Oleh : Apriyan D Rakhmat
[ArtikelKeren] OPINI - Pembangunan kota-kota di Tanah Air cukup menggembirakan dan menggairahkan, termasuk di Provinsi Riau dalam dua dekade belakangan ini.
Kota Pekanbaru sebagai lokomotif pembangunan di Riau sebagai contoh, terus berbenah diri dan menunjukkan jati dirinya sebagai kota terbesar dan paling berpengaruh di Riau.
Supermarket, mini market, dan pusat perbelanjaan modern lainnya terus meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun.
Properti juga terus menggeliat dengan pembangunan kawasan perumahan, cluster dan perkantoran berkelas dengan pengembang (developer) dari Jakarta dan lokal. Begitu juga pembangunan rumah sakit modern yang dibangun swasta terus bertambah jumlahnya.
Mobil pribadi dan kendaraan roda dua semakin memadati jalan raya. Warga kota juga turut berdandan ria dengan gaya hidup urban masa kini, layaknya yang ada di negara-negara maju.
Budaya berbelanja (shopping) ke mal seakan sudah semakin membudaya. Pergi ke salon bagi kaum hawa bukan lagi barang mewah. Menginap di hotel pada akhir pekan bersama keluarga sudah semakin lazim dilakoni. Demikian juga acara berlibur ke luar kota, bahkan ke luar negeri sudah semakin menggejala.
Pemerintah kota di sisi lainnya juga tidak mau ketinggalan dengan peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur dan pelayanannya kepada masyarakat. Gedung-gedung pemerintah terus didandani sesuai kemajuan jaman.
Jalan-jalan terus digesa peningkatan kualitasnya, termasuk di kawasan perumahan, yang dulunya jalan tanah dan kerikil dilakukan seminisasi atau pengaspalan. Jalan layang (fly over) untuk mengatasi kemacetan lalu lintas juga telah dibangun. Jembatan untuk memperlancar arus transportasi juga terus dibangun.
Transportasi kota juga semakin berkualitas. Begitu juga dengan kebersihan kota yang terus dijaga dan ditingkatkan kualitasnya.
Termasuk juga perbaikan drainase kota untuk mengantisipasi hujan lebat terus digesa pembangunannya. Berjalan ke pusat kota juga semakin berdelau dan berkilau, apalagi di malam hari dengan sorotan lampu penerang jalan. Jalan-jalan di pusat kota juga semakin licin dan mengkilap aspalnya.
Pokoknya, bagi orang luar yang datang dan berkunjung ke Pekanbaru banyak yang menyanjung dan memuji kepesatan pembangunan Kota Pekanbaru.
Peningkatan Kelas Menengah
Tidak dipungkiri bahwa jumlah kelas menengah terus bertumbuh di Tanah Air. Pertumbuhan kelas menengah dengan mayoritas usia produktif yakni 14-65 tahun, yang menjadi di antara faktor utama geliat ekonomi semakin menonjol.
Bank Dunia menyebutkan, jumlah kelas menengah Indonesia meningkat dari 25 persen pada 1999 menjadi 56,5 persen populasi penduduk pada 2010.
Kini diperkirakan terdapat sekitar 134 juta penduduk yang masuk dalam kategori ini. Jumlah penduduk sangat mapan, berpenghasilan Rp240 juta atau investasi Rp150 juta per tahun sekitar 4 juta orang.
Mencermati perkembangan ini, para pengusaha dan investor begitu cepat dan tanggap menangkap peluang ini. Mereka dengan segera membangun dan menciptakan iklim usaha dan bisnis yang disesuaikan dengan tuntutan dan gaya hidup kalangan menengah yang semakin memperhatikan kualitas dan pelayanan.
Bagi kelompok ini, harga semakin dikalahkan oleh jaminan kualitas dan pelayanan yang diberikan. Berdasarkan data dari Boston Consulting Group (BCG), pasar kelas menengah Indonesia saat ini sudah mencapai 74 juta orang. Angka itu diprakirakan akan meningkat menjadi 141 juta orang pada 2020.
Gejala ini sudah semakin menjadi kenyataan di Pekanbaru. Lihatlah pasar perumahan kelas menengah ke atas yang dibangun pengembang bereputasi dengan harga di atas Rp400 juta per unit laris manis, bahkan pelanggan harus antre untuk memesannya.
Perumahan berkelas semakin dicari dan diminati. Demikian juga pasar penjualan mobil pribadi terus menunjukkan peningkatan.
Secara umum di Tanah Air, penjualan kendaraan roda dua meningkat rata-rata 9,2 persen per tahun selama satu dekade terakhir, pinjaman dana untuk kendaraan dari perbankan tumbuh 29,33 persen per akhir Januari 2012, pertumbuhan pasar elektronik pun mencapai 17 persen yang sebagian dipicu pembelian ponsel.
