Oleh : Syamsuddin Muir
[ArtikelKeren] OPINI - Sungguh mengherankan, negara berpenduduk mayoritas muslim yang menjadi kebanggaan berbagai negara Islam lainnya ini mengizinkan diselenggarakannya kontes Miss World. Hampir seluruh elemen umat Islam, termasuk MUI (Majelis Ulama Indonesia) menolak perhelatan kontes ratu sejagat itu.
Sebanyak 11 organisasi kemasyarakatan Islam yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) menolak kontes Miss World di Nusa Dua, Bali. Penolakan tersebut disampaikan Ketua Umum LPOI, KH Said Aqil Siroj, usai menggelar pertemuan dengan pimpinan ormas Islam anggota LPOI di Kantor PBNU, Jakarta.
Hingga saat ini, di kota kelahirannya sendiri, kontes ini terus menuai penolakan. Di antaranya, dalam rangka menyambut kontes Miss World ke-60 di London tahun 2011, sekelompok feminis menggalang demonstrasi menentang acara tersebut. Bahkan, Ali Mustofa Akbar mengutip pernyataan penulis buku Why Men Marry Bitches, Sherry Argov yang menolak kontes Miss World itu, dan menganggapnya sebagai pertunjukan ”hewan ternak”.
Dulu, di berbagai peradaban besar di dunia ini, wanita tidak punya kedudukan dan hak. Mereka hanya menjadi pemuas nafsu kaum lelaki, dan juga sebagai barang bisnis yang diperdagangkan. Setelah kehadiran Islam, kaum wanita pun mendapatkan seluruh hak dan kemuliaannya.
Sebagai contoh, untuk menjaga kesucian diri wanita, Islam memerintahkan kaum lelaki dan wanita agar menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya. Islam juga memerintahkan wanita menutup auratnya, dan memakai kerudung. Hal itu bisa dilihat dalam surah al-Nur, ayat 30 dan 31.
Bahkan, Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, semua tubuh wanita itu adalah aurat yang wajib ditutup. Namun, mayoritas ulama mengatakan, wajah dan telapak tangan wanita itu bukan aurat. Tapi, jika ditakuti terjadi fitnah dan ramai lelaki fasik, maka wajah wanita itu juga wajib ditutup.
Makanya, Rasulullah mengingatkan kaum lelaki menjaga pandangannya. Ketika Jarir bin Abdullah al-Bajali bertanya kepada Rasulullah tentang melihat wanita tanpa sengaja, Rasulullah memerintahkannya untuk memalingkan pandangannya (HR Muslim).
Rasulullah juga pernah menasehati Ali bin Abu Thalib agar tidak mengulangi pandangannya kepada wanita yang bukan mahramnya (HR. Abu Dawud). Begitu juga sebaliknya, mayoritas ulama menegaskan, seorang wanita tidak boleh memandang lelaki yang bukan mahramnya. Hal ini sesuai dengan larangan Rasulullah kepada Ummu Salamah dan Saidah Maimunah melihat sahabat Nabi yang buta, yaitu Ibnu Ummi Maktum yang berkunjung ke rumah Rasulullah (HR Abu Dawud).
Namun begitu, sebagian ulama membolehkan wanita melihat tanpa sahwat kepada lelaki yang bukan mahramnya. Sebab, Rasulullah dan Saidah Aisyah pernah melihat para lelaki al-Habsyah yang berada dalam masjid Nabawi (HR al-Bukhari). Pendapat sebagian ulama ini lebih sesuai dipakai untuk masa sekarang. Begitu penjelasan Syaikh Wahbah al-Zuhaily dalam kitabnya al-Tafsir al-Munir.
Nah, semua orang tahu, kontes Miss World itu intinya pertandingan kecantikan tubuh wanita. Tubuh wanita yang mesti tertutup itu dibuka, lalu dinilai sesuai menurut standar dewan juri, dan akhirnya diumumkan yang berhak mendapatkan mahkota ratu cantik sejagat.
Padahal, Islam melarang wanita melakukan tabarruj seperti wanita Jahilyah (QS: al-Ahzab: 33). Dan disebutkan dalam al-Mu’jam al-wasith, bahwa tabarruj yang terlarang itu adalah wanita yang memperlihatkan perhiasannya dan kecantikan tubuhnya kepada selain suaminya.
