[ArtikelKeren] HEALTH CONCERNS - Mengunyah permen karet diketahui dapat membantu meningkatkan konsentrasi dan mengurangi rasa lapar. Namun bagi sebagian orang, kegiatan satu ini juga dapat memicu migrain, dan menghentikannya dapat membantu mengatasinya.
Menurut sebuah penelitian baru, 87 persen remaja yang mengaku mengalami sakit kepala rutin sembuh ketika mereka berhenti mengunyah permen karet secara total. Para peneliti dari Tel Aviv University yang berafiliasi dengan Meir Medical Center, Israel, menemukan, kebanyakan remaja yang berhenti mengunyah mengalami kesembuhan yang signifikan.
Para peneliti yang diketuai Nathan Watemberg percaya, temuan ini dapat memudahkan dokter untuk menyembuhan ribuan pasien migrain dan sakit kepala karena tegang tanpa penambahan obat lainnya. "Dari 30 pasien, 26 mengalami perbaikan signifikan dan 19 benar-benar sembuh," ujar Watemberg.
Dua puluh pasien yang mengalami perbaikan, imbuh dia, memutuskan untuk kembali mengunyah permen karet. Dan saat itu pula mereka melaporkan gejala migrain yang kambuh.
Sakit kepala merupakan gejala yang umum dialami oleh anak-anak, bahkan gejala ini lebih umum dan sering dijumpai pada remaja, khususnya remaja perempuan. Pemicunya antara lain stres, kelelahan, kurang tidur, panas, video games, kebisingan, sinar matahari, asap rokok, melewatkan waktu makan, dan menstruasi. Namun kini, mengunyah permen karet diketahui juga dapat memicunya.
Watemberg mencatat, banyak pasien migrain yang memiliki kebiasaan mengunyah permen karet. Dan ketika kebiasaan tersebut dihentikan, para pasien merasa lebih baik.
Untuk mendapatkan data statistik, para peneliti juga meminta pada 30 pasien yang berusia enam hingga 19 tahun yang mengalami sakit kepala dan memiliki kebiasaan mengunyah permen karet untuk menghentikan kebiasaannya itu selama satu bulan. Rata-rata peserta mengunyah permen karet paling tidak satu jam sehari, bahkan ada yang hingga enam jam sehari.
Hasilnya, kebanyakan peserta mengalami perbaikan signifikan dan benar-benar sembuh. Namun apabila kebiasaan tersebut dilanjutkan, sakit kepala kembali terjadi.
Studi sebelumnya menyatakan, permen karet mengandung pemanis aspartam yang diduga memicu migrain. Namun Watemberg menyanggahnya, karena selain permen karet sebenarnya banyak produk minuman yang mengandung aspartam.
"Jika aspartam memicu migrain, maka seharusnya produk minuman yang mengandungnya juga dapat memicu hal yang serupa, nyatanya tidak," ujarnya. (ak27)
Menurut sebuah penelitian baru, 87 persen remaja yang mengaku mengalami sakit kepala rutin sembuh ketika mereka berhenti mengunyah permen karet secara total. Para peneliti dari Tel Aviv University yang berafiliasi dengan Meir Medical Center, Israel, menemukan, kebanyakan remaja yang berhenti mengunyah mengalami kesembuhan yang signifikan.
Para peneliti yang diketuai Nathan Watemberg percaya, temuan ini dapat memudahkan dokter untuk menyembuhan ribuan pasien migrain dan sakit kepala karena tegang tanpa penambahan obat lainnya. "Dari 30 pasien, 26 mengalami perbaikan signifikan dan 19 benar-benar sembuh," ujar Watemberg.
Dua puluh pasien yang mengalami perbaikan, imbuh dia, memutuskan untuk kembali mengunyah permen karet. Dan saat itu pula mereka melaporkan gejala migrain yang kambuh.
Sakit kepala merupakan gejala yang umum dialami oleh anak-anak, bahkan gejala ini lebih umum dan sering dijumpai pada remaja, khususnya remaja perempuan. Pemicunya antara lain stres, kelelahan, kurang tidur, panas, video games, kebisingan, sinar matahari, asap rokok, melewatkan waktu makan, dan menstruasi. Namun kini, mengunyah permen karet diketahui juga dapat memicunya.
Watemberg mencatat, banyak pasien migrain yang memiliki kebiasaan mengunyah permen karet. Dan ketika kebiasaan tersebut dihentikan, para pasien merasa lebih baik.
Untuk mendapatkan data statistik, para peneliti juga meminta pada 30 pasien yang berusia enam hingga 19 tahun yang mengalami sakit kepala dan memiliki kebiasaan mengunyah permen karet untuk menghentikan kebiasaannya itu selama satu bulan. Rata-rata peserta mengunyah permen karet paling tidak satu jam sehari, bahkan ada yang hingga enam jam sehari.
Hasilnya, kebanyakan peserta mengalami perbaikan signifikan dan benar-benar sembuh. Namun apabila kebiasaan tersebut dilanjutkan, sakit kepala kembali terjadi.
Studi sebelumnya menyatakan, permen karet mengandung pemanis aspartam yang diduga memicu migrain. Namun Watemberg menyanggahnya, karena selain permen karet sebenarnya banyak produk minuman yang mengandung aspartam.
"Jika aspartam memicu migrain, maka seharusnya produk minuman yang mengandungnya juga dapat memicu hal yang serupa, nyatanya tidak," ujarnya. (ak27)
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih atas partisipasi anda. Semoga hari ini menyenangkan.