Fenomena Indomaret
Indomaret dan Alfamart dengan gerai-gerainya terus unjuk gigi dan menampakkan jatidirinya di Kota Pekanbaru. Walaupun harga barang-barangnya relatif mahal dibandingkan kedai-kedai biasa, namun gerai modern tersebut tidak sepi pengunjung, bahkan semakin ramai warga yang mengunjunginya.
Kenapa? Karena meningkatnya kelompok menengah yang haus akan jaminan kualitas dan pelayanan. Indomaret dan Alfamart dengan cerdik membaca situasi, dengan kualitas bangunan toko yang aduhai, kualitas pelayanan serta keramahtamahan karyawan/wati yang ibarat pramugari ketika menaiki pesawat terbang.
Dalam konteks ini, kedai-kedai dan toko yang tidak dapat menyesuaikan dengan tuntuntan ini akan semakin ditinggalkan para pelanggan.
Dalam hal ini, Indomaret dan Alfamart juga terus diuntungkan oleh euforia gaya hidup urban di Tanah Air. Masyarakat, secara sadar ataupun tidak, merasa nyaman dengan situasi baru tersebut.
Mereka juga merasa ada kelas tersendiri bila menenteng tas dan logo Indomaret atau Alfamart dalam barang belanjaan mereka.
Begitu juga misalnya bahwa masyarakat terpedaya dan terbius, dengan logo dan merek tas Matahari ketika pulang ke rumah.
Masyarakat urban juga merasa seolah belum menjadi orang modern kalau belum bisa makan KFC, Pizza Hut, atau A&W. Merasa ketinggalan zaman kalau tidak shoppigg ke mal. Begitulah hebatnya iklan, promosi dan pencitraan yang diciptakan oleh pemilik modal dan ideologi kapitalisme.
Apakah mereka salah? Tidak ada yang keliru dan salah di alam era ekonomi terbuka dan pasar bebas yang diterapkan Indonesia. Semua boleh berinvestasi dan berusaha, bahkan diundang dan digalakkan kehadirannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Perencanaan Kota yang Baik
Dalam konteks perencanaan kota yang baik, terlebih lagi jika merujuk kepada tujuan dan cita-cita pembangunan kota lestari (sustainable city) yang banyak digaungkan masa kini, perlu adanya keharmonisan dan keseimbangan antara pembangunan ekonomi, sosial dan fisik (lingkungan).
Pembangunan juga mesti bersifat inklusif, artinya dapat dinikmati dan dirasakan oleh seluruh kelompok masyarakat, baik yang berpendapatan rendah maupun yang berpendapatan tinggi.
Dalam kegairahan pertumbuhan ekonomi relatif tinggi masa kini, harus ada pembagian distribusi ekonomi yang berkeadilan, antara masyarakat miskin dan yang berpunya.
Para pedagang kaki lima (PKL) dan usaha kecil misalnya dapat berusaha dengan tertib, nyaman dan membahagiakan (happiness) seperti layaknya Indomaret dan Alfamart.
Tentu keuntungan yang didapatkan PKL dan Indomaret jelas tidak akan sama, tetapi intinya sama-sama dapat berusaha dan membahagiakan secara proporsional.
Kehadiran satu usaha tidak boleh mematikan usaha yang lainnya, kalau bisa kehadiran satu usaha baru justru semakin memacu dan meningkatkan usaha yang lainnya.
Demikian juga pendistribusaian ekonomi antarkelompok dan etnis yang ada harus terwujud secara proporsional dan berkeadilan.
Di sinilah letaknya peran penting pemerintah yang telah diamanahkan untuk mengayomi, melindungi dan mensejahteraan seluruh masyarakat.
Pemerintahlah yang mempunyai wewenang, kuasa dan para pegawai terdidik untuk memenuhi amanah ini. Mereka seharusnya berada di garda terdepan membela dan memperjuangkan nasib masyarakat, terutama kelompok masyarakat kecil yang notabene tidak berpunya, tidak bermodal, kurang terpelajar, kurang manajemen, kurang jaringan, kurang penguasaan teknologi, dan kurang yang lainnya.
Mereka inilah yang pada hakekatnya yang perlu dibina, ditata, dilindungi dan diayomi, bukan sebaliknya dipinggirkan, digusur, diusir, dan diintimidasi.
Jika pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan dapat tercipta, maka kerukunan sosial akan lebih mudah terbentuk, gejala kriminal dan tindak kekerasan dapat ditekan, partisipasi pembangunan akan meningkat, dan dalam masa yang bersamaan kondisi lingkungan yang bersih, rapi, teratur dan sehat akan dapat menjadi kenyataan.
