepada seluruh umat yang berada di bawah kekuasaannya, tanpa membedakan suku, agama, ras dan bendera partai.***


Apriyan D Rakhmat
Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik UIR



Sumber : riaupos.co

0 komentar :

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.


http://artikelkeren27.blogspot.com/2014/01/hasil-seleksi-cpns-kota-pekanbaru-2013.html

http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-kelulusan-cpns-kementerian.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/pengumuman-daftar-nilai-tkd-dan-tkb.html



http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-indragiri.html


http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-kuantan.html
http://artikelkeren27.blogspot.com/2013/12/hasil-seleksi-cpns-kabupaten-siak-2013.html










PETUNJUK PENGGUNAAN