Maka, agar wanita terhindar dari sipat tabarruj terlarang itu, Islam memerintahkan wanita menutup seluruh badannya, selain muka dan telapak tangannya. Pakaiannya tidak tipis, dan tidak juga ketat hingga menunjukkan lekuk tubuhnya. Dan wanita juga dilarang memakai pakaian yang khusus buat lelaki, seperti celana panjang. Tapi dibolehkan memakainya, jika ditutupi dengan baju panjang. Kemudian wanita tidak bercampur dengan lelaki secara dekat, seperti yang terjadi di kampus pendidikan, ruangan kuliah, dalam bus kota, dan lainnya.
Bahkan semua ulama di tanah Arab melarang percampuran antara mahasiswa lelaki dan wanita di sebuah kampus pendidikan. Pernyataan para ulama itu tertuang dalam buku Hukm al-Islam Fi al-Ikhtiladh, terbitan Negara Kuwait. Adapun wanita saat ini yang memakai bedak dan lipstik keluar rumah, menunjukkannya kepada kaum lelaki, itu adalah perbuatan terlarang (haram). Begitu yang dijelaskan Syaikh Yusuf al-Qaradhawi dalam bukunya al-Halal Wa al-Haram Fi al-Islam.
Kalau begitu, kontes Miss World itu adalah kontes maksiat membuka pintu perzinaan. Karena, Rasulullah SAW memerintahkan menjaga mata, lidah, dan telinga, agar anggota tubuh itu tidak melakukan perzinaan (HR al-Bukahri dan Muslim).
Mengundang Kutukan Allah
Penyelenggaraan kontes maksiat Miss World itu akan mengundang kutukan dari Allah berupa kehancuran sebuah bangsa, sebagaimana yang terjadi pada umat terdahulu. Allah juga mencabut nikmat dari negeri maksiat (QS: Ibrahim: 7). Allah juga akan menurunkan bencana besar kepada negeri yang melegalisasi perbuatan maksiat (HR. Imam Ibnu Majah).
Bukan hanya itu, orang yang ingin perbuatan keji itu tersiar di kalangan orang beriman, maka orang itu akan mendapat azab yang pedih di dunia dan akhirat (QS: al-Nur: 19). Dan pada hakikatnya, orang yang mengajak kepada perbuatan maksiat itu adalah setan (QS: al-Baqarah: 268).
Begitu aturan yang ditetapkan Islam dalam menjaga kemuliaan lelaki dan wanita. Dan orang yang anti dengan peraturan Islam itu bisa dianggap kafir, zalim, dan fasik (QS: al-Ma’idah:44-47). Wallahu a’lam.***
Syamsuddin Muir
Wakil Ketua Nahdlatul Ulama Riau
Sebanyak 11 organisasi kemasyarakatan Islam yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) menolak kontes Miss World di Nusa Dua, Bali. Penolakan tersebut disampaikan Ketua Umum LPOI, KH Said Aqil Siroj, usai menggelar pertemuan dengan pimpinan ormas Islam anggota LPOI di Kantor PBNU, Jakarta.
Hingga saat ini, di kota kelahirannya sendiri, kontes ini terus menuai penolakan. Di antaranya, dalam rangka menyambut kontes Miss World ke-60 di London tahun 2011, sekelompok feminis menggalang demonstrasi menentang acara tersebut. Bahkan, Ali Mustofa Akbar mengutip pernyataan penulis buku Why Men Marry Bitches, Sherry Argov yang menolak kontes Miss World itu, dan menganggapnya sebagai pertunjukan ”hewan ternak”.
Dulu, di berbagai peradaban besar di dunia ini, wanita tidak punya kedudukan dan hak. Mereka hanya menjadi pemuas nafsu kaum lelaki, dan juga sebagai barang bisnis yang diperdagangkan. Setelah kehadiran Islam, kaum wanita pun mendapatkan seluruh hak dan kemuliaannya.
Sebagai contoh, untuk menjaga kesucian diri wanita, Islam memerintahkan kaum lelaki dan wanita agar menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya. Islam juga memerintahkan wanita menutup auratnya, dan memakai kerudung. Hal itu bisa dilihat dalam surah al-Nur, ayat 30 dan 31.
Bahkan, Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, semua tubuh wanita itu adalah aurat yang wajib ditutup. Namun, mayoritas ulama mengatakan, wajah dan telapak tangan wanita itu bukan aurat. Tapi, jika ditakuti terjadi fitnah dan ramai lelaki fasik, maka wajah wanita itu juga wajib ditutup.
Makanya, Rasulullah mengingatkan kaum lelaki menjaga pandangannya. Ketika Jarir bin Abdullah al-Bajali bertanya kepada Rasulullah tentang melihat wanita tanpa sengaja, Rasulullah memerintahkannya untuk memalingkan pandangannya (HR Muslim).
