Oleh : Supriyadi
[ArtikelKeren] OPINI - Pesta olah raga Asia Tenggara telah usai. Prestasi olahraga Indonesia di SEA Games ke-23 Nyanmar terpuruk.
Indonesia gagal mempertahankan status juara umum yang direngkuh pada SEA Games tahun 2011 yaitu di Kota Jakarta dan Palembang.
Bukan hanya itu, wajah Indonesia juga semakin terpuruk, melihat perolehan medali jauh dari yang ditargetkan yaitu 120 medali emas, namun yang didapat hanyalah 65 medali emas.
Dengan hanya memperoleh 65 medali emas maka posisi olahraga Indonesia di level Asia Tenggara semakin terhempas dan hanya berada di posisi keempat.
Juara umum berhasil dirampas Negeri Gajah Putih Thailand, padahal negara itu sedang konflik, peringkat kedua dan ketiga ditempati masing-masing oleh tuan rumah Myanmar dan Vietnam.
Gagalnya Indonesia mempertahankan juara umum dan juga terlemparnya posisi Indonesia ke peringkat keempat pesta olahraga se Asia Tenggara menjadikan pukulan berat untuk negeri ini.
Dengan populasi jumlah penduduk yang jauh di atas penduduk negara-negara lain di Asia Tenggara harusnya kita bisa menjadi yang terkuat namun pada kenyataannya kita makin terpuruk.
Harapan yang kita gadang-gadang bahwa di bidang olahraga kita bisa punya prestasi yang membanggakan untuk level Asia Tenggara terasa pupus sudah.
Prestasi olahraga yang kita harapkan menjadi angin segar di tengah-tengah kelesuan kehidupan sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan justru tidak mampu menjadi semacam setitik pencerah di tengah-tengah kegamangan kehidupan negeri ini yang seolah tak lepas diterpa persoalan pada berbagai sektor kehidupan baik politik, ekonomi, sosial maupun kebudayaan.
Kemajuan di bidang olahraga sering kali diidentikkan dengan kemajuan sebuah bangsa. Bangsa yang maju dapat terlihat jelas pada pembinaan olahraga yang berbuah pada prestasi yang direngkuh para atlet-atlet di bidang olahraga.
Indonesia barang kali tidak mengalami kemunduran namun jalan di tempat, sementara negara-negara lain mengalami kemajuan yang signifikan. Inilah yang membuat kita semakin tertinggal dalam bidang olahraga untuk level Asia Tenggara.
Selain dapat mencerminkan kemajuan sebuah bangsa, olah raga juga bisa dijadikan alat atau media untuk membangun sebuah karakter bangsa.
Hal ini bisa dilakukan sebab di dalam setiap cabang olahraga yang dipertandingkan, selalu mengandung nilai-nilai seperti sportivitas, kerja keras, kedisiplinan, semangat bersaing, tidak cepat menyerah, dan bertanggung jawab.
Setiap insan yang terjun di dunia olahraga atau pun olahragawan itu sendiri harus memiliki sifat-sifat dan nilai-nilai tersebut.
Jika semua unsur yang bergerak dan peduli pada dunia olah raga Indonesia serta atlet-atlet itu sendiri memiliki jiwa dan nilai-nilai sportivitas, kerja keras, kedisiplinan, semangat bersaing, tidak cepat menyerah dan bertanggung jawab bukan tidak mungkin olah raga Indonesia akan berprestasi kembali di level Asia Tenggara bahkan dunia.
Nilai-nilai yang berkembang di dunia olah raga inilah sesungguhnya yang kita harapkan akan menular kepada sektor lain di luar olahraga sehingga akan mempengaruhi perilaku kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hal-hal seperti inilah yang menyebabkan mengapa olahraga bisa mempengaruhi pembangunan karakter bangsa dan mempengaruhi kemajuan sebuah bangsa.
Dengan terpuruknya kita di peringkat empat se-Asia Tenggara berarti dapat kita katakan bahwa sebenarnya kita bukan hanya kalah bersaing di bidang olahraga saja namun kita juga kalah bersaing dalam pembangunan karakter sebuah bangsa terutama yang berhubungan dengan nilai-nilai kedisiplinan, kerja keras, semangat bersaing, tidak cepat menyerah dan bertanggung jawab.