Kapan hal seperti ini akan dapat diwujudkan di Kota Pekanbaru dan kota-kota lainnya di Riau?***
Apriyan D Rakhmat, Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik UIR
[ArtikelKeren] OPINI - Pembangunan kota-kota di Tanah Air cukup menggembirakan dan menggairahkan, termasuk di Provinsi Riau dalam dua dekade belakangan ini.
Kota Pekanbaru sebagai lokomotif pembangunan di Riau sebagai contoh, terus berbenah diri dan menunjukkan jati dirinya sebagai kota terbesar dan paling berpengaruh di Riau.
Supermarket, mini market, dan pusat perbelanjaan modern lainnya terus meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun.
Properti juga terus menggeliat dengan pembangunan kawasan perumahan, cluster dan perkantoran berkelas dengan pengembang (developer) dari Jakarta dan lokal. Begitu juga pembangunan rumah sakit modern yang dibangun swasta terus bertambah jumlahnya.
Mobil pribadi dan kendaraan roda dua semakin memadati jalan raya. Warga kota juga turut berdandan ria dengan gaya hidup urban masa kini, layaknya yang ada di negara-negara maju.
Budaya berbelanja (shopping) ke mal seakan sudah semakin membudaya. Pergi ke salon bagi kaum hawa bukan lagi barang mewah. Menginap di hotel pada akhir pekan bersama keluarga sudah semakin lazim dilakoni. Demikian juga acara berlibur ke luar kota, bahkan ke luar negeri sudah semakin menggejala.
Pemerintah kota di sisi lainnya juga tidak mau ketinggalan dengan peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur dan pelayanannya kepada masyarakat. Gedung-gedung pemerintah terus didandani sesuai kemajuan jaman.
Jalan-jalan terus digesa peningkatan kualitasnya, termasuk di kawasan perumahan, yang dulunya jalan tanah dan kerikil dilakukan seminisasi atau pengaspalan. Jalan layang (fly over) untuk mengatasi kemacetan lalu lintas juga telah dibangun. Jembatan untuk memperlancar arus transportasi juga terus dibangun.
Transportasi kota juga semakin berkualitas. Begitu juga dengan kebersihan kota yang terus dijaga dan ditingkatkan kualitasnya.
Termasuk juga perbaikan drainase kota untuk mengantisipasi hujan lebat terus digesa pembangunannya. Berjalan ke pusat kota juga semakin berdelau dan berkilau, apalagi di malam hari dengan sorotan lampu penerang jalan. Jalan-jalan di pusat kota juga semakin licin dan mengkilap aspalnya.
Pokoknya, bagi orang luar yang datang dan berkunjung ke Pekanbaru banyak yang menyanjung dan memuji kepesatan pembangunan Kota Pekanbaru.
Peningkatan Kelas Menengah
Tidak dipungkiri bahwa jumlah kelas menengah terus bertumbuh di Tanah Air. Pertumbuhan kelas menengah dengan mayoritas usia produktif yakni 14-65 tahun, yang menjadi di antara faktor utama geliat ekonomi semakin menonjol.
Bank Dunia menyebutkan, jumlah kelas menengah Indonesia meningkat dari 25 persen pada 1999 menjadi 56,5 persen populasi penduduk pada 2010.
Kini diperkirakan terdapat sekitar 134 juta penduduk yang masuk dalam kategori ini. Jumlah penduduk sangat mapan, berpenghasilan Rp240 juta atau investasi Rp150 juta per tahun sekitar 4 juta orang.
Mencermati perkembangan ini, para pengusaha dan investor begitu cepat dan tanggap menangkap peluang ini. Mereka dengan segera membangun dan menciptakan iklim usaha dan bisnis yang disesuaikan dengan tuntutan dan gaya hidup kalangan menengah yang semakin memperhatikan kualitas dan pelayanan.
Bagi kelompok ini, harga semakin dikalahkan oleh jaminan kualitas dan pelayanan yang diberikan. Berdasarkan data dari Boston Consulting Group (BCG), pasar kelas menengah Indonesia saat ini sudah mencapai 74 juta orang. Angka itu diprakirakan akan meningkat menjadi 141 juta orang pada 2020.
Gejala ini sudah semakin menjadi kenyataan di Pekanbaru. Lihatlah pasar perumahan kelas menengah ke atas yang dibangun pengembang bereputasi dengan harga di atas Rp400 juta per unit laris manis, bahkan pelanggan harus antre untuk memesannya.
Perumahan berkelas semakin dicari dan diminati. Demikian juga pasar penjualan mobil pribadi terus menunjukkan peningkatan.
Secara umum di Tanah Air, penjualan kendaraan roda dua meningkat rata-rata 9,2 persen per tahun selama satu dekade terakhir, pinjaman dana untuk kendaraan dari perbankan tumbuh 29,33 persen per akhir Januari 2012, pertumbuhan pasar elektronik pun mencapai 17 persen yang sebagian dipicu pembelian ponsel.