Rasulullah juga pernah menasehati Ali bin Abu Thalib agar tidak mengulangi pandangannya kepada wanita yang bukan mahramnya (HR. Abu Dawud). Begitu juga sebaliknya, mayoritas ulama menegaskan, seorang wanita tidak boleh memandang lelaki yang bukan mahramnya. Hal ini sesuai dengan larangan Rasulullah kepada Ummu Salamah dan Saidah Maimunah melihat sahabat Nabi yang buta, yaitu Ibnu Ummi Maktum yang berkunjung ke rumah Rasulullah (HR Abu Dawud).
Namun begitu, sebagian ulama membolehkan wanita melihat tanpa sahwat kepada lelaki yang bukan mahramnya. Sebab, Rasulullah dan Saidah Aisyah pernah melihat para lelaki al-Habsyah yang berada dalam masjid Nabawi (HR al-Bukhari). Pendapat sebagian ulama ini lebih sesuai dipakai untuk masa sekarang. Begitu penjelasan Syaikh Wahbah al-Zuhaily dalam kitabnya al-Tafsir al-Munir.
Nah, semua orang tahu, kontes Miss World itu intinya pertandingan kecantikan tubuh wanita. Tubuh wanita yang mesti tertutup itu dibuka, lalu dinilai sesuai menurut standar dewan juri, dan akhirnya diumumkan yang berhak mendapatkan mahkota ratu cantik sejagat.
Padahal, Islam melarang wanita melakukan tabarruj seperti wanita Jahilyah (QS: al-Ahzab: 33). Dan disebutkan dalam al-Mu’jam al-wasith, bahwa tabarruj yang terlarang itu adalah wanita yang memperlihatkan perhiasannya dan kecantikan tubuhnya kepada selain suaminya.
Maka, agar wanita terhindar dari sipat tabarruj terlarang itu, Islam memerintahkan wanita menutup seluruh badannya, selain muka dan telapak tangannya. Pakaiannya tidak tipis, dan tidak juga ketat hingga menunjukkan lekuk tubuhnya. Dan wanita juga dilarang memakai pakaian yang khusus buat lelaki, seperti celana panjang. Tapi dibolehkan memakainya, jika ditutupi dengan baju panjang. Kemudian wanita tidak bercampur dengan lelaki secara dekat, seperti yang terjadi di kampus pendidikan, ruangan kuliah, dalam bus kota, dan lainnya.
Bahkan semua ulama di tanah Arab melarang percampuran antara mahasiswa lelaki dan wanita di sebuah kampus pendidikan. Pernyataan para ulama itu tertuang dalam buku Hukm al-Islam Fi al-Ikhtiladh, terbitan Negara Kuwait. Adapun wanita saat ini yang memakai bedak dan lipstik keluar rumah, menunjukkannya kepada kaum lelaki, itu adalah perbuatan terlarang (haram). Begitu yang dijelaskan Syaikh Yusuf al-Qaradhawi dalam bukunya al-Halal Wa al-Haram Fi al-Islam.
Kalau begitu, kontes Miss World itu adalah kontes maksiat membuka pintu perzinaan. Karena, Rasulullah SAW memerintahkan menjaga mata, lidah, dan telinga, agar anggota tubuh itu tidak melakukan perzinaan (HR al-Bukahri dan Muslim).
Mengundang Kutukan Allah
Penyelenggaraan kontes maksiat Miss World itu akan mengundang kutukan dari Allah berupa kehancuran sebuah bangsa, sebagaimana yang terjadi pada umat terdahulu. Allah juga mencabut nikmat dari negeri maksiat (QS: Ibrahim: 7). Allah juga akan menurunkan bencana besar kepada negeri yang melegalisasi perbuatan maksiat (HR. Imam Ibnu Majah).
Bukan hanya itu, orang yang ingin perbuatan keji itu tersiar di kalangan orang beriman, maka orang itu akan mendapat azab yang pedih di dunia dan akhirat (QS: al-Nur: 19). Dan pada hakikatnya, orang yang mengajak kepada perbuatan maksiat itu adalah setan (QS: al-Baqarah: 268).
Begitu aturan yang ditetapkan Islam dalam menjaga kemuliaan lelaki dan wanita. Dan orang yang anti dengan peraturan Islam itu bisa dianggap kafir, zalim, dan fasik (QS: al-Ma’idah:44-47). Wallahu a’lam.***
Syamsuddin Muir
Wakil Ketua Nahdlatul Ulama Riau
Sumber : riaupos.co
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.