Prestasi olahraga yang membanggakan juga bisa punya implikasi yang lebih luas yaitu sebagai alat untuk berdiplomasi.
Hal ini bisa dilihat dari negara-negara di Amerika Latin yang dikenal secara luas karena prestasi olah raganya dan profil pemainnya yang mendunia. Dengan olahraga nama negara dan bangsa terangkat.
Begitu besar keuntungan kita peroleh jika kita membangun olahraga secara serius. Namun patut kita sayangkan bahwa kita belum berhasil membangun olahraga yang membanggakan bahkan selevel Asia Tenggara sekalipun.
Dulu kita pernah berjaya hingga beberapa dekade di Asia Tenggara tetapi sekarang kita sudah jauh ketinggalan.
Alasan klasik selalu dilontarkan untuk dijadikan kambing hitam atas kegagalan meraih pretasi. Alasan-alasan itu antara lain adalah kekurangseriusan pemerintah dalam memfasilitasi pembangunan di sektor olah raga.
Dana yang relatif cekak, pencairan dana terlambat, waktu persiapan yang mepet adalah segudang alasan yang dilontarkan untuk memberi alasan kenapa prestasi olahraga jeblok.
Meratapi kegagalan berlarut-larut tanpa langkah memperbaikinya adalah sia-sia. Kegagalan merupakan guru dan pelajaran yang terbaik.
Kita harus mengakui bahwa prestasi yang begitu anjlok di SEA Games 2013 adalah bentuk keteledoran kita semua untuk mengembangkan bidang olah raga menjadi sesuatu yang membanggakan.
Saatnya kita semua, baik itu pemerintah, swasta dan masyarakat berbenah membenahi kembali olahraga sehingga olahraga kita berjaya bukan hanya di Asia Tenggara namun juga di dunia.
Dengan jumlah penduduk yang demikian besar dan didominasi generasi muda sebetulnya tidaklah terlalu sulit mencari anak muda yang berbakat untuk dididik menjadi seorang olahragawan asal ada keseriusan dari semua pihak.***(ak27)
Supriyadi
Alumus Magister Studi Kebijakan UGM Jogjakarta
Indonesia gagal mempertahankan status juara umum yang direngkuh pada SEA Games tahun 2011 yaitu di Kota Jakarta dan Palembang.
Bukan hanya itu, wajah Indonesia juga semakin terpuruk, melihat perolehan medali jauh dari yang ditargetkan yaitu 120 medali emas, namun yang didapat hanyalah 65 medali emas.
Dengan hanya memperoleh 65 medali emas maka posisi olahraga Indonesia di level Asia Tenggara semakin terhempas dan hanya berada di posisi keempat.
Juara umum berhasil dirampas Negeri Gajah Putih Thailand, padahal negara itu sedang konflik, peringkat kedua dan ketiga ditempati masing-masing oleh tuan rumah Myanmar dan Vietnam.
Gagalnya Indonesia mempertahankan juara umum dan juga terlemparnya posisi Indonesia ke peringkat keempat pesta olahraga se Asia Tenggara menjadikan pukulan berat untuk negeri ini.
Dengan populasi jumlah penduduk yang jauh di atas penduduk negara-negara lain di Asia Tenggara harusnya kita bisa menjadi yang terkuat namun pada kenyataannya kita makin terpuruk.
Harapan yang kita gadang-gadang bahwa di bidang olahraga kita bisa punya prestasi yang membanggakan untuk level Asia Tenggara terasa pupus sudah.
Prestasi olahraga yang kita harapkan menjadi angin segar di tengah-tengah kelesuan kehidupan sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan justru tidak mampu menjadi semacam setitik pencerah di tengah-tengah kegamangan kehidupan negeri ini yang seolah tak lepas diterpa persoalan pada berbagai sektor kehidupan baik politik, ekonomi, sosial maupun kebudayaan.
Kemajuan di bidang olahraga sering kali diidentikkan dengan kemajuan sebuah bangsa. Bangsa yang maju dapat terlihat jelas pada pembinaan olahraga yang berbuah pada prestasi yang direngkuh para atlet-atlet di bidang olahraga.
