Menurut Tom Ross, profesor mikrobiologi makanan dari Food Safety Centre, School of Agricultural Science, University of Tasmania, memotong bagian yang berjamur dari makanan tetap saja tidak menjadikan makanan aman untuk dimakan.
Pasalnya, sejumlah jamur memproduksi dan mengeluarkan racun yang disebut mikotoksin ke dalam makanan yang berpotensi menyebabkan penyakit.
"Maka, memotong bagian yang berjamur saja tidak membuat makanan lebih aman," tegas Ross.
Sebagian makanan berjamur perlu dibuang seutuhnya, meskipun ada pula yang tidak membahayakan kesehatan. Ini berlaku khususnya untuk bagi keju cheddar.
Jamur ada juga yang berupa ragi untuk membuat roti, mengkonversi gula menjadi alkohol. Ini artinya jamur termasuk heterotrof yang tidak dapat membuat makanannya sendiri, tidak seperti tumbuhan. Sebaliknya, jamur mendegradasi molekul organik kompleks di lingkungannya untuk menjadi molekul yang lebih kecil sehingga dapat diserap dan menghasilkan energi baginya.
Jamur dapat hidup pada makanan dan membusukkannya. Jenis-jenis yang umumnya tumbuh pada makanan antara lain Penicillium, Aspergillus, dan pada buah, Botrytis.
Biasanya, gejala dari keracunan dari makanan yang berjamur tidak langsung terjadi sesaat setelah mengonsumsinya. Paparan yang terus menerus meningkatkan kemungkinan munculnya penyakit seperti kerusakan ginjal, hati, dan sistem imun, sehingga meningkatkan risiko kanker dan penyakit saraf.
Tidak semua jamur pada makanan dapat memproduksi mikotoksin atau memproduksi racun tersebut dalam jumlah yang membahayakan. Namun tanpa analisis melalui mikroskop dan laboratorium, sulit untuk membedakan jamur yang berbahaya atau yang tidak.
Karena risiko tersebut, maka Ross menyarankan untuk tidak mengambil risiko dengan memakan makanan yang sudah berjamur. (ak27)
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.