Fenomena Indomaret
Indomaret dan Alfamart dengan gerai-gerainya terus unjuk gigi dan menampakkan jatidirinya di Kota Pekanbaru. Walaupun harga barang-barangnya relatif mahal dibandingkan kedai-kedai biasa, namun gerai modern tersebut tidak sepi pengunjung, bahkan semakin ramai warga yang mengunjunginya.
Kenapa? Karena meningkatnya kelompok menengah yang haus akan jaminan kualitas dan pelayanan. Indomaret dan Alfamart dengan cerdik membaca situasi, dengan kualitas bangunan toko yang aduhai, kualitas pelayanan serta keramahtamahan karyawan/wati yang ibarat pramugari ketika menaiki pesawat terbang.
Dalam konteks ini, kedai-kedai dan toko yang tidak dapat menyesuaikan dengan tuntuntan ini akan semakin ditinggalkan para pelanggan.
Dalam hal ini, Indomaret dan Alfamart juga terus diuntungkan oleh euforia gaya hidup urban di Tanah Air. Masyarakat, secara sadar ataupun tidak, merasa nyaman dengan situasi baru tersebut.
Mereka juga merasa ada kelas tersendiri bila menenteng tas dan logo Indomaret atau Alfamart dalam barang belanjaan mereka.
Begitu juga misalnya bahwa masyarakat terpedaya dan terbius, dengan logo dan merek tas Matahari ketika pulang ke rumah.
Masyarakat urban juga merasa seolah belum menjadi orang modern kalau belum bisa makan KFC, Pizza Hut, atau A&W. Merasa ketinggalan zaman kalau tidak shoppigg ke mal. Begitulah hebatnya iklan, promosi dan pencitraan yang diciptakan oleh pemilik modal dan ideologi kapitalisme.
Apakah mereka salah? Tidak ada yang keliru dan salah di alam era ekonomi terbuka dan pasar bebas yang diterapkan Indonesia. Semua boleh berinvestasi dan berusaha, bahkan diundang dan digalakkan kehadirannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Perencanaan Kota yang Baik
Dalam konteks perencanaan kota yang baik, terlebih lagi jika merujuk kepada tujuan dan cita-cita pembangunan kota lestari (sustainable city) yang banyak digaungkan masa kini, perlu adanya keharmonisan dan keseimbangan antara pembangunan ekonomi, sosial dan fisik (lingkungan).
Pembangunan juga mesti bersifat inklusif, artinya dapat dinikmati dan dirasakan oleh seluruh kelompok masyarakat, baik yang berpendapatan rendah maupun yang berpendapatan tinggi.
Dalam kegairahan pertumbuhan ekonomi relatif tinggi masa kini, harus ada pembagian distribusi ekonomi yang berkeadilan, antara masyarakat miskin dan yang berpunya.
Para pedagang kaki lima (PKL) dan usaha kecil misalnya dapat berusaha dengan tertib, nyaman dan membahagiakan (happiness) seperti layaknya Indomaret dan Alfamart.
Tentu keuntungan yang didapatkan PKL dan Indomaret jelas tidak akan sama, tetapi intinya sama-sama dapat berusaha dan membahagiakan secara proporsional.
Kehadiran satu usaha tidak boleh mematikan usaha yang lainnya, kalau bisa kehadiran satu usaha baru justru semakin memacu dan meningkatkan usaha yang lainnya.
Demikian juga pendistribusaian ekonomi antarkelompok dan etnis yang ada harus terwujud secara proporsional dan berkeadilan.
Di sinilah letaknya peran penting pemerintah yang telah diamanahkan untuk mengayomi, melindungi dan mensejahteraan seluruh masyarakat.
Pemerintahlah yang mempunyai wewenang, kuasa dan para pegawai terdidik untuk memenuhi amanah ini. Mereka seharusnya berada di garda terdepan membela dan memperjuangkan nasib masyarakat, terutama kelompok masyarakat kecil yang notabene tidak berpunya, tidak bermodal, kurang terpelajar, kurang manajemen, kurang jaringan, kurang penguasaan teknologi, dan kurang yang lainnya.
Mereka inilah yang pada hakekatnya yang perlu dibina, ditata, dilindungi dan diayomi, bukan sebaliknya dipinggirkan, digusur, diusir, dan diintimidasi.
Jika pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan dapat tercipta, maka kerukunan sosial akan lebih mudah terbentuk, gejala kriminal dan tindak kekerasan dapat ditekan, partisipasi pembangunan akan meningkat, dan dalam masa yang bersamaan kondisi lingkungan yang bersih, rapi, teratur dan sehat akan dapat menjadi kenyataan.
Kapan hal seperti ini akan dapat diwujudkan di Kota Pekanbaru dan kota-kota lainnya di Riau?***
Apriyan D Rakhmat, Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik UIR
Sumber : riaupos.co
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.