Indonesia barang kali tidak mengalami kemunduran namun jalan di tempat, sementara negara-negara lain mengalami kemajuan yang signifikan. Inilah yang membuat kita semakin tertinggal dalam bidang olahraga untuk level Asia Tenggara.
Selain dapat mencerminkan kemajuan sebuah bangsa, olah raga juga bisa dijadikan alat atau media untuk membangun sebuah karakter bangsa.
Hal ini bisa dilakukan sebab di dalam setiap cabang olahraga yang dipertandingkan, selalu mengandung nilai-nilai seperti sportivitas, kerja keras, kedisiplinan, semangat bersaing, tidak cepat menyerah, dan bertanggung jawab.
Setiap insan yang terjun di dunia olahraga atau pun olahragawan itu sendiri harus memiliki sifat-sifat dan nilai-nilai tersebut.
Jika semua unsur yang bergerak dan peduli pada dunia olah raga Indonesia serta atlet-atlet itu sendiri memiliki jiwa dan nilai-nilai sportivitas, kerja keras, kedisiplinan, semangat bersaing, tidak cepat menyerah dan bertanggung jawab bukan tidak mungkin olah raga Indonesia akan berprestasi kembali di level Asia Tenggara bahkan dunia.
Nilai-nilai yang berkembang di dunia olah raga inilah sesungguhnya yang kita harapkan akan menular kepada sektor lain di luar olahraga sehingga akan mempengaruhi perilaku kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hal-hal seperti inilah yang menyebabkan mengapa olahraga bisa mempengaruhi pembangunan karakter bangsa dan mempengaruhi kemajuan sebuah bangsa.
Dengan terpuruknya kita di peringkat empat se-Asia Tenggara berarti dapat kita katakan bahwa sebenarnya kita bukan hanya kalah bersaing di bidang olahraga saja namun kita juga kalah bersaing dalam pembangunan karakter sebuah bangsa terutama yang berhubungan dengan nilai-nilai kedisiplinan, kerja keras, semangat bersaing, tidak cepat menyerah dan bertanggung jawab.
Prestasi olahraga yang membanggakan juga bisa punya implikasi yang lebih luas yaitu sebagai alat untuk berdiplomasi.
Hal ini bisa dilihat dari negara-negara di Amerika Latin yang dikenal secara luas karena prestasi olah raganya dan profil pemainnya yang mendunia. Dengan olahraga nama negara dan bangsa terangkat.
Begitu besar keuntungan kita peroleh jika kita membangun olahraga secara serius. Namun patut kita sayangkan bahwa kita belum berhasil membangun olahraga yang membanggakan bahkan selevel Asia Tenggara sekalipun.
Dulu kita pernah berjaya hingga beberapa dekade di Asia Tenggara tetapi sekarang kita sudah jauh ketinggalan.
Alasan klasik selalu dilontarkan untuk dijadikan kambing hitam atas kegagalan meraih pretasi. Alasan-alasan itu antara lain adalah kekurangseriusan pemerintah dalam memfasilitasi pembangunan di sektor olah raga.
Dana yang relatif cekak, pencairan dana terlambat, waktu persiapan yang mepet adalah segudang alasan yang dilontarkan untuk memberi alasan kenapa prestasi olahraga jeblok.
Meratapi kegagalan berlarut-larut tanpa langkah memperbaikinya adalah sia-sia. Kegagalan merupakan guru dan pelajaran yang terbaik.
Kita harus mengakui bahwa prestasi yang begitu anjlok di SEA Games 2013 adalah bentuk keteledoran kita semua untuk mengembangkan bidang olah raga menjadi sesuatu yang membanggakan.
Saatnya kita semua, baik itu pemerintah, swasta dan masyarakat berbenah membenahi kembali olahraga sehingga olahraga kita berjaya bukan hanya di Asia Tenggara namun juga di dunia.
Dengan jumlah penduduk yang demikian besar dan didominasi generasi muda sebetulnya tidaklah terlalu sulit mencari anak muda yang berbakat untuk dididik menjadi seorang olahragawan asal ada keseriusan dari semua pihak.***(ak27)
Supriyadi
Alumus Magister Studi Kebijakan UGM Jogjakarta
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.