[ArtikelKeren] HEALTH FOOD - Butuh kreativitas orangtua untuk bisa membujuk anak yang sulit makan. Tak sedikit orangtua yang akhirnya "menyerah" dengan mengalihkan perhatian anaknya selagi menyuapinya makan.
Padahal menurut dr Saptawati Bardosono, ahli gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengalihkan perhatian anak saat makan, misalnya dengan televisi, akan berdampak tidak baik bagi perkembangan mental si kecil, terutama untuk konsep lapar dan kenyang.
"Jika dialihkan dengan televisi, anak jadi tidak sadar apa yang dimakan. Bahkan tidak sadar dirinya sudah kenyang," jelasnya saat ditemui di Jakarta, Kamis (26/9/2013).
Tidak mengerti konsep lapar dan kenyang dapat meningkatkan risiko obesitas di kemudian hari. Ini karena anak tidak menyadari dirinya sudah kenyang dan tetap terus makan. Padahal makan di saat tubuh sudah kenyang akan mengakibatkan asupan kalori berlebih dan menyebabkan obesitas.
Saat tidak mengerti konsep lapar dan kenyang, tutur Tati (sapaan akrabnya), anak tidak bisa membedakan keinginan makannya benar-benar karena lapar ataukah hanya ingin saja. Apalagi jika kebiasaan "distraksi makan" tersebut diteruskan hingga dewasa. Otak tidak akan menerima sinyal "kenyang" dari tubuh, sehingga cenderung mudah lapar saat melihat makanan.
Karena itu, kata Tati, momen menyuapi anak harus hanya terdiri dari ibu atau ayah, anak, dan makanan. "Momen itu adalah saat yang paling tepat untuk membentuk ikatan batin antara orangtua dan anak," ungkapnya.
Tati juga berujar, agar anak mau makan, sebaiknya orangtua menciptakan suasana yang menyenangkan, bukan mengalihkan perhatiannya. Buatlah cerita atau nyanyian-nyanyian tentang makanan.
"Beri juga pengertian tentang fungsi masing-masing dari bahan pangan. Misalnya kentang, mengandung karbohidrat, bisa memberi Adik energi supaya bisa kuat belajar dan bermain," tuturnya.
Jika anak masih sulit juga untuk makan, artinya anak belum lapar dan tidak siap untuk makan. Maka, saran Tati, tunggu saja sampai anak lapar dan minta makan.
"Jangan biarkan anak makan lebih dari dua puluh menit, itu sudah terlalu lama. Sebaiknya hantikan saja kegiatan makan dan baru mulai lagi saat anak memintanya," pungkasnya.
Padahal menurut dr Saptawati Bardosono, ahli gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengalihkan perhatian anak saat makan, misalnya dengan televisi, akan berdampak tidak baik bagi perkembangan mental si kecil, terutama untuk konsep lapar dan kenyang.
"Jika dialihkan dengan televisi, anak jadi tidak sadar apa yang dimakan. Bahkan tidak sadar dirinya sudah kenyang," jelasnya saat ditemui di Jakarta, Kamis (26/9/2013).
Tidak mengerti konsep lapar dan kenyang dapat meningkatkan risiko obesitas di kemudian hari. Ini karena anak tidak menyadari dirinya sudah kenyang dan tetap terus makan. Padahal makan di saat tubuh sudah kenyang akan mengakibatkan asupan kalori berlebih dan menyebabkan obesitas.
Saat tidak mengerti konsep lapar dan kenyang, tutur Tati (sapaan akrabnya), anak tidak bisa membedakan keinginan makannya benar-benar karena lapar ataukah hanya ingin saja. Apalagi jika kebiasaan "distraksi makan" tersebut diteruskan hingga dewasa. Otak tidak akan menerima sinyal "kenyang" dari tubuh, sehingga cenderung mudah lapar saat melihat makanan.
Karena itu, kata Tati, momen menyuapi anak harus hanya terdiri dari ibu atau ayah, anak, dan makanan. "Momen itu adalah saat yang paling tepat untuk membentuk ikatan batin antara orangtua dan anak," ungkapnya.
Tati juga berujar, agar anak mau makan, sebaiknya orangtua menciptakan suasana yang menyenangkan, bukan mengalihkan perhatiannya. Buatlah cerita atau nyanyian-nyanyian tentang makanan.
"Beri juga pengertian tentang fungsi masing-masing dari bahan pangan. Misalnya kentang, mengandung karbohidrat, bisa memberi Adik energi supaya bisa kuat belajar dan bermain," tuturnya.
Jika anak masih sulit juga untuk makan, artinya anak belum lapar dan tidak siap untuk makan. Maka, saran Tati, tunggu saja sampai anak lapar dan minta makan.
"Jangan biarkan anak makan lebih dari dua puluh menit, itu sudah terlalu lama. Sebaiknya hantikan saja kegiatan makan dan baru mulai lagi saat anak memintanya," pungkasnya.
Sumber : Healthday News
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.